Aruna Azkiana Amabell perempuan berusia dua puluh lima tahun mengungkapkan perasaannya pada rekan kerjanya dan berakhir penolakan.
Arshaka Zaidan Pradipta berusian dua puluh enam tahun adalah rekan kerja yang menolak pernyataan cinta Aruna, tanpa di sangka Arshaka adalah calon penerus perusahaan yang menyamar menjadi karyawan divisi keuangan.
Naura Hanafi yang tak lain mama Arshaka jengah dengan putranya yang selalu membatalkan pertunangan. Naura melancarkan aksinya begitu tahu ada seorang perempuan bernama Aruna menyatakan cinta pada putra sulungnya. Tanpa Naura sangka Aruna adalah putri dari sahabat dekatnya yang sudah meninggal.
Bagaimana cara Naura membuat Arshaka bersedia menikah dengan Aruna?
Bagaimana pula Arshaka akan meredam amarah mamanya, saat tahu dia menurunkan menantu kesayangannya di jalan beberapa jam setelah akad & berakhir menghilang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu Anfi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Membantu tim delta 1
Jam enam sore Aruna kembali sampai di apartemen, dengan barang belanjaan yang lumayan banyak. Dia menaruhnya di meja dapur untuk langsung dia pisah-pisahkan, setelah selesai dia mengambil paper bag dan membawanya ke kamar.
Dengan pelan Aruna membuka pintu, dia tidak ingin mengganggu tidur Arshaka. Setelah menaruh paper bag di meja, Aruna menuju walk in closet untuk mengambil piyama.
Dia kembali keluar dengan hati-hati, Aruna memilih mandi di kamar mandi dekat dapur. Kalau tanya kenapa Arshaka tidak tidur saja di kamar tamu? Itu karena Aruna mengubah kamar tamu untuk project pribadinya.
Aruna tidak sempat membuat makan malam, dia membeli makanan dari luar. Dia sudah selesai mebersihkan diri, dan langsung melaksanakan ibadah magrib.
“Kak Shaka!” Aruna membangunkan Asrhaka untuk sholat magrib.
Arshaka sedikit mengerjapkan matanya, dia bangun dan menyamankan duduknya. “Ini jam berapa?”
“Jam enam lebih. Kakak sebaiknya mandi dulu, keburu waktu magrib habis. Bisa pakai ini dulu malam ini,”
Aruna menyerahkan paper bag pada Arshaka, dia membukanya. “Ini baju siapa?”
“Itu masih baru. Aku beli barusan,” ucap Aruna.
“Terimakasih Kia,”
“Aku tunggu di meja makan,” ucap Aruna sambil lalu meninggalkan Arshaka.
Arshaka kemudian masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri, dia merasakan perih saat air menyentuh sekujur tubuhnya. Mau bagaimana lagi, itu adalah balasan yang harus dia terima.
Arshaka sudah menyelesaikan mandi dan ibadahnya, dia keluar kamar menghampiri Aruna yang tengah menyiapkan makan malam.
Arshaka membatu di tempatnya, dia melihat Aruna menyiapkan makan malam untuk mereka. Seperti seorang istri yang sedang melayani kebutuhan perut suaminya, membayangkannya saja bisa membuatnya tersenyum.
Jika saja waktu bisa dia ulang kembali ke masa empat bulan silam, maka dia tidak akan melakukan hal bodoh. Dia tidak akan meninggalkan Aruna di jalan hanya untuk mendatangi sahabatnya yang dia kira kecelakaan parah, namun ternyata hanya sebuah insiden kecil.
“Aku tidak sempat memasak, jadi makan malamnya aku beli di luar. Semoga sesuai dengan lidah kak Shaka,” ucap aruna sambil memberikan makanan pada Arshaka.
“Aku bisa makan apapun, Kia. Baik itu makanan pinggir jalan atau warung lesehan,” jawabnya.
“Euum. Baiklah,”
Mereka makan dengan tenang dan hening, yang terdengar hanyalah suara sendok. Arshaka juga sudah meminum obatnya, dia kembali ke kamar Aruna untuk istirahat.
Ting
Sebuah notifikasi pesan masuk ke ponsel Aruna. “Help Ar. Kita butuh bantuan jenius tim delta 1,”
“Ok mba Rika. Jangan lupa traktiran aku ya,” balasnya pada Rika delta 1 divisi keuangan Pradipta Company.
Aruna bergegas masuk ke dalam kamarnya, dia mengambil leptop yang ada di atas nakas. Kemudian terlihat mengotak atik sebuah remot, Aruna merubah sofa di kamarnya menjadi bentuk tempat tidur.
Malam ini Aruna memang akan tidur di sofa, dia membiarkan Arshaka meminjam kasurnya. Arshaka tetaplah masih berstatus sebagai suaminya, jadi tidak masalah jika mereka satu kamar.
Hanya saja Aruna tahu diri, saat ini hubungan mereka bukanlah pada situasi hubungan suami istri pada umumnya. Jadi dia tetap harus menjaga dirinya sendiri.
Aruna sudah siap dengan leptopnya, dia mulai menggerakkan jari-jarinya dengan lincah.
Bunyi papan ketik membuat Arshaka terbangun, dia melihat Aruna yang duduk di sofa yang sudah berubah menjadi tempat tidur mini. Dia duduk dengan bersila, sembari ada meja kecil untuk menaruh leptopnya.
“Kamu sedang mengerjakan apa?” Arshaka beranjak dari tempat tidur dan menghampiri Aruna.
“Membantu menyelamatkan aset perusahaan kak Shaka,” Jawabnya.
“Boleh aku duduk?”
Aruna hanya mengangguk.
Arshaka memperhatikan Aruna yang tengah sibuk dengan leptopnya, dari sana dia bisa melihat Aruna sedang masuk dalam sistem divisi keuangan perusahaan mereka.
Mereka? Ya karena pradipta company juga adalah milik Aruna, dia mempunyai setidaknya 30% saham Pradipta. Walaupun untuk saat ini Aruna belum mengetahuinya, karena Daniel belum bertemu lagi dengan menantu cantiknya tersebut.
“Apa sangat berbahaya?” tanya Arshaka.
“Iya. Takutnya mereka mengambil semua informasi milik perusahaan dari divisi keuangan,”
Aruna kembali fokus pada apa yang sedang dia kerjakan. “Mbak Rika sama siapa?” terlihat Aruna seperti bicara sendiri karena dia menggunakan ear phone.
“Lin sama Ghea, Ar. Yang lain baru saja perjalanan pulang,” jawab Rika.
Aruna kemudian meloudspeaker percakapannya dengan Rika dan yang lain. “Sepertinya kalian sudah harus mengganti keamanan. Perkuat lagi sistem keamanannya,”
“Besok aku bilang bu Imel, Ar. Untuk saat ini kita hanya bisa minta bantuanmu,” mereka melakukan koneksi telekonferen seperti biasanya agar lebih mudah untuk berkomunikasi.
Aruna bersama Rika, Lin juga Ghea berusaha melumpuhkan hacker yang berusaha menembus keamanan divisi keuangan.
“Lin, Ghea. IP tracking,” ucap Aruna yang langsung mendapat jawaban dari keduanya.
“Siap. Ip tracking proses,” ucap Lin dan Ghea.
“Mbak Rika siap?”
“Ready baby,” jawabnya.
“Mari kita bermain-main sebentar,”
“Go!” ucap mereka serempak.
Jari-jari Aruna mulai menari-nari di atas papan ketik, dia mulai melakukan serangan.
"Lokasi mereka ada di Jakarta," ucap Lin dan Ghea bersamaan.
“Thank's Lin, Ghea. Mbak Rika perkuat sistem keamanan! Aku akan menyerang mereka,”
“Siap Ar,” Rika tak kalah lincah dari Aruna. Bagaimanapun Rika adalah seniornya yang pasti lebih dulu berkecimpung dalam bidan tersebut.
Aruna menyerang lawan, dia juga memperkuat sistem keamanan. Mereka saling serang, hingga Aruna mengirimkan banyak sekali virus pada lawan. Aruna dan Rika siap masuk kedalam sistem keamanan lawan, dan mereka berhasil membuat leptop lawan eror.
“Thank’s Aruna. Kita berhasil,” ucap Rika.
“Sudah sana cepat pulang, sudah hampir jam delapan mbak. Kebanyakan uang lembur nanti,” ledek Aruna pada Rika dan yang lain.
Mereka mengakhiri telekonferen, Aruna mematikan leptopnya dan kembali menaruhnya pada nakas.
Suasana tiba-tiba jadi hening, tidak ada pembicaraan antara Aruna dan Arshaka. Arshaka bahkan belum kembali ke tempat tidur. “Kia!”
“Hmm”
“Bukannya kamu sudah mengundurkan diri?”
“Iya,”
“Lantas kenapa masih membantu mereka?” tanya Arshaka ingin tahu.
“Mengundurkan diri dari divisi keuangan pradipta company. Tapi bukan keluar dari delta 1,”
Perkataan Aruna membuat Arshaka paham, Imel auntynya memang pernah bilang. Delta 1 adalah tim yang tidak bisa disentuh perusahaan, mereka bisa di sentuh jika dalam mode bekerja sebagai tim divisi keuangan.
Sampai saat ini bahkan dia maupun Daniel papanya tidak tahu, alasan di balik delta 1 dibentuk.
“Apa kamu tahu kenapa aunty Imel membentuk tim delta 1?”
“Euumm. Tapi aku tidak punya kapasitas untuk memberi tahumu,”
“Kenapa?”
Aruna menghela napas. “Karena itu privasi aunty Imel. Jadi harus dia sendiri yang memberitahumu,”
Arshaka menatap Aruna yang mondar mandir di hadapannya, dia sedang merapikan sesuatu. “Kak Shaka bisa kembali ke tempat tidur? Aku mau istirahat,” ucap Aruna.
“Ok,” Arshaka kembali ke tempat tidurnya, dia merebahkan tubuhnya dan miring agar menghadap Aruna.
Arshaka terkejut saat Aruna menekan remot, entah tersembunyi dimana tiba-tiba tirai bergerak muncul keluar dari sisi tembok. Menghalangi pandangan Arshaka pada Aruna, tirai tersebut menjadi pembatas tempat tidur mereka.
Pupus sudah harapan Arshaka untuk melihat Aruna dari tempatnya tidur, dia menghela napas panjang.
Saat ini mereka terpisahkan oleh tirai tebal nan panjang, bukankah Aruna penuh kejutan? Tentu saja, karena Ael sangat jeli. Perlu di ingat, apartemen Aruna adalah Ael yang mencarikan. Terutama jika berkaitan dengan Aruna, Ael bahkan mempertimbangkan hal-hal yang tidak terpikir oleh siapapun.
Di balik tirai, tepatnya di sofa yang menjelma menjadi tempat tidur itu Aruna tersenyum smirk. “Aku tahu yang kamu pikirkan. Jadi jangan berkhayal dan terlalu percaya diri, kak Shaka!" Ucapan yang masih bisa terdengar Arshaka.
“Jika aku bisa membuat kakakmu luluh. Bisakah kamu tinggal bersamaku, Kia?”
Deg
Aruna membisu, dia tidak tahu harus menjawab apa. “Kak Ael tidak semudah itu untuk di hadapi,” jawabnya.
“Aku hanya butuh kamu menjawab yes or no, Kia!”
“Tergantung seberapa besar perjuanganmu,”
Arshaka tersenyum simpul, setidaknya jawaban terakhir Aruna membuatnya akan tetap yakin bisa meluluhkan Ale.