Asmara di dua dimensi, ternyata benar adanya.
Bukti nyata yang di alami Widuri. Perempuan berusia 19 tahun itu mengalami rentetan keanehan setiap hari. Widuri kerap kali mendengar bisikan-bisikan masa depan yang tepat sesuai peristiwa yang terjadi di depan mata.
Mimpi berulang kali yang bertemu dengan pria tampan, membawanya ke tempat yang asing namun menenangkan. Widuri asyik dengan kesendiriannya, bahkan ia selalu menanti malam hari untuk segera tidur, agar bertemu dengan sosok pria yang ia anggap kekasihnya itu.
Puncaknya, 6 bulan berturut-turut, kejadian aneh makin menggila. Sang Nenek merasakan jika Widuri sedang tidak baik-baik saja. Wanita berusia lanjut itu membawa cucunya ke dukun, dan ternyata Widuri sudah ...
Ikuti kisah Widuri bersama sosok pria nya ...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ALNA SELVIATA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12 Kisah Arum
Kailash kecil bertumbuh seiring berjalannya pergantian keturunan Kakek Ambo' Pati. Hingga sampai di titik Ambo' Pati menjadi tuannya. Kailash dewasa mendampingi dari Ambo' Pati remaja hingga di akhir hayatnya. Ambo' Pati sangat menyayangi Kailash, menganggap Kailash sebagai teman dan seperti anaknya, sebab Kailash tetap saja awet muda sedangkan dirinya, menua di makan oleh waktu.
Setelah kematian Ambo' Pati, ajian putih dan jin nasab yaitu Kailash diberikan kepada Arumi. Anak bungsu Ambo' Pati menjadi tuan Kailash selanjutnya. Namun, Arum tidak peduli dengan pesan-pesan Ambo'nya. Arum mengabaikan orang-orang yang datang meminta diobati.
"Saya tidak bisa menjalankan ajian itu, Mak. Saya tidak mau sakitnya berbalik," kata Arum yang tetap teguh mengabaikan ajian putih.
"Penyakit itu tidak akan mendatangi kamu, Rum. Ada kawan bapakmu yang mendampingi kamu. Dia itu penangkis dari marabahaya, kalau bahasa Ambo' dititipkan Tuhan untuk melindungi," jelas Satia.
Arum beranjak dari duduknya. Dia merasa terjerat dalam ajian putih pemberian Ambo'nya. Sebenarnya Arum baru mengetahui jika ajian itu harus diamalkan. Jika tidak, ajian itu malah akan menimbulkan resiko.
"Saya tidak mau, Mak. Gara-gara ini saya sulit mendapatkan jodoh, nanti saya di kira dukun, Mak!" Bentak Arum pada mamaknya.
Baru kali ini anak bungsunya membentak. Sikap Arum ternyata menolak tegas ajian putih itu. Sedangkan ajian itu harus di amalkan, sebab membantu orang sakit adalah kewajiban. Ajian putih diwariskan agar ilmunya menjadi sarana pengobatan untuk manusia berikhtiar.
"Arum mau merantau saja. Pusing tinggal disini. Arum capek menghadapi setiap hari banyak yang minta di obati, dan segala macam mau mereka," kata Arum.
Satia tidak dapat mencegah putrinya. Sebab Arum memang jiwa petualang. Dia selalu saja merantau ke tempat om dan tantenya tinggal. Memilih bekerja dan menikmati hidupnya sendiri. Arum terpaksa menerima ajian putih karena kasihan kepada Ambo'nya yang sudah sekarat. Disaat itu pula, Arum belum mengerti sepenuhnya aturan dan kewajiban pemegang ilmu ajian putih.
Kailash yang selalu memantau Arum hanya bisa geleng-geleng kepala. Sampai saat ini, Kailash belum pernah menampakkan wujudnya sebab Arum tidak membaca mantra memanggil jin nasab milik kakek buyutnya. Kailash juga enggan menampakkan diri pada Arum yang keras kepala.
"Saya tidak mau punya tuan seperti dia," kata Kailash melihat Arum yang mengemas baju-bajunya.
Sampai saat ini Kailash menjaga keluarga Ambo' Pati dari hal-hal buruk, seperti jika ada yang berniat buruk, keluarga Ambo' Pati diberi mimpi sebagai pertanda.
Beberapa tahun berlalu, Arum memutuskan akan menikah dengan seorang duda anak tiga. Kailash yang tetap menjaga Arum selalu membisikkan agar tuannya tidak menerima pinangan pria itu. Kailash juga masuk ke dalam mimpi Arum menyerupai Ambo' Pati, mengatakan bahwa dia tidak setuju dengan rencana anaknya menikah dengan pria itu.
Namun, Arum yang keras kepala tetap memilih menikah. Hingga akhirnya pernikahan itu menemukan banyak masalah sebab istri pertama datang menuntut, yang ternyata pria itu bukanlah duda melainkan masih sah menjadi suami wanita lain.
"Aku menyesal menikah denganmu!" Ucap Arum lada suaminya.
"Kamu kan yang setuju menikah denganku, lalu kenapa kalau poligami? aku bisa menafkahi kalian berdua sekaligus."
Plak!
Arum menampar suaminya. Seringainya jijik karena telah menikah dengan pria serakah perempuan.
"Jangan harap saya mau di poligami!"
Arum sudah terlanjut malu pada keluarganya. Dia memilih untuk meninggalkan rumah kontrakan suaminya. Saat itu Arum hamil sembilan bulan, mengandung anak pertamanya dengan berderai air mata setiap hati.
"Kamu jangan menyesal begitu, Nak. Ada anak di dalam kandunganmu, kasihan dia," ucap Nenek Satia.
"Saya menyesal menikah dengan Anto, andaikan saja saya mendengarkan nasehat bapak waktu itu. Bapak selalu saja hadir di mimpi saya, Mak." Sesal Arum.
Kailash yang mendengar itu geleng-geleng kepala. Tetapi, dia malah tertarik dengan anak yang dikandung Arum. Ketika Arum tertidur, Kailash sengaja menempelkan kedua tangannya di perut buncit Arum.
"Kenapa aku selalu tertarik pada bayi di dalam perut ini?" Kailash bertanya-tanya seorang diri.
Kailash mulai memejamkan mata setelah menempelkan tangannya di atas perut Arum. Lorong waktu dimasa akan datang terpampang sedikit demi sedikit di penglihatan mata batinnya.
"Sayang, aku mencintaimu," ucap perempuan muda yang berlarian di padang ilalang.
Kailash berlari memeluk wanita muda itu. Keduanya bahkan berciuman di padang ilalang, menikmati waktu romantis mereka berdua.
"Sayang, terima kasih ya sudah mencintaiku," ucap wanita muda itu.
Kailash juga melihat dia menikahi wanita muda itu di rumah Aji Ratuna. Kailash sangat berbahagia di dalam penglihatannya.
"Ahh!" Kailash mengerang saat melepaskan tangannya dari perut Arum.
Kailash tersenyum memandangi bayi di dalam kandungan tuannya. Dia baru mengerti jika anak yang dikandung Arum adalah jodohnya yang ia nantikan selama ratusan tahun.
"Pantas saja aku sangat tertarik pada bayi ini, walaupun Ibunya sangat menjengkelkan," gumam Kailash.
Sejak saat itu Kailash lebih ekstra menjaga Arum sebab wanita itu akan menjadi mertuanya kelak. Selain menjaganya, Kailash juga terus mengajak bayi di dalam kandungan Arum bermain.
Sampai saatnya tiba, Arum akan melahirkan. Di tengah proses melahirkan, Arum melihat penampakan Kailash yang berdiri bersama beberapa makhluk tak kasat mata. Kailash langsung menghilang dari pandangan Arum. Ia tidak ingin proses melahirkan Arum menjadi sulit sebab tuannya terkejut dengan kehadiran jin di hadapannya.
"Ta-tadi saya melihat pria di sana," kata Arum sambil menunjuk ke samping lemari.
Dukun beranak itu menyahut, "Ah tidak ada, fokus saja mengejan."
Satia yamg ada disamping Arum tak menyahut, ia yakin, pria yang dilihat Arum adalah jin nasab milik mendiang suaminya.
Setelah Arum mengejan panjang, suara bayi menangis terdengar riuh di dalam rumah mendiang Ambo' Pati. Bayi itu lahir dengan sempurna, berjenis kelamin perempuan yang diberi mama Widuri.
Satia menggendong cucunya setelah memakaikan selimut. Arum yang kelelahan tertidur. Sedangkan Kailash hadir kembali di kamar Arum.
"Widuri, sampai jumpa di masa dewasa mu, kita akan menikah dan saling mencintai," ucap Kailash memandangi bayi mungil yang masih merah itu.
Widuri bayi malah menangis kencang saat melihat Kailash berdiri memandanginya penuh cinta. Satia panik berbicara pada sosok yang tak dilihatnya itu.
"Pergi dulu dari sini, cucuku mungkin terkejut dengan hawa disekitarnya," ucap Satia.
Meskipun ia tidak bisa melihat Kailash, Satia tetap menghargai jin nasab sahabat mendiang suaminya itu.
Kailash mengangguk lalu memilih pergi dari kamar Arum. Dai kembali ke alamnya dengan wajah berbinar, melewati ruang makan keluarga yang diisi oleh Ibu dan kakaknya, Areta.
"Dari mana Kailash?" tanya Ibunya, namnya Kaluna.
Kailash menghampiri Ibunya lalu mencium tangan wanita yang melahirkannya itu.
"Dari melihat kelahiran cucu sahabatku, Bu."
Areta hanya mengangkat alisnya. Walaupun kehidupan mereka sudah tenang dan indah di alam ini, tetap saja ada rasa bosan menghinggap. Mungkin itulah yang dirasakan jin lain, termasuk Kailash.
"Apa kamu sedang jatuh cinta?" tanya Kaluna yang membaca sikap putranya.
Thor apa di dunia nyata ada cerita seperti ini?