NovelToon NovelToon
MELAWAN IBLIS

MELAWAN IBLIS

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Fantasi Timur / Iblis / Ahli Bela Diri Kuno / Hantu / Roh Supernatural
Popularitas:885
Nilai: 5
Nama Author: Cut Tisa Channel

MELAWAN IBLIS menceritakan tentang seorang gadis keturunan pendekar sakti yang hijrah dari Tiongkok ke Nusantara untuk mendapatkan kehidupan yang tenang.
Namun dibalik ketenangan yang hanya sebentar di rasakan, ada sebuah hal yang terjadi akibat kutukan leluhurnya di masa lalu.
ingin tahu bagaimana serial yang menggabungkan antara beladiri dan misteri ini?
mampukah wanita cantik itu lepas dari kutukan iblis?
simak selengkapnya dalam Serial Melawan Iblis.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cut Tisa Channel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Waktu Berlalu

"Jika kau berani, besok kita bertemu di medan joran". Tantang Indrayana sambil mengelak dan menangkis serangan Kumba.

"Pergilah!!" Kumba yang menghindar dari tendangan Indrayan melompat tiga meter ke belakang.

Kedua bayangan itu pun segera melesat cepat melarikan diri dari sana.

"Jangan kejar". Seru Kumba pada bawahan nya yang baru tiba dan ingin mengejar penyusup itu.

Akhirnya mereka pun kembali sambil mendengar arahan Kumba agar mempersiapkan diri dan anggota nya untuk menuju ke medan joran esok hari.

Medan joran merupakan sebuah tempat pemancingan yang dibuat oleh pimpinan kolonial kala itu tempat mereka me refreshing kesumpekan hari hari mereka dalam mengatur pribumi Nusantara.

Tempat itu kini menjadi sebuah tempat yang banyak di kunjungi terlebih terdapat beberapa lapangan luas di area perbukitan yang kadang menjadi tempat laga bagi organisasi yang ingin menyelesaikan masalah mereka secara jantan.

Pagi pagi sekali Indrayan sudah tiba di sana bersama lima puluh anggota Sihir Sakti. Ketika mereka tiba disana, sekitar 30 orang lebih telah menanti mereka dengan sikap siap waspada.

Setelah kedua kelompok itu berjumpa, Indrayana segera mengajak perang tanding antara mereka dengan ketentuan tiga lawan tiga.

Terjadilah pertandingan yang seru menegangkan antara tiga orang kelompok Naga Hitam melawan tiga pentolan Sihir Sakti.

Pertarungan yang paling seru adalah perkelahian Kumba dan Indrayan yang menggunakan teknik beladiri campuran tingkat tinggi di padu dengan sihir yang terkadang di kerahkan Indrayan.

Jika Kumba terlihat lebih gesit dan lebih besar tenaganya, Indrayana dengan Sihir nya terlihat mampu mengimbangi serangan serangan ketua Naga Hitam itu.

Setelah pertarungan berjalan lama hingga siang hari, akhirnya pihak Sihir Sakti sedikit lebih unggul dari Kumba dan kawan kawan sehingga yang kalah harus mengikuti permintaan yang menang.

Aturan yang muncul tiba tiba itu segera di ikuti oleh kedua pihak.

"Barang apa yang kau bicarakan? Kami tak pernah merampok barang kalian. Jangan asal menuduh". Seru Kumba dengan emosi.

"Saksi mata melihat bahwa anggota kalian yang menyerang kami di pelabuhan Makilan. Jika seminggu kemudian kalian belum mengembalikan nya, jangan salahkan aku jika harus melapor pada Van de Lord". Seru Indrayan dengan ketus sambil berlalu pergi dari tempat itu.

***~###~***

Malam itu, terlihat Tun Ai duduk berhadapan dengan Ki Laut di seberang meja besar dimana dua tubuh gadis muda telentang tertutup kain panjang.

Sila dan Silya memang dari kemarin mulai kerasukan lagi, makanya atas ide dari Ki Laut, mereka berdua malam ini dimandikan dengan capuran bunga tujuh rupa untuk menarik kembali semangat (Jiwa Rawan) mereka berdua yang selama ini terkekang oleh ulah makhluk ghaib turunan dari kakek buyut Silya.

"Ki, aku sama sekali tak mengerti hal hal begini. Tidak bisakah kau saja yang melakukannya?" Seru Tun Ai yang lebih dikenal dengan nama Siaw Jin berjuluk pendekar sakti dimasa muda nya.

"Kau asal darah mereka. Harus kau yang memandikan. Lakukan lah dengan fokus, baca saja tulisan yang ku buat". Sahut Ki Laut.

Suasana kamar remang remang itu menambah suasana mistik malam itu. Tanpa dapat di cegah, bulu kuduk Tun Ai dan kedua putrinya meremang tiba tiba.

Hawa aneh seperti menjalar ke seluruh tubuh mereka. Yang tampak tenang hanya lah kakek tua itu saja. Sambil memejamkan matanya, Ki Laut komat kamit membaca mantra mantra yang tidak begitu dimengerti Tun Ai.

Mulai lah Tun Ai menyendok air di guci dengan tempurung kelapa bergagang dan menyiramkan ke tubuh kedua putrinya perlahan lahan sambil tangan kirinya memegang secarik kertas bertuliskan,

"Lerniat tampa angan, kiyaumutan aradue, berkat persange gusti hu, , ," tulisan tersebut di ulang ulang sambil mengalirkan air sambil sesekali di selingi dengan kalimat thaibah atau kalimah tauhid.

Meski Tun Ai bukan seorang muslim, namun bacaan nya terdengar sangat fasih karena memang dari kemarin hal itu sudah di baca nya atas petunjuk Ki Laut.

Setelah seluruh tubuh Silya dan Sila basah, penyiraman air di hentikan dan kini bubuk di bubuhi ke atas arang hingga mengeluarkan asap beraroma aneh dan bunga yang ada di meja di taburkan ke tubuh dua gadis itu.

"Aaaiiiaaahhhb,,," Teriakan Silya mengagetkan ayahnya.

Sila yang terbaring di samping adiknya itu seketika melompat turun dari meja besar tersebut karena ikut kaget dengan teriakan Silya.

Seketika Ki Laut meletakkan telunjuknya di kening gadis yang kerasukan itu sambil membaca mantra aneh.

Silya yang memiliki paras yang cantik seketika berubah dengan urat hijau kehitaman yang hampir memenuhi lehernya menjalar hingga ke wajah.

Tonjolan urat yang seperti akar pepohonan di atas kulit mulusnya tampak mengerikan dibarengi dengan mata merah yang melotot ke arah Sila dan ayah nya.

Tun Ai yang tak tega melihat putrinya seperti itu sudah menutup matanya sambil memegang kedua kaki Silya.

"Mereka tumbal ku. Jangan menghalangi. Hahahahahihihi". Suara Silya bercampur parau dikeluarkan dengan nada menakutkan.

Setelah Ki Laut menyiramkan air di kendi kecil ke kepala gadis itu, Silya pun pingsan beberapa saat.

"Ayah, apa aku juga begitu ketika sedang sakit?" Tanya Aisila pada Tun Ai yang duduk menyeka keringat di dahinya.

"Ya, kurang lebih sama. Aku pun bingung bagaimana cara mengobati kalian. Semua nya kuserahkan pada guru mu". Seru pria paruh baya yang tampak sedikit putus asa kala memikirkan nasib kedua putrinya.

Hingga larut malam saat Aisilya terbangun, barulah mereka kembali ke rumah dan beristirahat.

Detik detik berganti dengan detik, menit pun silih berganti. Hari hari pun terus berganti, bulan bulan juga ikut berganti hingga tanpa terasa sudah bertahun tahun kembali waktu berlalu.

Malam itu Tun Ai memanggil Aisilya putrinya yang telah menjadi seorang gadis yang sangat cantik ke ruang tengah di rumah mereka yang berada di kaki gunung brahma.

"Nak, aku tak mengerti banyak tentang spiritual dan kebatinan. Kau telah berusia 17 tahun. Sudah banyak sekali pelajaran yang kami turunkan padamu. Besok pagi bersiaplah ikut aku ke puncak gunung".

"Baik ayah". Jawab gadis itu yang melanjutkan. Kegiatan nya membaca buku karangan ayahnya sendiri.

Silya sudah maklum dengan apa yang akan di lakukan ayah nya padanya esok di puncak brahma.

Tun Ai memang membuat aturan tak tertulis bagi seluruh putra putri nya. Setiap anak nya genap berusia 17 tahun, mereka akan di uji oleh nya sendiri dalam ilmu beladiri.

Empat tahun lalu dia pernah ikut sang ayah ke puncak gunung brahma untuk menyaksikan pertarungan antara sang ayah melawan kakak lelakinya yaitu Aisina dan Aisila secara bergantian.

Begitu juga tiga tahun yang lalu ketika Aisiaw Bi di uji secara langsung oleh Tun Ai di puncak brahma.

Maka ketika kini tiba gilirannya, dia sudah siap mental dan tak mengalami ketakutan sedikit pun seperti Sila dan Sina dulu.

Setelah membaca habis buku himpunan ilmu silat yang di ringkas pendekar sakti di buku itu, Silya pun kembali ke kamarnya dan beristirahat agar besok dia siap lahir batin menjalani pengetesan keahlian nya dalam bidang ilmu kanuragan atau kungfu yang sudah di kuasai nya.

BERSAMBUNG. . .

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!