NovelToon NovelToon
KAISAR IBLIS TAK TERKALAHKAN

KAISAR IBLIS TAK TERKALAHKAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Fantasi Timur / Iblis / Akademi Sihir / Light Novel
Popularitas:982
Nilai: 5
Nama Author: NAJIL

Menceritakan perjalanan raja iblis tak terkalahkan yang dulu pernah mengguncang kestabilan tiga alam serta membuat porak-poranda Kekaisaran Surgawi, namun setelah di segel oleh semesta dan mengetahui siapa dia sebenarnya perlahan sosoknya nya menjadi lebih baik. Setelah itu dia membuat Negara di mana semua ras dapat hidup berdampingan dan di cintai rakyat nya.

Selain raja iblis, cerita juga menceritakan perjuangan sosok Ethan Valkrey, pemuda 19 tahun sekaligus pangeran kerajaan Havana yang terlahir tanpa skill namun sangat bijaksana serta jenius, hidup dengan perlakukan berbeda dari ayahnya dan di anggap anak gagal. Meskipun begitu tekadnya untuk menjadi pahlawan terhebat sepanjang masa tak pernah hilang, hingga pada akhirnya dia berhasil membangkitkan skill nya, skill paling mengerikan yang pernah di miliki entitas langit dengan kultivasi tingkat tertinggi.

Keduanya lalu di pertemukan dan sejak saat itu hubungan antara bangsa iblis dan ras dunia semakin damai.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NAJIL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

22

“Hentikaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaan!”

Teriakan lantang menggema, memaksa perhatian Enzo beralih. Dari dalam semak-semak, muncul sosok kecil—seorang kurcaci berukuran tak lebih dari 80 sentimeter—berlari dengan tergesa. Begitu mendekat, ia langsung sujud di hadapan Enzo, tubuhnya bergetar, penuh rasa takut. Meminta supaya Enzo tidak membunuh naga jahat itu.

“Tolong jangan bunuh dia, Kami tidak bermaksud menyerang Anda! Ini semua hanya kesalahpahaman! Ku harap anda mengerti.”

Suaranya penuh permohonan, begitu lirih namun sarat dengan rasa welas asih. Kurcaci itu bahkan tak berani menatap Enzo, pandangannya tertunduk pada tanah, berharap agar sang iblis mau mendengarkan alasannya.

Enzo melipat kedua lengannya, sorot matanya tajam menusuk penuh kesal. “Apa kau teman dari naga jahat ini? Jika iya, maka aku tidak akan ragu menghajarmu juga. Kejahatan seperti ini tidak bisa ditoleransi.”

Kata-kata itu membuat tubuh kurcaci semakin gemetar hebat. Wajahnya pucat pasi, peluh dingin mengalir di pelipisnya. Dalam benaknya, ia benar-benar yakin bahwa hidupnya sebentar lagi akan berakhir, senasib dengan naga superior yang kini tak berdaya tak sadarkan diri.

“To... tolong ampuni kami! Kami mengira Anda adalah bagian dari organisasi iblis-iblis jahat itu!” Ia berkata dengan suara patah-patah, mencoba menjelaskan lagi bahwa serangan barusan hanyalah kesalahpahaman semata.

Enzo mengerutkan alisnya, ketertarikannya terusik. “Organisasi iblis jahat? Apa maksudmu? Jelaskan lebih rinci,” ucapnya dingin, tetapi dengan nada yang mengisyaratkan ia bersedia mendengarkan.

Kurcaci itu mengangguk cepat, matanya masih tidak berani bertemu dengan pandangan Enzo. “Baiklah, aku akan menjelaskan... Tetapi tolong, janjikan dulu bahwa Anda tidak akan membunuh kami berdua. Kami hanya bertugas menjaga kawasan ini dari para iblis, monster, dan roh jahat. Tidak lebih dari itu.”

Enzo hanya mengangguk pelan, tanda persetujuan yang membuat kurcaci itu sedikit tenang meskipun tubuhnya tetap gemetar. Ia mulai menjelaskan, suaranya terputus-putus, tetapi semakin jelas seiring waktu.

“Organisasi iblis-iblis jahat adalah kumpulan manusia yang rela menjadi inang bagi para iblis kutukan. Melalui ritual pemanggilan, mereka menyerahkan jiwa mereka demi mendapatkan kekuatan instan.”

Enzo menyimak dengan seksama, matanya menyipit. Ini pertama kalinya ia mendengar istilah semacam itu, mengingat dirinya baru beberapa minggu tiba di alam dunia ini.

Kurcaci melanjutkan dengan penuh kehati-hatian, “Umumnya iblis-iblis memanfaatkan celah retakan dimensi yang belum sepenuhnya diperbaiki. Namun, iblis tingkat tinggi tidak bisa datang begitu saja. Hukum alam dunia akan membakar mereka menjadi abu hingga tak tersisa... kecuali mereka mendapatkan tubuh manusia sebagai inangnya melalui jalan kontrak.”

Enzo mengangguk perlahan. “Cukup menarik... lanjutkan.”

Kurcaci itu menghela napas panjang sebelum melanjutkan. “Untuk memanggil iblis, diperlukan ritual khusus yang menggunakan jiwa makhluk hidup sebagai tumbal. Semakin banyak jiwa yang ditumbalkan, semakin kuat pula iblis yang berhasil dipanggil.”

Ia terdiam sesaat, seperti mengumpulkan keberanian untuk melanjutkan. “Hampir semua malapetaka yang terjadi di alam dunia, jika ditelusuri lebih dalam, selalu memiliki jejak bangsa iblis di baliknya. Mereka adalah perwujudan kekacauan. Di setiap era, para iblis selalu menjadi dalang dari kehancuran.”

Enzo mengepalkan tangan, pikirannya mulai bergolak. Penjelasan itu membuka tabir baru tentang kondisi dunia ini, sekaligus menyalakan api keadilan dalam dirinya.

“Oh, jadi seperti itu ya? Lantas, mengapa kalian tadi tiba-tiba menyerang ku? Apa wajahku terlihat seperti anggota organisasi iblis-iblis jahat, hah?” Suara Enzo terdengar kesal, matanya menatap tajam ke arah kurcaci kecil yang masih gemetar.

“I-iya... itu karena ada empat tanduk iblis di kepala Anda, sehingga kami benar-benar salah paham. Untuk itu, kami meminta maaf,” jawab kurcaci dengan nada penuh penyesalan, menundukkan kepala lebih dalam dari sebelumnya.

Enzo menghela napas panjang, mencoba menahan amarahnya. “Baiklah, aku mengerti. Tapi lain kali jangan ulangi lagi! Barusan itu sangat berbahaya. Lihatlah akibat ulah kalian—hewan-hewan dan burung-burung lari berhamburan!” Nada suaranya tegas, mengingatkan mereka agar lebih berhati-hati.

Perkataan itu sontak membuat sang kurcaci terkejut. Matanya membulat, penuh kekaguman. Ini pertama kalinya ia mendengar kata-kata bijak dari mulut seorang iblis—makhluk yang terkenal angkuh, brutal, dan keras kepala.

“Kenapa kau diam melongo? Apa ada yang salah dengan ucapanku?” Enzo segera menepuk bahu kurcaci itu, membuatnya tersentak dari lamunannya.

“Eh, tidak... aku hanya sedikit terpana mendengar kata-kata Anda barusan. Itu terdengar begitu bijaksana,” jawab kurcaci dengan gugup, wajahnya penuh salah tingkah.

Enzo menghela napas lagi, pikirannya melayang pada apa yang telah dilakukan para iblis di dunia ini. Bagi Enzo, tindakan mereka sudah melanggar aturan yang pernah ia tetapkan 100 ribu tahun lalu.

Sebagai mantan Raja Iblis Zhask Agung generasi pertama, ia pernah melarang keras para iblis untuk ikut campur dalam urusan alam lain, apalagi memulai perang tanpa alasan yang mendesak.

“Baiklah… terima kasih atas informasinya,” ucap Enzo, nada suaranya kini lebih tenang. Ia duduk di atas batu besar, merenung. Kata-kata sang kurcaci tadi begitu mengusik pikirannya.

Dirinya tidak menyangka bahwa setelah kepergiannya, para iblis berani melanggar aturan dan bertindak semena-mena.

Sang kurcaci masih berdiri kaku di tempatnya, ragu untuk berbicara. “A... apa... sekarang kami berdua boleh pergi?” tanyanya dengan nada gugup, ketakutan masih menyelimuti dirinya.

Enzo melirik mereka sekilas, lalu mengangguk. “Terserah… kalian boleh pergi sesuka hati,” jawabnya datar, kembali tenggelam dalam pikirannya.

Sang kurcaci lalu berusaha keras membangunkan naga yang terkapar dengan berbagai cara. Ia mulai dari menendang tubuh besar itu hingga meniup lubang hidungnya yang besar, tapi tak ada tanda-tanda kesadaran sama sekali.

“Brock! Cepat bangun. Ini bukan waktunya untuk berbaring seperti ini!” Teriakannya bergema di hutan, namun sang naga tetap diam seperti batu, tak menunjukkan reaksi apa pun. Tekanan intimidasi Raja Iblis yang dilepaskan Enzo ternyata terlalu kuat.

Tak menyerah, kini sang kurcaci menaiki tubuh naga itu dan mulai melompat-lompat di atasnya tanpa henti, menusuk hidung besarnya serta membuka kelopak matanya. Tapi semua usahanya sia-sia. Justru keadaan naga itu tampak semakin memburuk.

Sang kurcaci belum mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada sang naga, karena baginya moment seperti ini baru pertama kali dia lihat. Sang naga yang bahkan tidak pernah terkalahkan kini terkapar tak berdaya.

“Cih... Itu justru akan membuat kondisinya semakin parah,” potong Enzo sambil menggelengkan kepala, ekspresinya penuh keheranan melihat tingkah kurcaci itu. “Dia tidak akan bangun sekarang. Tapi jangan khawatir, aku tidak bermaksud membunuhnya. Dalam beberapa jam, dia akan sadar dengan sendirinya.”

Sang kurcaci terdiam, napasnya terengah-engah setelah segala usahanya yang sia-sia. Namun, mendengar penjelasan Enzo, ia merasa lega. “Apa Anda serius? Syukurlah kalau begitu...” gumamnya, matanya berkaca-kaca. Bagi sang kurcaci, Brock bukan hanya sekadar teman—ia sudah menganggap naga itu sebagai keluarganya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!