area non Bocil !!!!
Demi mendapatkan uang untuk pengobatan ayahku, aku terpaksa terjebak di lingkaran merah
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zhar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12
"Kak Bagas, jangan Lompat, kamu tidak boleh melompat dari sini, keluarga dia miskin, Tidak masalah kalau mempertaruhkan nyawa, kita orang kaya jangan tergoda trik murahan ini".
"Kak Bagas, kita tidak mengerti keterampilan itu, kita tidak boleh menggunakan kelemahan kita untuk melawan kelebihan orang itu, menurutku hanya memberikan 30 juta padanya sudah bisa mengatasi hal ini"
"Kak bagas. . . "
Segerombolan orang yang di dekat Bagas mencoba untuk menasehatinya, Aku hanya menatapnya dengan Dingin, melihatnya yang berada diatas panggung dan
Sedang ragu ingin melompat atau tidak, atau bisa
Dikatakan sedang ragu harus melakukan apa agar
tdak perlu melompat.
Setelah begitu lama, dia baru turun dari Panggung, berjalan ke hadapanku dengan arogan, seolah-olah dia memiliki alasan yang kuat.
"Hey..Kamu ini sedang menipu, balap mobil adalah hal
sudah tidak asing untukku, melompat dari Panggung adalah hal yang tidak asing untukmu, kamu menggunakan cara yang tidak asing untukmu Untuk menantang ku, ini adalah perilaku menipu, aku tidak puas, jadi aku tidak termasuk kalah."
Saat aku ingin mengatakan sesuatu, aku pun melihat
Bagas melambaikan tangan, ada orang yang mengantarkan sebuah plastik hitam kemari.
"Ini adalah uang 10 juta, kamu bisa mengambil Semuanya. Tapi kamu harus ingat, ini tidak berarti
Aku mengaku kalah, aku hanya memberikannya
Untuk orang miskin sepertimu agar bisa pergi Berobat ke rumah sakit, jangan sampai mati!"
Tidak ada orang yang berbicara lagi, aku tahu,
Sebagian dari mereka sedang berdiri di belakang
Bagas menunggu hasil akhir, dan lebih banyak Dari mereka yang sedang meremehkan kelakuan
Bagas, semua ini bisa terlihat dari tatapan merendahkan mereka.
Melemparkan kantong plastik hitam yang berisi uang
1 juta ke bawah kakiku, setelah itu, Bagas pun kembali mengusulkan untuk bertanding sekali lagi, peraturannya ditetapkan olehnya.Micel terlihat sedang menertawainya, orang lain tidak berani melawan Bagas, tapi dia sama sekali tidak takut.
Hanya saja melihat dia ingin berbicara, aku kembali
menghalanginya, "Apakah kamu sudah melupakan
peraturan desaku?"
"Aku bukan orang desa kalian...."
Micel membantah, tapi akhirnya tetap tidak
mengatakan apapun, hanya melototi Bagas.
Setelah itu, Bagas mengajukan peraturan, tidak luput dari 2 hal yaitu menegangkan dan permainan pria.
Aku pun menyetujuinya.
Lokasi dikosongkan, aku dan Bagas terpisah sejauh 3 meter, sama-sama berdiri di tengah jalan, dan di kejauhan ratusan meter ada 2 mobil sport dengan jenis yang sama sedang meraung, bagaikan binatang liar yang akan segera menyantap mangsanya.
Ini adalah permainan yang ingin Bagas mainkan,
ke duanya berdiri di tengah jalan, didepan mereka
sama-sama ada sebuah mobil yang sedang menginjak pedal gas dan melaju kearah mereka, yang duluan menghindar siapa yang duluan jongkok, siapa yang mati siapa yang hidup.
Mempertaruhkan nyawa, aku tidak pernah takut.
Dari pantulan cahaya lampu jalan, aku melihat wajah
cantik Micel yang ada di dalam mobil didepan,
terlihat sangat khawatir.
Ia menawarkan diri untuk mengendarai mobil menabrakku.
Aku menunjukkan jempol ke arahnya dan mengarahkan ke bawah, menyuruhnya untuk tenang.
Setelah itu, seiring dengan wasit sementara yang Berada di tengah itu berbicara, kedua mobil pada Saat bersamaan mengeluarkan suara raungan dan
Melaju ke arahku dan Bagas.
Cahaya dari jauh menjadi dekat, semakin jelas, semakin silau, saat ini, mobil sport itu bagaikan pencabut nyawa dari neraka yang melaju dengan tepat ke arahku, aku bahkan bisa merasakan nyawaku sedang menghitung mundur.
Kalau mengatakan sama sekali tidak takut, itu palsu,
Tidak ada yang bersedia mati, tapi sebagai pria, ada
hal yang tidak bisa ditahan, walaupun harus
Mempertaruhkan nyawa ini!
Lagipula, nyawaku tidaklah berharga, Bagas masih memiliki masa depan yang sangat baik, latar belakang keluarga yang bersinar, yang harus takut mati adalah dia.
Mobil sport melaju dengan cepat, aku malah memalingkan kepala ke arah Bagaskara yang
di kenal dengan Bagas itu.
"Bagaskara, betapa sombongnya dirimu!"
Hanya saja saat aku melihat sepasang tangannya yang mengepal dan tubuhnya yang bergetar itu, aku tahu dia hanya boleh bernama Bagas, ke beraniannya itu, tidak pantas dipanggil Bagaskara!
Saat aku melihat Bagas, Dia juga melihatku.
Aku mengangkat bibirku, tersenyum padanya, kemudian berteriak dan langsung membuatnya ke takutan sampai sekujur tubuhnya gemetaran, seluruh tubuhnya hampir terduduk di lantai.
"Vromm..vromm!"
2 mobil sport melaju kencang.
Kemudian, disaat 2 mobil sport berwarna kuning itu
mendekat, Bagas tidak tahan lagi, langsung menghindar ke samping, lalu mobil sport itu pun lewat dari tempat dia berada dengan cepat, bagaikan sebuah bintang jatuh yang berwarna kuning.
Aku tetap tidak bergerak, bahkan tidak menatap Micel sedang mengendarai mobil sport berwarna merah itu, hanya terus memperhatikan Bagas.
Lalu, disaat Bagas menghindar, ada suara cit cit
yang bergesekan dengan tanah, asap sangat tebal, aroma karet yang terbakar juga sangat mencekat.
Di tengah asap yang tebal, mobil sport merah yang
menempel pada tubuhku berpindah dengan indah
dan berhasil melewatiku.
Di saat mobil melewatiku, dari kaca mobil aku
melihat rambut panjang Micel yang terbang.
tatapannya yang fokus, dan juga senyuman tipis di
Wajahnya.
Waktu seolah-olah berhenti. Micel benar-benar sangat cantik, begitu cantik bagaikan peri, begitu cantik sampai membuat waktu berhenti berjalan, di dunia ini hanya ada dia, bahkan lebih silau dari
matahari.
"Cit cit cit...."
Setelah lewat dari tubuhku, mobil sport merah pun
Berhenti dengan stabil.
Aku menyodorkan tangan, Micel membuka pintu
mobil, turun dari mobil, berjalan ke sisiku dan Iangsung menggandeng tanganku.
"Kamu bahkan begitu mempercayai kemampuan ku,
Apakah kamu tidak takut aku akan menabrak mu?"
Micel menggenggam tanganku dengan erat, dari Telapak tangannya yang basah, tidak sulit mengetahui betapa gugup dirinya.
"Aku tidak berpikir begitu banyak, aku hanya berpikir
kalau kamu benar-benar berani menabrak ku, maka
Sangat pas, aku pun bisa terus berada di sisimu seumur hidup, ingin menyingkirkan ku juga tidak bisa lagi."
Micel tertawa, tertawa dengan sangat manis, kepalanya langsung bersandar pada dipundakku.
Lalu, aku pun menatap ke arah Bagas yang masih sedang berbaring di lantai.
"Kamu yang menentukan lokasi ini, kamu juga yang
Menentukan aturannya, aku hanya ingin melihat
kamu sebenarnya bisa buang air kecil sambil jongkok atau tidak!"
Bagas mengepalkan tangan meninju lantai, lalu berdiri, dengan marah berjalan ke arahku, terlihat seperti ingin berkelahi.
"Kamu menipu lagi, menyuruh Micel sengaja menghidarimu!!!"
Aku langsung mengangkat tangan dan melihat saksi
di sekitar, "Para anak orang kaya sekalian, aku tahu antara kalian ada banyak yang berhubungan baik
Dengan Bagas, tapi aku rasa, walaupun ayah kandung kalian ada di sini, juga tidak bisa memungkiri barusan setelah menetapkan aturan, aku sama sekali tidak berbicara dengan Micel. Kalau aturan ini ditetapkan oleh Bagas dan aku juga tidak berbicara dengan Micel, jadi bagaimana aku bisa berbuat curang?"
Semua orang terdiam, walaupun hati berpihak pada
Bagas, juga tidak bisa berbicara.
Setelah itu, aku kembali menunjuk Bagas,"Kamu juga bisa mencoba untuk tetap berdiri diam dan tidak bergerak, lihat apakah teman yang kamu Tadi itu akan menghindari mu atau tidak. Tapi aku rasa, kamu tetap akan menghindar. Jadi lain kali tolong jangan terus memainkan permainan menguji keberanian dan menegangkan lagi, balap mobil tidak menegangkan, mempertaruhkan nyawa barusan menegangkan!"
"kalau kamu tidak puas, kalau begitu ayo kita
Mainkan yang lebih menegangkan, masing-masing memegang pisau, aku izinkan kamu duluan menusukku, lalu aku baru menusukmu, kita masing-masing satu
tusukan, lihat siapa yang duluan terjatuh!"
Bagas terdiam, setelah begitu lama, dia berjalan Ke depan pengemudi mobil sport berwarna kuning tadi, melambaikan tangan dan memukulnya Dengan kuat, "Sampah!!"
Setelah pukulan itu, dia kembali ke dalam mobilnya
Sendiri, mengambil dompet dan melemparkan
sebuah kartu ATM.
"Aku malas bermasalah dengan orang gila sepertimu, 1 milyar, tidak ada password, lain kali jangan muncul di hadapanku lagi!"
Setelah itu, dia pun mengendarai mobil dan pergi,
Dengan cepat menghilang dari tatapanku.
Namun Bagas malah lupa, orang yang duluan Mencari masalah adalah dia, dan bukan aku!