Raisa, seorang gadis berparas cantik, adalah primadona desa yang hidup dalam kesederhanaan bersama ayahnya. Kehidupannya yang bahagia berubah drastis ketika suaminya meninggal dalam kecelakaan mobil pada awal pernikahan mereka. Raisa terpaksa harus menjanda dan menghadapi tantangan hidup yang lebih besar.
Di desa kecil mereka, di mana kabar berita menyebar dengan cepat, gosip dan fitnahan dari masyarakat selalu menghampiri Raisa. Kehadirannya yang sebagai pengantin baru dan langsung ditinggalkan oleh suaminya yang meninggal membuatnya menjadi sasaran ejekan dan celaan. Dia merasa terisolasi dan terpinggirkan.
Namun, Raisa adalah seorang wanita yang kuat dan tegar. Dia tidak menyerah pada keadaan dan bertekad untuk membuktikan bahwa dia bisa bangkit dari penderitaan yang menimpanya.
Bagaimana kisah Raisa dalam menjalani kehidupannya? Ikuti ceritanya di novel yang berjudul "Janda Tapi Perawan Tulen"
Jangan lupa kasih like, subcribe, vote rate 5...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aurora.playgame, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 31 - Di dalam lemari
Keributan dan teriakan pencuri membuat semua orang terbangun dari tidurnya dengan terkejut. Lampu di seluruh rumah segera dinyalakan, menerangi setiap ruangan dengan cahaya yang terang.
Kini, semua penghuni rumah berkumpul di ruang keluarga, mencari tahu apa yang terjadi. Di tengah kekacauan itu, pandangan mereka tertuju pada Raisa yang memegang sebuah kalung berlian di tangannya.
Nampak jelas ekspresi kebingungan dan kekhawatiran terlihat di wajah Raisa saat dia menatap kalung di tangannya. Lalu, tante Rose dengan cepat mendekati Raisa dan bertanya, "Raisa, kenapa kalungku ada padamu? Apa yang terjadi di sini?."
Raisa yang masih tergagap-gagap mencoba menjelaskan, "Aku... Aku tidak tahu bagaimana kalung ini ada di tanganku... Aku tidak mengambilnya, tadi ada orang misterius yang memberikan ini padaku!."
"Ha ha ha... Orang misterius? Bagus sekali alasanmu!."
Mendengar penjelasan Raisa, Bela pun mengambil peran untuk membela Raisa. "Tante, Raisa adalah orang yang jujur dan tidak akan melakukan hal seperti itu... Pasti ada penjelasan lain di balik semua ini."
Tante Rose terlihat ragu, tetapi melihat kepercayaan Bela pada Raisa membuatnya merenung sejenak. Kakek Romi, yang selama ini diam, berbicara dengan suara tegas, "Sebelum kita mengambil kesimpulan terburu-buru, mari kita berpikir dengan kepala dingin... Ada kemungkinan terjadi kesalah pahaman untuk hal ini."
Bian, yang diam-diam memperhatikan situasi, memberikan usulan, "Bagaimana jika kita memeriksa rekaman keamanan di malam ini? Mungkin ada petunjuk yang bisa membantu kita mengetahui apa yang terjadi sebenarnya."
Semua setuju dengan usulan Bian. Lalu mereka menghubungi pihak keamanan dan meminta rekaman keamanan dari malam itu.
Setelah menonton rekaman tersebut, terungkap bahwa Raisa tidak terlibat dalam pencurian tersebut. Sebaliknya, kalung itu sebelumnya telah di berikan oleh pencuri yang berpakaian serba hitam di dalam kegelapan untuk memfitnah Raisa.
"Dan pencuri itu orang ini!," teriak Radit sambil mendorong Juli ke hadapan semua orang.
Seketika semua orang terkejut terlebih Raisa yang tidak menyangka jika Radit muncul di hadapannya sekarang. "Radit?," batin Raisa heran.
Radit yang menatap Raisa seketika membelalakan matanya, ia seakan lupa jika dirinya kini ada di kediaman Aryana, di rumah istrinya, rumah tempat Raisa bekerja juga.
Kini Radit menjadi salah tingkah dan ingin bicara pada Raisa namun terhalang dan merasa tidak mungkin dalam situasi saat itu. Sebaliknya Raisa hanya bersikap cuek karena ia sudah tau dari sebelumnya tentang status Radit sebenarnya.
"Kurang ajar kau ya! Sudah berkhianat ingin fitnah orang segala!," teriak tante Rose ingin menghakimi Juli namun di cegah suaminya karena takut melakukan hal yang melebihi batas wajar. "Tenanglah!."
"Karena kebenaran sudah terungkap, maka mulai saat ini art itu di pecat dan harus segera meninggalkan rumah ini!," tegas kakek Romi.
"Tuan! Ampuni saya Tuan... Saya khilaf Tuan... Hu hu hu hu...." Juli terus memohon ampun namun tidak di hiraukan kakek Romi. "Selama beberapa dekade, tidak pernah terjadi kejadian seperti ini di rumahku! Aku tidak ingin hal ini terulang kembali," kata terakhir kakek Romi sebelum ia melangkah pergi dengan kecewa.
"Tunggu apa lagi? Cepat kemasi barangmu dan cepat pergi dari sini!," ucap Bian penuh penekanan. "Untuk yang lainnya, segera bubar dan beristirahat karena besok kalian harus bekerja," sambung Bela tegas.
...
"Raisa, berdirilah... Kamu juga harus beristirahat dan maaf atas kesalah pahaman tadi," lanjut Bela sambil membantu janda muda yang memikat hati suaminya itu. "Terima kasih Nona."
Sekilas Raisa melihat Radit yang nampak menatap lekat padanya seakan ingin bicara banyak hal. Tapi Raisa segera menghindari pandangan Radit dan segera undur diri dari hadapan para majikannya itu.
"Raisa, kamu tidak apa-apa kan?," tanya Bian perhatian. "Tidak Tuan, aku hanya terkejut saja," jawab Bela yang berhenti sejenak lalu berjalan kembali.
Percakapan singkat antara Raisa dan Bian itu di lihat Radit yang nampak sangat tidak suka dan langsung berbalik menuju kamarnya meninggalkan Bela yang masih berdiri.
"Bian...," panggil Bela pada adiknya yang kini masih menatap kepergian Raisa dengan rasa khawatir. "Bian...?," panggilnya sekali lagi saat Bian sama sekali tidak mendengar panggilannya. "Bian!," kali ini Bela memanggil Bian sambil menepuk pundaknya hingga Bian pun tersadar.
"Ada apa?," tanya Bela. "Kakak...? Emm... Tidak ada Kak... Aku pergi ke kamar dulu, selamat malam Kak...." Dan Bian pun tergesa-gesa menuju kamarnya dengan sikapnya yang sedikit aneh.
Di dalam kamar, Radit nampak gelisah sambil mondar-mandir memikirkan hal tentang Raisa yang kini sudah mengetahui statusnya. "Aku harus bagaimana? Apa yang harus aku lakukan?...."
Ceklek!
Pintu kamar pun terbuka... lalu Bela segera masuk dan mendapati suaminya dalam keadaan seperti cacing kepanasan.
Bela nampak keheranan saat melihat suaminya yang sangat gelisah. "Mas... Apa ada masalah?," tanya Bela lembut dan seketika menghentikan langkah Radit yang seperti setrikaan beralih menatap istrinya itu.
"Sayang... Aku tidak apa-apa," jawab Radit mengelak. Lalu ia pun segera mengajak Bela untuk beristirahat dengan alasan dia sangat lelah. Padahal sesungguhnya, Radit hanya berbaring saja dengan membelakangi Bela akan tetapi pikirannya tetap tertuju pada Raisa.
"Raisa... Raisa...," batin Radit terus memanggil hingga ia terlelap tidur.
Keesokan paginya, seperti biasa Raisa selalu bangun di awal pagi dan mulai bekerja mendahului temannya yang lain. Ia sangat menikmati setiap pekerjaan yang dia lakukan di rumah itu, apalagi saat membereskaan kamar Bian yang terdapat banyak lemari buku tertata rapi dan nampak indah.
"Hmm... Ingin sekali aku baca buku-buku yang ada di lemari ini, sayangnya... Itupun mustahil untukku," ucap Raisa dengan nada kecewa.
Ceklek!
Suara pintu kamar mandi terbuka dan saat menoleh, Raisa tidak sengaja melihat Bian yang bertelanjang dada karena selesai mandi. "Gawat! Apa yang harus aku lakukan...?," cemas Raisa.
Kemudian Raisa pun berpikir jika ia lebih baik sembunyi saja di lemari baju Bian dan berharap tidak di ketahui oleh pemilik kamar tersebut. Lalu, Raisa pun sembunyi perlahan-lahan dan masuk ke dalam lemari.
"Mudah-mudahan disini aman...."
Lima menit... Sepuluh menit... Raisa sembunyi dan meringkuk di ruang yang sempit dan gelap hingga ia merasa pegal. "Tuan Bian... Cepatlah keluar... Aku hampir tidak bisakah bernafas...."
Namun, hingga satu jam berlalu, Bian nyatanya tidak kunjung keluar dari kamarnya hingga Raisa pun tetap menunggu di dalam lemari hingga ia tertidur.
Hingga akhirnya...
Bian hendak mengambil salah satu baju yang ada di lemari dimana Raisa berada di dalam sana. Dan saat lemari terbuka... "Arrggghhh!."
Bian sangat terkejut bukan kepalang dan diam sejenak. Di rasa tidak ada reaksi dari Raisa, Bian pun memanggil-manggil Raisa yang ia pikir jika gadis di hadapannya itu sedang tidur. "Raisa, bangun...! Raisa!." Bian berkata tegas seraya menepuk pundak Raisa agar terbangun.
Seketika, gadis yang memiliki nama tersebut menggeliat dan membuka matanya namun dalam keadaan lemah. "Tuan... Anda keluar lama sekali... Aku sudah tidak bisa bernafas...," ucapnya sambil berkeringat dan hendak keluar dari dalam lemari namun tiba-tiba...
Bersambung...
🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸
karakter raisa terlalu lemah,
smoga raisa jd wanita yg smart
semoga hari2 kalian bahagia 🤲💪 semangat y untuk authornya 😘😘😍