Hari-hari Kimeera di kampus yang bertemu Juan si tengil yang selalu punya seribu macam cara untuk membuat Kimeera merasa kesal dan marah padanya.
Apa akan berunjung cinta atau malah sebaliknya.
ikuti kisah Kimeera disini yah
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gibran Atharrazka, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
12
Vihaan mengantar Kim sampai di rumah.Walaupun sepanjang jalan wajah Kim tertekuk masam.Kini keduanya berada di depan pintu rumah Kim.
"Aku minta maaf Meera,mana aku tahu kamu cosplay jadi orang biasa di kampus"kata Vihaan pelan.
"Sejak dulu juga begitu,beda sama kamu.Aku benci di kenal banyak orang hanya karena status sosial"gerutu Kim masam.
"Iya,aku minta maaf"cicit Vihaan lagi.
"Hhu!maafmu tidak akan merubah kondisinya seperti awal lagi"kata Kim.
"Ok,kalau begitu apa yang bisa aku lakukan,agar kamu tidak marah?"tanya Vihaan dengan lembut.
Sama sekali tak merasa tersinggung dengan sikap Kim.
"Tidak ada,semuanya sudah terjadi.Mau di apakan juga semua sudah melihat"kata Kim dengan nada pasrah.
"Mau jalan-jalan ke pasar malam?"tanya Vihaan.
"Pasar malam?"beo Kim tak percaya.
"Iya,pasar malam.Kamu kan suka pasar malam"jawab Vihaan menegaskan.
"Kamu tidak apa-apa kesana?masa iya seorang Vihaan mau jalan di tengah keramaian yang penuh sesak dan macam-macam bau parfum?yang benar saja"kata Kim tak percaya.
"Demi kamu,asal jangan marah lagi padaku.Ayo mau ya,nah sekarang kamu masuk.Nanti malam aku jemput"kata Vihaan menepuk puncak kepala Kim lembut.
"Oke lah,demi menghargai usahamu aku ikut"kata Kim seraya berlalu pergi dengan cepat.Menyembunyikan wajahnya yang merona merah.
Vihaan terkekeh sambil geleng-geleng pelan.
"Alasan"gumamnya lantas berbalik menuju mobilnya.
Setelah mendengar suara mobil Vihaan yang menjauh,Kim mengintip dari pembatas ruangan,memastikan Vihaan sudah benar-benar pergi dari sn
"Ih menyebalkan,kenapa sih aku selalu kalah dengan Vihaan?"gumamnya pelan.
"Apanya non?"tanya mbak Ika yang ikut-ikutan mengintip dari belakang tubuh Kim,bahkan kemoceng masih ada di tangannya.
"Astaga mbak,aku kaget!"sentak Kim dengan mata melotot gusar.
"Hehehe maaf non"ucap mbak Ika cengengesan.
"Ih mbak"kata Kim lantas berlalu menaiki tangga menuju kamarnya.
"Lah kenapa si non?"ucap mbak Ika bingung.
"Lagian siapa sih yang bikin non Kim mengintip seperti tadi,tidak mungkin kan penagih utang?"ucap mbak Ika konyol.
"Ah terserah lah,aku mah apa atuh cuma seorang pembantu(nyanyi)"mbak Ika terkikik sendiri sembari melangkah menuju dapur.
****
Kediaman Jhon Felix Alexander
Di gazebo dekat kolam renang
Juan tampak melamun,bahkan sampai Vecia duduk di hadapannya pun tak ia sadari.
"Juan"panggil Vecia pelan,namun lelaki itu tampak benar-benar larut dalam lamunannya.
"Juan!"sentak Vecia cukup membuatnya tersentak dan sadar dari lamunannya.
"Kamu kenapa sih?ada apa?"tanya Vecia penuh perhatian.
"Eh aku tidak apa-apa"jawab Juan sambil tersenyum.
"Bukan jawaban yang tepat Juan,kamu baru saja melamun parah.Kenapa?apa kamu memikirkan Kim?"kata Vecia membuat Juan tersenyum kecut.
"Tidak lah,buat apa aku memikirkan dia"kelit Juan.
"Bohong,kamu tidak pernah seperti ini sebelumnya.Ya walaupun aku belum lama pindah ke sini,tapi aku mengenalmu sejak kecil"kata Vecia.
"Iya,aku cuma bingung saja darimana Kim bisa mengenal Vihaan.Kamu tahu sendiri dia seperti apa?cuma gadis biasa yang bahkan datang ke kampus pakai motor buntut dan sangat marah ketika aku merusak spion motornya itu"kata Juan.
"Mungkin dia sama seperti kamu.Anak orang kaya tapi berpenampilan sederhana.Dan karena hal itu dia bisa kenal dengan Vihaan.Itu jawabannya"kata Vecia sambil tersenyum lembut.
"Masa sih?"ucap Juan bimbang.
"Ih kamu menyebalkan Juan"keluh Vecia kesal.
"Hehehe,masalahnya itu Kim benar-benar terlihat seperti orang susah"kata Juan lagi.
"Terserah kamu saja,aku bingung mau berkata apa lagi"kata Vecia lantas berbalik masuk kedalam rumah.
"Hei mau kemana?!"teriak Juan namun di acuhkan Vecia yang tetap melangkah dengan gaya anggun.
"Loh,Vecia kenapa kesini?"sapa Luciana.Ibu dari Juan.
"Juan sedang mode menyebalkan tante"kata Vecia lantas duduk di salah satu sofa yang menghadap kearah Luciana.
"Bagaimana kabar mamimu?"tanya Luciana.
"Mami baik tante,setidaknya lebih baik dari yang sebelumnya"kata Vecia.
"Maaf,belum sempat menjenguk beliau"kata Luciana lagi.
"Tidak apa-apa tante,Juan sudah menjenguk kok.Mami mengerti betapa sibuknya tante dan om Jhon sekarang ini"kata Vecia.
"Iya maaf ya,nanti jika ada waktu kami akan ke rumahmu untuk berkunjung"kata Luciana mengulas senyum.
"Lalu kemana anak bandel itu sekarang?"tanya Luciana kemudian.
"Tuh,sedang melamun lagi mungkin"kata Vecia menoleh sebentar ke arah kolam renang yang memang cuma terhalang dinding kaca.
"Tumben sekali dia bengong begitu.Biasanya ada saja ulahnya di rumah ini.Bikin sewot semua orang"kata Luciana.
"Ya ampun,ternyata bukan saja di kampus ya di rumah juga begitu"kata Vecia tak menyangka.
"Ya begitu lah,memang pecicilan sekali anaknya.Tante harap kamu betah ya berteman dengannya"kata Luciana.
"Iya tante,lagian Juan kan temanku sejak kecil.Jadi aku sudah tidak kaget lagi"kata Vecia sambil tertawa renyah.
"Lagi gosipin aku ya?"tanya Juan tiba-tiba ada disana.
"Dih,Kepedean.Siapa juga yang sedang membahas kamu"bantah Luciana.
"Oh ayo lah mam,aku tetap nomor satu untuk di bahas oleh siapapun,benarkan Vecia?"kata Juan dengan senyum tengilnya.
"Tidak sepenting itu kamu"kata Vecia datar.
"Dasar perempuan,apa yang di bilang tak pernah sinkron dengan kenyataan"dumel Juan lantas berlalu begitu saja membuat Luciana dan Vecia melongo.
"Dasar Juan"umpat Luciana tapi kemudian tampak tertawa pelan,begitu juga Vecia.
"Tapi dia baik kan sama kamu Vecia?"tanya Luciana kemudian.
"Iya tante,dia selalu bersikap baik padaku"jawab Vecia.
"Baguslah,buat dia semakin dekat denganmu.Tante senang jika hubungan kalian bisa lebih dari sekedar berteman"kata Luciana menyatakan harapannya.
"Semoga saja tante"kata Vecia ikut mengaminkan.
****
Vihaan menggenggam tangan Kim seperti seorang kakak yang menjaga adiknya.
"Kamu mau apa?"tanya Vihaan lembut.
"Boleh makan permen kapas?"tanya Kim.
"Tidak,nanti sakit gigi"jawab Vihaan.
"Aku bukan anak kecil lagi"dumel Kim membuat Vihaan tertawa.
Kim sudah mengabaikan tatapan penuh minat para pengunjung ketika melihat Vihaan yang tampan bak artis hollywood itu.
Sebenarnya sangat menjengkelkan.Dimana pun Vihaan berada pasti saja selalu mencuri atensi orang-orang.
"OKE,karena kamu sudah besar silakan saja mencicipi.Tapi tidak boleh lebih dari satu"kata Vihaan.
"Pelit"ucap Kim membuat Vihaan terkekeh.
"Niat tidak mau mentraktir orang?uangmu tidak akan habis hanya untuk membeli beberapa permen kapas.Katanya mau menuruti apapun asal aku tidak marah,tapi belum apa-apa sudah membuatku kesal saja"omel Kim.
"Hei nona Meera,aku tidak pelit hanya saja makanan manis tidak baik jika di makan berlebihan.Kamu pikir diabetes itu penyakit ringan?"ceramah Vihaan membuat Kim melengos dengan bibir mendumel tanpa suara.
"Berhenti seperti itu Meera nanti aku lakban mulutmu"kata Vihaan.
Kim menoleh lantas berkata
"Kamu cocok jadi emak-emak tahu tidak".
Vihaan melongo tak percaya.
"Hei,aku ini pria tulen bukan tulang lunak".
"Tapi mulutmu itu mirip emak-emak lagi ceramah tahu"ucap Kim kesal.
"Astaga anak ini,ya sudah bang total semua harga permennya berapa?"kata Vihaan mengalah.
"Eh,semuanya 500 ribu"jawab si penjual.
"Sama gerobaknya mau tidak?"tanya Vihaan pada Kim.
"Hha?"Kim kaget.
"Biar kamu makan sampai puas,Tapi kalau mengeluh sakit perut,aku tidak mau mendengar"kata Vihaan mengancam.
"Iya sih,tapi tidak perlu dengan gerobaknya juga dong"kata Kim gelagapan.
Sementara si penjual malah terkekeh geli,merasa ikut bahagia dengan ulah konyol dua anak manusia itu.
Vihaan memang membayar sebanyak 500 ribu,walaupun Kim hanya mengambil tiga permen kapas.
"Eh ini terlalu banyak pak"kata si penjual.
"Bagikan saja untuk anak-anak yang lain"kata Vihaan lantas ikut menyusul Kim yang telah terlebih dahulu pergi menjelajahi tempat lain.