NovelToon NovelToon
Proof Of Love Art Paper

Proof Of Love Art Paper

Status: sedang berlangsung
Genre:Ketos / Nikahmuda / CEO / Cinta Paksa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: Skyeuu

"Itu anak gue, mau ke mana lo sama anak gue hah?!"
"Aku nggak hamil, dasar gila!"
Tragedi yang tak terduga terjadi, begitu cepat sampai mereka berdua tak bisa mengelak. Menikah tanpa ketertarikan itu bukan hal wajar, tapi kenapa pria itu masih memaksanya untuk tetap bertahan dengan alasan tak masuk akal? Yang benar saja si ketua osis yang dulu sangat berandal dan dingin itu!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Skyeuu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 12

Jujur saja Rey merasa kakinya lemas saat ini, sosok yang dia lihat tepat di depan matanya membuat dirinya seperti orang bodoh. Yang tingkat bodohnya tidak bisa dibantah lagi, Rey merasa lemah. Apa ini? Kenapa dia begitu gelagapan??

"A-anu, Kak, ini pizzanya belum dibayar."

Suara yang lembut itu masuk ke telinganya, menggelitik sampai membuatnya merinding. Rey kemudian menyadarkan dirinya yang seperti orang mesum. Dia malu pada diri sendiri.

"O-oh iya, maaf ini uangnya, terima kasih."

"Terima kasih kembali, Kak!" sahut perempuan berjilbab dengan penampilan tomboy dan kacamata besarnya tersenyum memperlihatkan giginya yang rapi.

Dia tinggi, Rey tak begitu suka perempuan tinggi yang mungkin kira-kira 160–167cm. Tapi, entah kenapa kalau perempuan di depannya boleh dipertimbangkan dengan baik. Tipenya juga seperti Irene Red Velvet, cantik, anggun, berkelas, dan juga putih bening. Jika dia mau, dia bisa mendapatkan wanita yang persis seperti Irene atau bersanding dengan Irene Red Velvet pun dia sangat pantas. Hanya saja saat ini Irene tiba-tiba terbuang begitu saja dalam pikirannya. Wanita yang paling dia puji-puji karena kecantikan dan talentanya itu mendadak buyar, lalu tergantikan wajah lain.

"Eh Kak, ma-maaf tangan saya..?" saat sadar kalau dia menggenggam tangan perempuan berjilbab itu, Rey buru-buru menarik tangannya. Lihat wajah perempuan yang tampak malu di depannya sekaligus canggung itu membuat Rey ingin membawanya kabur.

"Ah, m-maaf...! Saya nggak be-bermaksud apa-apa kok!" katanya gugup bukan main. Dia menyanggah kalau dirinya tidak berniat melakukan apapun. Justru karena dia bilang begitu, dia malah keliatan seperti punya niat melakukan sesuatu padanya, belum lagi suaranya yang agak menjerit dibagian pertama kalimat. Ah, kacau sekali kamu Rey!

"Hahaha, nggak apa-apa Kak. Kalau begitu, saya permisi," perempuan itu mengambil helm-nya dan kembali memakainya. Dia memakai motor yang body-nya lebih kecil daripada motor lain, lucunya di mata Rey itu cocok dengan tubuhnya yang tinggi, kecil, dan langsing.

Matanya terus mengikuti arah perempuan manis itu pergi. Wajahnya sangat mudah diingat oleh otak Rey, ia akui ia jatuh hati pada perempuan itu. Tapi, sisi lain dirinya menolak karena ingin mendapatkan spek Irene Red Velvet.

"Nggak bisa, gue harus dapetin nomor dia.."

Tiba-tiba suara dari belakang membuatnya terkejut setengah mampus, "Dapetin nomor siapa Mas...?" suara itu berbisik dan menembus kulit tengkuknya.

"Anj-- monyet lu ajshskgsjkk!!" karena kata-kata yang keluar dari mulut Rey sangat kasar, mari sensor dengan bahasa planet lain agar lebih mudah untuk masuk surga.

Sementara si pelaku dengan santainya tertawa puas, kelakuan Joni memang ada saja yang bikin dia emosi. Rey mendengus karena pizza yang dia pegang tidak terlempar ke sembarangan arah, kalau iya, pastinya mereka semua akan kelaparan apalagi Suni yang kalau lapar orangnya suka rese.

"Hahahaha kocak!" tawa Joni puas melihat reaksi temannya satu itu.

"Eh, eh, Jay lo mau ke mana?!" tanya Rey yang melihat Jay terburu-buru untuk pergi, dia sudah mengambil kunci mobilnya.

Wajahnya tampak panik, di sisi lain ia menenteng sesuatu yang entah apa masalahnya benda itu kecil, jadi Rey tak bisa melihatnya dengan jelas. Tanpa basa-basi lagi, laki-laki itu segera menuju mobilnya dan menjalankannya dengan ugal-ugalan. Rey dan Joni terdiam sejenak, keributan yang mereka berdua hasilkan tadi kini tak ada apa-apanya dibanding kegelisahan Jay yang begitu kentara. Meskipun dia terlihat kalem, tapi nyatanya gerak tubuh tak bisa dielak.

"Dia begitu karena Neneknya baru aja pingsan di jalan," suara itu membuat merek berdua menoleh ke belakang. Suni tengah melipat kedua tangannya dengan santai, seolah itu bukan hal yang perlu di khawatirkan.

"Anjir, lu malah santai gitu!" seru Rey yang diamini oleh Joni.

Biasanya anak itu tidak menyepelekan kegelisahan yang dialami oleh Jay, justru dia akan menjadi orang yang paling terlibat dalam perasaan Jay. Tidak peduli seberapa sepelenya masalah tersebut, Suni akan selalu ikut serta lalu Joni pun begitu sebab pertemanan ketiganya sudah terjalin sejak kecil. Mau dipikirkan berapa kali pun sepertinya Suni menyembunyikan sesuatu dari mereka.

"Nanti gue ceritain," Suni berkata yang seakan bisa membaca pikiran keduanya.

......🪶🪶......

Terlintas pikiran untuk menerobos keramaian lalu lalang jalanan besar yang sedang dilalui olehnya. Jay beberapa kali berteriak pada orang-orang yang menghalangi jalan, tak menggubris emosi mereka yang sama-sama dalam keadaan terdesak. Namun, apakah ada yang lebih mendesak dari Neneknya yang pingsan di pinggir jalan tanpa pengawasan? Ia benar-benar merasa buruk saat mendengarnya.

"Woy, sialan! Minggir lu!!" teriaknya pada seorang murid SMA yang tiba-tiba mendadak berhenti di tengah jalan.

Jay jadi harus rem mendadak, itu sangat berbahaya bagi dirinya dan pengendara sepeda motor yang masih murid sekolah tersebut. Emosi Jay sampai dibatas puncak, kepalanya melongok keluar jendela.

"Cepetan!!" teriaknya marah.

"Ma-maaf Kak!" akhirnya motornya kembali menyala, "Lain kali di pinggir jalan aja kalau motornya mogok...!" katanya dengan nada yang sedikit lebih turun.

Jay langsung pergi setelahnya, jalanan kosong dan dia menggunakan kecepatan maksimal. Padahal itu beresiko untuk keselamatannya, tapi anak itu seperti tidak takut mati. Dalam perjalanan menuju perumahan elit, ia kembali menjadi Jay yang dipenuhi kecemasan.

"Selamat datang Tuan Muda!" para penjaga rumah yang kebetulan tengah istirahat makan siang, beranjak dari duduk dan menyambut kedatangannya.

Lama-lama Jay terbiasa dengan sambutan yang menurutnya berlebihan itu, langkah kakinya terasa berat begitu membuka salah satu daun pintu besar bercat putih di depannya. Jantungnya berdegup cepat, entah ada apa dengan sang Nenek. Dia disuruh cepat pulang ke rumah oleh Ayah dan Ibunya.

"Assalamualaikum!" suaranya terdengar memantul ke atas langit-langit yang tinggi.

Tidak ada jawaban, semuanya hening dan tidak tahu ke mana. Bahkan para asisten rumah tangga pun tak terlihat eksistensinya di sekitar, biasanya akan ada Bi Lina yang menyambutnya pulang. Jay perhatikan saat mobilnya memasuki kawasan rumah, tepatnya halaman rumahnya yang luas seperti parkiran kampus elit itu, dia tak melihat kepanikan dari wajah mereka yang menyambutnya. Jay menggelengkan kepalanya, kemudian melanjutkan langkahnya menuju anak tangga.

"Jay, kamu udah pulang? Nenek ada di dalem," Mama keluar dari kamarnya.

Sementara Papanya berjalan menyusul di belakangnya dengan langkah yang tegas namun pelan, persis dengan langkah kaki miliknya. Jay tahu kalau itu suara kaki sang Ayah meskipun dia belum tidak melihat orangnya secara langsung.

"Papa kamu juga sudah datang, masuk kalian berdua ke kamar, Nenek udah nungguin."

Kedua pria yang miripnya nyaris mendekati kembar itu menoleh satu sama lain, lalu mengangguk pelan seolah pikiran keduanya menyambung. Tapi, siapa sangka saat masuk ke dalam Jay sangat emosi dengan kenyataan yang ada.

1
Towa_sama
Gak nyesel baca cerita ini, recommended banget!
Skyeuu: aww terima kasihh ^^
total 1 replies
SweetPoison
Saya terkesan dengan kedalaman emosi yang tersampaikan dalam kata-kata.
Skyeuu: terima kasihh ^^ 🫶🏻
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!