🔥🔥🔥
Harap bijak dalam membaca!
Its real my karya, jika ada unsur kesamaan nama, tokoh atau kejadian yang sama itu diluar dugaan saya. dengan ini saya menyatakan, bahwa saya telah berfikir keras dalam memberikan cerita khayalan ini. terimakasih!
***
*
Bulan Aleena Zahrani, gadis muslimah bercadar yang sangat cantik, dia terlahir dari keluarga Sederhana. tapi nasibnya tidak secantik parasnya. Bulan dinikahi oleh pria berdarah dingin tentunya dari keturunan mafia kejam sama seperti nasib yang ia alami saat ini.
Stevan Jafer Dirgantara, anak dari Moundy Dirgantara. Dia adalah mafia yang terkenal paling kejam di kotanya. Stevan menikahi Bulan karena ingin membalas dendam pada Ayah gadis bercadar tersebut.
Lalu bagaimana dengan nasib Bulan?
Apa dia akan tetap bertahan menerima kekejaman dari suaminya atau justru dia akan pergi?
Kita simak yuk ceritanya di karya Novel => Kekejaman Suamiku
By: Miss Ra
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rania Alifah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 18
"Van, dia di culik oleh Raka ! Aku menemukan melalui cctv, istrimu di masukan ke dalam kamar Hotel tempat dia menginap disana !" sahut Boy memberi petunjuk.
"Shiitt, brengsek! Apa kau tahu dia tinggal di kamar nomer berapa?" tanya Stevan semakin panik.
Pikiran nya sudah kacau, dia takut Bulan akan di sentuh oleh Raka. Dia tidak mau itu sampai terjadi, jika itu sampai terjadi maka Stevan tidak akan mengampuninya.
"Ya, aku mencari informasi. Raka tinggal di kamar 208 !"
Degh...
***
Stevan menatap nomer pintu yang sekarang ada di hadapan nya adalah nomer yang sama saat Boy sebutkan. Boy yang mempunyai otak cerdas sudah menyuruh petugas hotel wanita untuk membawakan kunci kamar itu.
Stevan menoleh dan melihat petugas sedang berlari. Dia mengambil senjata di dalam saku jas yang selalu ia bawa. Sedangkan petugas yang melihat senjata dengan tangan gemetar membuka pintu kamar itu sesuai perintah kode dari Stevan.
Braaak...
Stevan membuka kasar pintu tersebut dan membuat Raka terkejut menoleh ke arah pintu. Posisi Raka sedang mengungkung tubuh Bulan dengan tanpa pakaian hanya menggunakan boxer.
"Brengsek !!" pekik Stevan menodongkan pistol membuat Raka angkat tangan. Karena dia saat ini sedang tanpa senjata.
"Tolong bantu istriku memakaikan hijabnya!" perintah Stevan pada petugas hotel.
"Baik tuan!"
Petugas membantu Bulan melepas tali di tangan dan melepas lakban yang ada dibibirnya, sedangkan Stevan masih menodongkan pistol pada Raka yang sekarang sedang berdiri di tepi kasur dengan senyum menyeringai.
"Cukup cerdas! Aku pikir kau tidak akan menemukan barangmu, Stevan Dirgantara!"
DOR !!
Stevan dengan gerak cepat menembak kaki Raka dan membuatnya terjatuh meringis kesakitan.
"Aaargh...!"
Stevan melangkah mendekati Raka yang sedang menahan kesakitan di kakinya lalu berlutut di hadapan pria itu.
"Apa kau tidak mempunyai uang untuk membeli wanita hingga ingin memakai barang milik orang lain? Raka!" suara yang tenang dengan wajah mematikan itu membuat siapapun akan ketakutan jika melihatnya.
Raka tersenyum menyeringai meski sedang kesakitan tapi dia tidak akan terlihat lemah dimata musuh.
"Bibir istrimu itu sangat manis, Stevan!"
DOR !
"Aaargh...! Brengsek!"
Raka berteriak karena dua kali Stevan menembak kaki kanan kiri nya yang sudah berani membawa istrinya ke kamar hotel. Stevan sangat tidak suka jika wanitanya di sentuh oleh pria lain apalagi musuhnya.
Stevan tidak akan pernah menggunakan mulut untuk membuat musuh nya menyerah. Dia akan selalu menggunakan senjata terbaiknya sebagai wakil untuk membuat musuh nya lumpuh.
"Itu aku hadiahkan untuk mu, karena kau sudah berani membawa wanitaku ke tempatmu!"
Bertepatan dengan itu, Boy dan security datang ke kamar Raka. Beruntung Bulan sudah memakai hijabnya. Namun cadarnya sudah tidak bisa di pakai lagi akhirnya dia menggunakan masker karena petugas selalu membawa cadangan masker di sakunya.
"Bagaimana Van?" tanya Boy dengan nafas tersengal-sengal karena lelah berlari.
"Aku sudah melumpuhkan dua kakinya agar tidak bisa lagi berjalan mencuri wanitaku! Kau urus dia, aku akan pulang bersama istriku!" ujar Stevan dengan suara tegas nya.
"Aku tidak akan menyerah Stevan! Suatu saat aku pasti bisa menikmati barangmu!" teriak Raka dan...
DOR ! DOR ! DOR !
Stevan yang mendengar pria itu bicara dengan lantangnya, tanpa pikir panjang Stevan segera berbalik dan langsung menembak Raka dengan tiga tembakan sekaligus membuat Raka mati di tempat.
Sedangkan Bulan menutup telinga dan menenggelamkan wajahnya di dada Stevan. Karena dia sangat takut di situasi seperti ini.
Namun Boy yang melihat Stevan menembak mati musuhnya berusaha menghentikan nya. Tapi sayang, Raka sudah terlanjur di tembak dan sudah mati.
"Kau! Kenapa kau membunuhnya Van! Kita bisa hancur!" pekik Boy tidak suka dengan kelakuan Stevan yang tidak sabaran.
"Perusahaan ku banyak! Bisnisku ada di mana-mana! Tanpa kerja sama dengan keluarga nya tidak akan membuatku hancur! Urus mayatnya, aku yang akan mengantar sendiri mayatnya pada keluarga b*ajing*an itu!"
Setelah mengatakan itu, Stevan memeluk bahu istrinya dan membawanya pergi. Wanita itu berjalan tanpa alas kaki, namun tas nya sudah di bawa oleh petugas hotel yang sekarang mengikuti keduanya dari belakang.
Stevan membopong tubuh istrinya dan membawanya keluar. Dia sudah tidak ingin berada di acara tersebut. Dan akan berpamitan pada pemilik acara melalui ponsel.
Dengan wajah mematikan, Bulan menatap suaminya itu yang saat ini sedang membopongnya dengan tatapan kagum.
"Wajahnya sangat tampan, tapi dia sangat kejam jika sudah tidak menyukai seseorang." batin Bulan.
Tak berselang lama, kini Stevan telah membantu istrinya masuk ke dalam mobil. Bibirnya selalu diam tanpa senyum. Bulan tahu, suaminya itu sangat khawatir. Tapi pria itu tidak mau memperlihatkan rasa khawatirnya.
"Stevan..." lirih Bulan memanggil suaminya membuat Stevan menoleh menatapnya.
"Boleh aku memelukmu sebentar?" sambung Bulan setelah Stevan menatap dirinya.
"Hem!"
Mendengar jawaban itu, Bulan segera berhambur memeluk suaminya dengan isak tangis yang sangat memilukan bagi yang mendengarnya. Stevan yang mendengar itu menutup matanya.
Hati nya sedikit tersayat mendengar tangisan itu. Dia merasakan ada rasa yang berbeda jika ada orang lain yang membuatnya menangis selain dirinya.
"Dia sudah mati, tidak akan ada lagi yang berani menyentuh mu selain aku!" ujarnya membalas pelukan Bulan. "Apa dia sudah menyentuh mu disini?" tanya Stevan menyentuh bagian inti Bulan yang berada di bawah.
"Tidak!" sahutnya menggeleng.
"Bagus, itu artinya kau baik-baik saja! Mulai sekarang kau tidak akan pernah melangkah pergi keluar rumah tanpa aku, mengerti!"
"Hem, aku mengerti!"
Stevan tersenyum simpul mendengar jawaban itu, dia mengangkat dagu istrinya dan melumat bibirnya dengan lembut tanpa paksaan. Supir yang melihat itu segera menutup pembatas antara penumpang dan pengemudi.
Keduanya bermain di kursi belakang. Perlakuan lembut Stevan membuat Bulan melenguh merasakan nikmat yang menjalar ke seluruh tubuhnya. Hingga akhirnya...
"Tuan! Kita sudah sampai!"
Ciuman keduanya terlepas. Bulan memperbaiki jilbab dan penampilannya begitu juga dengan Stevan. Setelah selesai, Stevan kembali menatap Bulan untuk memastikan bahwa istrinya sudah siap untuk turun dari mobil.
Stevan kembali membopong tubuh wanita itu dan membawanya ke dalam rumah. Saat pintu terbuka, pelayan menunduk hormat pada Tuan dan Nona mudanya.
"Selamat malam, Tuan, Nona!"
"Selamat malam." sahut Bulan ramah tapi tidak dengan Stevan.
Dia terus terdiam dan terlihat dingin jika berada di luar kamar. Stevan melangkah menaiki tangga dan membawa Bulan ke kamarnya. Dia mendudukan Bulan di tepi kasur dengan begitu pelan.
"Terimakasih sayang."
Degh...
Jantung Stevan semakin berdetak lebih cepat setelah Bulan membisikan kata sayang di telinga Stevan. Dia yang masih membungkuk menoleh menatap istrinya itu dengan tatapan penuh keinginan.
"Aku menginginkan mu malam ini, Bulan!" ucap Stevan dengan suara serak.
"Aku akan melayanimu dengan senang hati, asal kau mau memanggilku Sayang, Stevan!" lirihnya dengan tersenyum.
"Kalau begitu kau juga harus memanggil kata yang sama padaku!"
Keduanya saling berciuman dan saling berpagut lidah. Kini keduanya tenggelam dalam jurang kenikmatan yang sudah pasti dirasakan setiap insan jika sedang jatuh cinta.
...****************...
Bulan hamil..
semoga boy org pertama yg mendapat kabar Bulan hamil
semakin seru nih....
lanjut thor
istrinya yang habil stevan yang ngidam😁
semangat berkarya..
aku yakin saat ini Stevan jafier dirgantara sedang menikmati indahnya penyesalan
semoga Bulan terus kuat menjalani kehidupannya
Steven dan Bulan benar2 berpisah nih