Kehidupan memang penuh lika-liku. Itulah yang terjadi pada kisah kehidupan seorang gadis cantik yang merupakan putri seorang pengusaha kaya raya. Namun hidupnya tidak berjalan semulus apa yang dibayangkan.
Jika orang berpandangan bahwa orang kaya pasti bahagia? Tapi tidak berlaku untuk gadis ini. Kehidupannya jauh dari kata bahagia. Ia selalu gagal dalam hal apapun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
...𝙳𝚒𝚊 𝚊𝚍𝚊𝚕𝚊𝚑 𝚖𝚊𝚔𝚑𝚕𝚞𝚔 𝚌𝚒𝚙𝚝𝚊𝚊𝚗 𝚃𝚞𝚑𝚊𝚗 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚜𝚊𝚗𝚐𝚊𝚝 𝚌𝚊𝚗𝚝𝚒𝚔 𝚍𝚒 𝚖𝚊𝚝𝚊𝚔𝚞 ...
...𝓓𝓮𝓿𝓪𝓷 𝓒𝓱𝓪𝓷𝓭𝓻𝓪 𝓔𝓻𝓵𝔂𝓸𝓼...
"Devan!! Cepet turun kita sarapan dulu" teriak Arlla dari arah bawah sedangkan Devan masih tidur di dalam kamar.
"Devan!!" teriak wanita itu saat tidak ada sahutan apapun dari si empunya.
Arlla berkacak pinggang dan berjalan menaiki anak tangga. "Devan!!" Wanita itu membuka pintu kamar dengan kasar dan berdecak saat melihat Devan masih berada di bawa selimut.
"Devan cepet bangun" ucap Arlla dan membuka gorden hingga sinar matahari masuk membangunkan lelaki yang tak kunjung membuka matanya itu.
"Mmpppphhh ngantuk sayang" Devan meraih pinggang wanita kesayangannya itu hingga duduk di samping kepalanya. "Cepet bangun. Aku udah masak buat sarapan" ucap Arlla dengan berkacak pinggang.
"Lima menit lagi" Devan kembali memejamkan kedua matanya dengan tangan yang masih memeluk pinggang Arlla.
"Gak ada lima menit. Bangun sekarang atau mau disiram pake air?" ancam Arlla.
"Astaga galak bener" Devan memaksa membuka matanya kemudian tertutup kembali. "Bangun Devan" Arlla menarik nafas panjang. Lama-lama ia lelah berteriak membangunkan lelaki itu.
"Kiss dulu baru mau bangun" pinta Devan tanpa membuka matanya.
"Okey" Arlla menganggukkan kepalanya sembari mengambil segelas air yang berada di atas nakas. "Nih kiss buat kamu" ucap Arlla sambil menyipratkan air itu di wajah Devan hingga lelaki itu terbangun.
Devan duduk dengan lemas. Rambutnya yang acak-acakan dengan muka bantal. "Kiss dulu disini" Devan menunjuk pada bibirnya namun tidak di ladeni oleh wanita itu.
"Ayok bangun" Arlla menarik tubuh Devan namun bukannya lelaki itu yang bangun melainkan tubuhnya yang ambruk di atas tubuh Devan.
"Berat banget sih. Makan apa aja kamu"
"Kaya kingkong" cibir Arlla
Devan melingkarkan kakinya di atas tubuh Arlla hingga wanita itu terkunci sedangkan dirinya bisa melanjutkan tidurnya. Dalam hitungan detik dengkuran halus kembali terdengar di telinga Arlla.
"Devan kebo" teriak Arlla
"Iya bangun ini bangun" Devan membuka matanya dengan tangan dan menunjukkan jika dia sudah bangun pada Arlla.
"Cepetan mandi terus turun buat sarapan" Devan merangkul pinggang Arlla dan menjadikannya guling. "Mentang-mentang tubuhnya gede"
"Mandi berdua baru aku mau" Devan membenamkan wajahnya di ceruk leher Arlla dan menghirup aroma tubuh wanita itu yang sudah menjadi candu baginya.
"Katanya mau jogging. Kita itu harus olahraga biar sehat" ucap Arlla mengingatkan bahwa pria itu berniat untuk jogging bersama dengan dirinya.
"Jogging mah udah sering. Olahraga di kasur juga boleh" Tangan Devan mulai menerobos masuk ke dalam baju Arlla.
"Devan lepas" Namun dengan tubuh yang terkunci membuat Arlla tidak bisa melakukan apapun.
"Devan aku nyuruh kamu mandi" ucap Arlla
"Habis ini" Devan terus melanjutkan aksinya bermain-main di tubuh wanita itu.
Lelaki itu mencium bibir Arlla tanpa aba-aba dan melumatnya dengan rakus. Satu tangannya berada di area bawah sedangkan tangan yang lain berada di belakang tubuh wanita itu untuk mempererat pelukan mereka.
Tiga jam kemudian...
"Laper" keluh Devan sembari menuruni anak tangga. Tangannya memegangi perutnya yang sudah keroncongan.
"Jam berapa sekarang?"
"Jam 10" ketus Arlla
Kakinya gemetar karena menahan rasa lapar dan lelah akibat ulah Devan. Perutnya pun sudah keroncongan meminta untuk diisi. Devan merangkul pinggang Arlla dan mencium pipi wanita itu berulang kali.
"Udah stop" Arlla berjalan mendahului untuk sampai di meja makan.
"Devan ayo dong"
"Coba panggilan lain selain Devan" ucap Devan yang cukup risih dengan Arlla yang memanggilnya hanya nama saja.
"Apa? Dev? Atau Van?" tanya Arlla yang membuat Devan semakin mengacak rambutnya.
"Aku ini lebih tua dari kamu loh" pancing Devan
"Ouh aku tau" Mata Devan berbinar menatap Arlla. "Gimana kalau aku panggil kamu..... "
"Om" Wajah Devan seketika masam saat mendengar panggilan yang tidak sesuai dengan harapannya.
"Aku gak setua itu untuk di panggil om" ucap Devan kesal dan menyendokkan nasi ke piringnya yang kosong.
"Mas" Devan menoleh seketika saat Arlla menyebutkan satu kata yang sangat ia harapkan.
"Coba ulangi sekali lagi" pinta Devan penuh harap.
"Ah aku belum kasih makan Samantha sama Miko" Arlla berlari ke arah dua ikan miliknya yang belum ia beri makan.
"Ada aja alasannya" Devan menyuapkan sesendok nasi dan lauk ke dalam mulutnya dengan kasar.
"Kasih makan dulu perutmu baru kasih makan perut ikan" ucap Devan
Arlla kembali ke meja makan usai memberikan ikan-ikannya makan. Wanita itu ikut bergabung untuk makan.
"Kita harusnya makan dari jam 7 tadi" cibir Arlla
"Sorry cantik" Devan menyibak rambut Arlla yang menutupi sebagian wajah wanita itu dan menyelipkannya ke belakang telinga.
"Aku mau main jetski" ujar Arlla
"Boleh" Devan mengangguk menyetujui permintaan wanita itu.
"Surat nikah kita sudah jadi" ucap Devan membuat Arlla mendongak. Satu bulan lalu pria itu menikahinya secara paksa. Mereka menikah tanpa di hadiri keluarga dan hanya ada warga penduduk setempat yang menjadi saksi pernikahan mereka.
Arlla terdiam sejenak kemudian kembali melanjutkan makannya. "Kamu saja yang bawa" ucap Arlla
"Kamu gamau nyimpen?" tanya Devan
"Aku orangnya lupaan. Takut kalau hilang" ujar Arlla memberi alasan.
"Biar aku aja yang beresin" Devan membereskan sisa makanan mereka dan membawanya ke dapur.
Arlla lebih dulu keluar menuju tepi pantai dengan dress putih yang dibelikan oleh Devan beberapa waktu lalu. Wanita itu tampak sangat cantik saat kulitnya terkena sinar matahari.
"Aku tau kamu masih mencintai Gerald" gumam Devan sebelum akhirnya menyusul dan memeluk pinggang Arlla.
"Mau main sekarang?" Arlla menganggukkan kepalanya dengan antusias.
Aku kehilangan cintaku batin Arlla
Impianku, harapanku untuk bisa menikah dengan orang yang aku cintai sudah pupus batin Arlla
Devan menggenggam tangan wanita itu dan mengajaknya menuju jetski miliknya yang terletak tidak jauh. "Pakai dulu pelampungnya" ucap Devan sembari memasangkan jaket pelampung di tubuh ramping Arlla.
"Woooohhhhhh" teriak Arlla yang sangat senang bisa menikmati suasana laut dan bermain-main dengan lumba-lumba yang berenang di sekitarnya. Devan tersenyum bahagia bisa melihat wanitanya tertawa lepas seperti saat ini.
"Aku mau yang nyetir" pinta Arlla
"Jangan nanti bukannya jadi seru malah jadi petaka. Kita bisa kecemplung berdua nanti" ucap Devan tidak mengizinkan dan kembali melajukan jetski itu dan berputar-putar mengelilingi lautan.
Arlla mengeratkan pelukannya pada tubuh kekar Devan dan menyandarkan kepalanya di punggung pria itu. "Mas, aku udah capek" Devan mengulas senyum saat mendengar panggilan baru untuknya dari bibir Arlla.
Devan mulai membawa jetski itu ke pinggiran setelah satu setengah jam mereka bermain di tengah lautan.