NovelToon NovelToon
Cinta Di Lapangan Hijau

Cinta Di Lapangan Hijau

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:524
Nilai: 5
Nama Author: Anjelyy_

Dalam dunia sepak bola yang penuh persaingan, cinta tak terduga mekar. Caka Alvias, bintang tim Warriors FC yang tampan dan populer terjebak dalam perasaan terlarang untuk Bulan Nameera, asisten pelatih nya, yang terkenal tegas dan tangguh. Namun, konflik masa lalu dan juga tekanan karir mengancam untuk menghancurkan cinta mereka. Apakah cinta mereka bisa bertahan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anjelyy_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Aku tidak membencimu

"Kita putus."

Caka terkejut, wajahnya pucat. "Bulan, apa maksudmu? kemarin kan kita sudah clear."

Bulan menunduk, suaranya lembut. "Aku tahu, Caka. Tapi aku merasa tidak layak untukmu. Aku tidak ingin menyakitimu lagi."

Caka berusaha mendekati, tapi Bulan melangkah mundur. "Justru dengan begini kamu buat aku sakit Bulan!"

Bulan mengangguk. "Aku sudah memutuskan, Caka. Maafkan aku."

Bulan berjalan pergi, meninggalkan Caka yang terpukul. Caka memanggil namanya, tapi Bulan tidak menoleh.

Caka berdiri sendirian, merasa kehilangan dan kesepian. Air mata mengalir di pipinya.

Sementara itu, Bulan berjalan menjauh, merasa sedih dan bersalah. Dia tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.

***

Bulan menatap langit-langit kamar dengan tatapan kosong. Rasanya sakit sekali jika dia harus putus dengan orang yang dia sayangi.

tiba-tiba handphone nya bergetar membuyarkan lamunannya.

"Hai Bulan, aku ingin ketemu. Ada yang penting untuk dibicarakan. - Tante Nuri" isi pesannya

Bulan ragu, "Tante Nuri? Siapa dia?"

Sesaat kemudian Bulan tiba di tempat yang dijanjikan.

Tante Nuri menatap Bulan dengan mata sedih. "Bulan, aku tahu kamu tidak sengaja menyakiti keluarga kami, tapi aku masih merasa sakit kehilangan adikku."

Bulan menunduk, merasa bersalah. "Aku minta maaf, Tante."

Tante Nuri memegang tangan Bulan. "Aku tidak marah padamu, tapi aku ingin kamu menjauhi Caka. Aku sangat tidak berharap kamu dapat masuk ke keluarga kami."

Bulan terkejut. "Tapi, Tante, aku sudah putus dengan Caka."

Tante Nuri menatap serius. "Bagus jika seperti itu, aku berharap kamu tidak menarik keputusan itu. Jangan membuatnya lebih sulit."

Bulan hanya terdiam

"Aku harap kamu paham maksud ku. Ini demi kebaikan Bulan."

Bulan mengangguk tersenyum getir.

***

Bulan dan Caka berpapasan di lapangan, tapi tidak ada senyum atau sapaan. Bulan cepat-cepat berlalu, menghindari kontak mata.

Caka menatap kekosongan, merasa sakit dan kehilangan. Dia tidak mengerti mengapa Bulan harus menghindarinya.

Sementara itu, Bulan berjalan cepat, berusaha menyembunyikan perasaannya. Dia merasa bersalah dan sedih, tapi merasa harus menjauhi Caka seperti yang Tante Nuri sarankan.

Hari ini kebagian Caka yang piket untuk mengembalikan bola ke gudang. Tiba di sana ternyata ada Bulan yang baru saja keluar dari ruangan itu.

Caka menjatuhkan kotak bola mengejar Bulan. Caka menarik tangan Bulan agar berhenti.

"Lan, plis!" Wajah Caka terlihat memilukan

Bulan sebisa mungkin untuk tidak bertatapan dengannya.

"Lihat aku, Lan."

Bulan berusaha melepaskan pegangan Caka tanpa menjawab ataupun melihatnya, namun pegangan Caka terlalu kuat.

"Jangan buat aku kehilangan untuk yang kesekian kali nya, Lan."

"Stop, Caka. Harunya kamu benci sama aku."

"Aku gak punya alasan untuk membenci mu!"

"Aku pembunuh." jawab Bulan dengan nada tinggi.

Caka beralih memegang kedua tangan Bulan, "Itu kecelakaan, Bulan!" katanya dengan penuh penekanan.

Bulan melepaskan tangan Caka dari pundak lalu berjalan pergi.

"Kamu harus tau, Lan. Sampai kapanpun aku tidak akan membencimu!" kata Caka sambil menatap kepergian Bulan.

Sementara Bulan yang mendengar itu semakin campur aduk rasanya, bahkan dia tidak bisa menahan air matanya lagi.

***

Hari kedua, Bulan dan Caka bertemu lagi di ruang tamu saat nobar Piala Dunia. Bulan cepat-cepat mengalihkan pandangan ketika Caka melihatnya.

Caka merasa sakit dan kecewa, tapi berusaha tetap tenang. Dia memilih duduk di pojok ruangan, menjauh dari Bulan.

Riko memperhatikan situasi dan mendekati Caka. "Kamu baik-baik saja, Caka?"

Caka mengangguk pelan. "Aman."

***

Hari ketiga, Bulan sebagai pelatih dan Caka sebagai atlet bertemu di lapangan latihan. Bulan tetap profesional, memberikan instruksi tanpa kontak mata.

"Mulai!"

"Lan, kita perlu bicara!"

"Biasakan tetap profesional." Bulan kembali meniupkan peluit

Caka merasa sakit dan kecewa, tapi berusaha fokus pada latihan. Dia ingin membuktikan kemampuannya.

Di kamar Bulan menyalakan handphone yang sudah lama dimatikan. Layar penuh dengan notifikasi banyak pesan dan panggilan tidak terjawab dari Caka.

Bulan merasa campur aduk, sedih, bersalah, dan penasaran. Dia ingin membaca pesan-pesan itu, tapi ragu.

Bulan membaca pesan-pesan dari Caka, berisi kata-kata manis dan penuh harapan. Namun, dia memutuskan untuk mengabaikannya.

Dengan perasaan berat, Bulan mematikan handphone dan membaringkan diri di tempat tidur, air mata mengalir deras. Dia merasa sedih, bersalah dan kehilangan.

"Kenapa aku harus menyakiti orang yang aku cintai?" bisiknya pada diri sendiri.

Bulan menenangkan diri, "It's oke Bulan!"

1
Senja25
bagus tor, semangat semangat /Drool/
Ayu Anjeli: thanks🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!