Kisah Seorang gadis yang bernama Rere yang berkali kali harus mengalami kegagalan dalam percintaan. Namun takdir berkata lain. Secaratak sengaja ia bertemu cowok yang akhirnya akan menjadi kekasihnya walaupun harus mengalami banyak rintangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nona Ahza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB. 27
Gilang semakin penasaran. Wajah Rere yang pucat dan menahan rasa sakit. Mika Cindy dan Sania saling berpandangan. Entah mereka sedang mengode apa dan para cowok tidak memahami. Mika menganggukan kepala seolah itu jawaban dari tatapan ketiganya.
"Maaf, kalian bisa keluar dulu nggak....?" ucap Mika berkata kepada Kevin Juna Ata dan juga Gilang. Ke empatnya bingung. Mau tau tapi tidak di perbolehkan tau. Akhirnya ke empatnya hanya bisa berjalan keluar meninggalkan ruangan. Gilang semakin penasaran saja. Namun ia tetap tenang, menunggu aksi cewek cewek di dalem.
"Mik lo ada pembalut simpenan nggak gitu...?" tanya Cindy setelah benar benar para cowok keluar dan pintu tertutup.
"Gue nggak ada, kebetulan juga gue nggak ada stok..." jawab Mika.
"Kamu San....?"
"Enggak ada juga mbak...." jawab Sania dengan wajah panik. Mika mikir mikir. Nggak mungkin kan kaya gini terus, sedangkan ini jam kerja dan harus melanjutkan aktifitas, kalau nggak bisa di omeli sama singa betina.
"Terus gimana Mik...." sahut Cindy.
"Mika, tolong ijinin sama bu Nita kalau hari ini aku mau pulang, suruh masuk aja mereka, kan mereka harus selesaikan kerjaan juga, kasian kalau di marahi bu Nita..." pinta Rere dengan suara lemah.
"Ya udah deh, kasian juga kalau kamu sakit di sini..." Mika segera melaksanakan permintaan Mika. Setelah menyuruh para cowok masuk, ia pergi ke ruangan bu Nita.
"Mbak masih sakit...?" tanya Gilang ketika ia sudah duduk kembali di depan Rere.
"Aku nggak papa kok Gi, tenang saja..." jawab Rere dengan senyum yang di paksakan.
Tak berapa lama Mika kembali. Namun dengan wajah yang sepertinya agak kesal.
"Sial banget tuh orang, masak gini katanya, nggak usah manja manja, cuma sakit gitu aja minta pulang.." ucap Mika dan di dengar oleh semua tanpa ia sadari.
"Pulang..? Please mbak Mika sebenarnya mbak Rere kenapa....?" tanya Gilang sekali lagi dan dengan ekspresi wajah antara tegang dan khawatir.
"Em anu Gilang, ini.....ini urusan cewek..." jelas Cindy agak ragu.
"Kenapa harus sampai ijin pulang segala...?" sahut Juna yang juga penasaran. Daripada mereka terus penasaran, Mika Cindy dan juga Sania memberi tahu dengan cara berbisik kepada mereka. Rere semakin nggak enak dan malu saat ini. Juna Ata dan Kevin hanya bisa berkata o dan manggut manggut. Berbeda dengan Gilang. Ia berdiri dan melepas sweaternya. Lalu menghampiri Rere.
"Mbak berdiri saja...." pinta Gilang dan membuat mereka terbengong.
"Gilang mau apa, tolong menjauh dulu Gil, mbak malu...." jawab Rere yang benar benar malu di dekati Gilang saat sedang bocor bocornya.
"Malu kenapa, ayo berdiri...." ucap Gilang mengulurkan tangan kananya.
Busyet ni anak keren banget. Kayaknya dia bener suka sama Rere.
Batin Mika yang juga sama dengan Cindy. Bagai kena hipnotis. Saat Rere dan Gilang saling beradu pandang, Rere hanya bisa nurut. Ia berdiri. Dan tanpa ia duga, Gilang melingkarkan sweaternya di pinggang Rere supaya menutupi darah yang membasahi celana bagian belakangnya. Rere hanya terdiam dan bengong melihat sikap Gilang kepadanya. Agak canggung sih namun ada rasa yang sulit ia ungkapkan.
"Ayo saya antar pulang...." ucap Gilang tanpa di duga duga.
"Eh apa? Tap....tapi nggak boleh sama bu Nita...."
"Jangan macem macem Lang, tar lu kena kartu merah...." sahut Kevin.
"Nggak akan kok..." jawab Gilang. Rere menatap Gilang dengan bingung. Apa yang di lakukannya di luar akal sehat.
"Kamu siap tanggung jawab kalau terjadi apa apa sama Rere, semisal di pecat bu Nita karena melanggar aturanya...." sahut Cindy.
"100℅ saya akan bertanggung jawab." ucap Gilang tegas.
"Gilang jangan macem macem deh...." kali ini Rere yang bicara, karena kaget dengan semua jawaban Gilang.
"Percaya deh sama Gilang...."
Tanpa menunggu persetujuan Rere, ia merengkuh bahu Rere dan membimbingnya keluar ruangan. Vibes nya udah kayak yang punya perusahaan saja.Tanpa ada yang mampu mencegah Gilang.
Kenapa juga aku nurut sama Gilang. Pacar juga bukan, tapi kenapa ini, kok kayak terhipnotis gini sih.
Batin Rere dan ia nurut gitu saja. Gilang dan Rere berjalan keluar dari ruangan tersebut. Ketika baru saja ia melangkah beberapa meter dari pintu, bu Nita tiba tiba menghadang mereka. Dengan wajah yang di tekuk jelas sekali kalau bu Nita akan marah.
"Saudara Gilang, anda mau kemana, ini masih jam kerja, dan kamu juga Rere, nggak usah manja manja dan kecentilan sama orang baru, semua wanita juga mengalami hal kayak gitu, tapi nggak seperti kamu..." ucap bu Nita udah nggak pakai rasa segan sedikitpun. Gilang terdiam. Memperhatikan setiap ucapan bu Nita.
"Bu Nita, sebelumnya saya minta maaf, pertama memang benar ini masih jam kerja, tapi apa ada peraturannya di perusahaan ini, kalau ada yang sakit harus tetap bekerja. Kan ada toleransinya, kedua, sebagai sesama wanita, anda tidak seharusnya bicara seperti itu, tiap wanita berkondisi badan yang berbeda, ada yang kuat dan ada yang lemah, nah mbak Rere ada di posisi yang kedua. Yang ketiga, saya minta maaf kalau saya akan mengantarkan mbak Rere pulang karena sangat mendesak, apapun konsekwensinya saya akan terima." ucap Gilang dengan tenang. Sedangkan Rere yang tidak menjawab saja sudah dag dig dug jantungnya. Selama ini tidak ada yang berani membantah bu Nita. Takut di pecat kalau sampai ucapanya di bantah.
"Wah hebat si Gilang, berani banget jawab ucapan bu Nita...." gumam Cindy yang mengintip di balik pintu. Karena jaraknya nggak jauh jauh amat, jadi ya terdengar jelas perdebatan mereka.
"Tapi tetap saja saya nggak suka, dan tidak mengizinkan..." jawab bu Nita dengan marahnya, karena ia merasa di remehkan oleh anak baru.
"Suka tidak suka, diizinkan atau tidak, saya akan mengantarkan mbak Rere pulang, maaf. Ayo mbak...." ucap Gilang mengajak Rere pergi dari tempat itu, meninggalkan bu Nita yang masih berdiri di tempatnya, dengan sorot mata yang jengkel kepada Rere dan juga Gilang tanpa mempedulikan apa yang akan terjadi nantinya mengenai kerjaanya. Mungkin di beri surat peringatan ata mungkin di pecat.
"Waduh gawat gawat, gimana kalau sampe Rere dan Gilang di pecat...." gumam Mika keoada Cindy dan Sania yang berdiri di dekatnya.
"Kenapa tadi kalian biarin mereka pergi sih..." protes Juna.
"Yeeee, pake nyalahin lagi. Kamu juga kenapa hanya diam tadi..?" sahut Cindy tak terima geng ceweknya di salahkan.
"Ya.....ya gitu, kayak tersihir, mau ngelarang tapi tidak bisa...." jelas Juna sambil menggaruk garuk kepalanya yang tidak gatal.
"Nah itu, sama, jangan asal nyalahin dong...." ucap Mika tak mau kalah.
"Betul mbak Mika, mbak Cindy...." celetuk Sania manggut manggut sambil bersedekap.
"Cewek di mana saja nggak mau di salahin Jun, maunya benar teruss....." timpal Kevin sambil mengatupkan kedua tangan ke arah Mika dan Cindy. Ata hanya tersenyum. Ia tak menambahi sedikitpun. Karena tak mau Mika mengeluarkan taring kepadanya. Jadi hanya bisa tersenyum dan memainkan pulpennya di depan hidung. Memperhatikan dua temanya melawan tiga cewek.
Sementara itu, Gilang sudah berdiri di depan kantor bersama Rere. Hujan yang tadi deras kini sudah reda. Tinggal rintik kecil saja dan hampir sirna. Berganti dengan sinar matahari yang akan keluar dari balik awan abu yang menutupinya.
"Gilang, biar mbak nyetir sendiri saja, mbak nggak papa kok..." ujar Rere
Bersambung