Dimalam pengantin yang seharusnya sakral ternyata menjadi mimpi buruk bagi Luna dimana ia melakukan ritual olahraga pertamanya dengan adik iparnya yang bernama Damian.
Suami Luna yang bernama Sebastian langsung menjatuhkan talak kepada Luna.
Orang tua Luna sangat murka dan ia meminta Damian untuk menikah dengan Luna.
Luna berjanji akan membalas dendam kepada Damian yang sudah menghancurkan hidupnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my name si phoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
Damian telah membawa Luna kembali ke rumah dan ia meminta pelayan untuk membuatkan bubur ayam.
Setelah itu Damian kembali masuk ke kamarnya dan ia melihat istrinya yang sedang duduk di atas tempat tidur.
"Ada apa?" tanya Damian
"Tidak ada apa-apa Mas." jawab Luna.
Damian menggenggam tangan istrinya dan memintanya untuk mengatakan apa yang sedang dipikirkan oleh Luna.
"Apakah Mas Damian seorang mafia?" tanya Luna. Sambil menatap wajah suaminya.
Damian yang mendengarnya langsung tertawa terbahak-bahak.
"Kamu kebanyakan nonton film, Luna. Aku bukan mafia." jawab Damian.
Kemudian Damian menceritakan tentang bagaimana ia bisa menjadi seperti ini.
"J-jadi Mas bisa seperti ini karena bantuan dari Dilan?"
Damian menganggukkan kepalanya dan ia sangat berterima kasih kepada Dilan yang sudah membantunya.
Luna meminta Damian untuk mengembalikan uang yang sudah diberikan kepada Dilan.
"Ada apa sayang? Kenapa kamu seperti orang ketakutan?" tanya Damian.
"Mas, tolong percaya sama aku. Lebih baik Mas mengembalikan uang 4M itu kepada Dilan." pinta Luna.
Damian pun menganggukkan kepalanya dan nanti ia akan ke rumah Dilan untuk mengembalikan uang yang dulu pernah diberikan kepadanya.
Jam menunjukkan pukul tujuh malam dimana Damian akan menuju ke rumah Dilan.
"Apakah kamu mau menemaniku?" tanya Damian.
"I-iya Mas." jawab Luna yang segera mengganti pakaiannya.
Kemudian mereka berdua segera menuju ke rumah Dilan.
Sesampainya di rumah Dilan, Damian dan Luna melihat Dilan yang sepertinya sedang mengobrol dengan beberapa rekan bisnisnya.
Kedatangan Damian yang secara tiba-tiba membuat Om Sugeng terkejut.
Damian menggandeng tangan Luna dan segera menyapa Om Sugeng.
"Damian, bagaimana kabarmu? B-bukankah ini Luna?" tanya Om Sugeng.
Luna menganggukkan kepalanya dan ia mencium tangan Om Sugeng.
Kemudian Om Sugeng mengajak Damian dan Luna untuk masuk kedalam.
Om Sugeng meminta pelayan untuk membuatkan kopi dan teh untuk Damian dan Luna.
"Ada keperluan apa kalian berdua kemari?" tanya Damian.
Damian mengeluarkan sebuah amplop coklat dan memberikannya kepada Om Sugeng.
"Apa ini?" tanya Om Sugeng yang kemudian membuka amplop coklat pemberian Damian.
Damian mengucapkan terima kasih karena Om Sugeng sudah menolongnya dan ia mengembalikan uang yang dulu pernah diberikan kepada Om Sugeng.
"Damian, aku ikhlas memberikan uang itu. Tidak usah kamu kembalikan." ucap Om Sugeng yang kemudian mengembalikan amplop coklat kepada Damian.
Damian menggelengkan kepalanya dan ia tetap mengembalikan uang milik Om Sugeng.
Om Sugeng pun akhirnya mengambil amplop coklat itu.
Damian dan Luna tersenyum tipis saat melihat Om Sugeng yang akhirnya mau mengambil amplop coklat itu.
Disaat pelayan menyuguhkan minuman untuk mereka berdua.
Luna mengajak pulang Damian dan ia berpura-pura kalau perutnya sakit.
"Kak Dilan saya pamit dulu. Luna sedang tidak enak badan."
Dilan menganggukkan kepalanya dan ia meminta Damian untuk berhati-hati saat mengendarai mobil.
Damian langsung melajukan mobilnya menuju ke rumah.
"Ada apa sebenarnya?" tanya Damian.
"Kapan-kapan saja aku menceritakannya." jawab Luna.
Damian mengernyitkan keningnya saat mendengar perkataan dari Luna.
Luna hanya ingin suaminya tahu tentang siapa Dilan dan Ayana.
Walaupun Luna dan Ayana sahabat, tetapi ia tidak suka dengan sifat Dilan.
Sesampainya di rumah Damian meminta Luna untuk mandi terlebih dahulu.
Luna pun segera masuk ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.
Ia menghidupkan air hangat untuk dirinya yang akan berendam di dalam bathtub.
Setelah airnya sudah penuh, Luna masuk kedalam bathtub untuk berendam.
Ia masih merasakan mahkotanya yang sangat sakit akibat ulah suaminya.
Damian melihat jam tangannya dan sudah setengah jam Luna berada di kamar mandi.
"Luna, buka pintunya. Luna!" Damian mengetuk pintu kamar mandi dan berharap kalau istrinya sedang baik-baik saja.
Tidak ada jawaban dari istrinya, Damian langsung membuka pintu dan ia melihat istrinya yang memejamkan matanya di dalam bathtub.
"Luna!" Damian memeriksa denyut nadi istrinya yang ia kira sedang pingsan.
Damian menghela nafasnya saat mengetahui jika Istrinya sedang tertidur pulas.
Ia segera membopong tubuh istrinya dan membawanya ke tempat tidur.
Damian mengambil salep untuk mengobati mahkota Luna yang terluka karena ulahnya.
Luna yang sudah tertidur pulas sampai tidak merasakan jika suaminya sedang mengobatinya.
Setelah itu Damian mengambil selimut untuk menutupi tubuh Luna yang tidak memakai sehelai apapun.
Damian kembali naik ke atas tempat tidur sambil memeluk tubuh istrinya.
"Aku kalah sayang, kamu sudah meluluhkan hatiku. Aku mencintaimu." ucap Damian.
Tak lupa sebelum tidur ia mencium kening istrinya yang sudah tertidur pulas.
Sementara itu di tempat lain dimana Hadi dan Ayan sedang camping.
Hadi melihat Ayana yang sedang menggosok telapak tangannya karena kedinginan.
"Pakailah sarung tangan ini biar tanganmu hangat." ucap Hadi yang kemudian memasangkannya ke tangan Ayana yang kedinginan.
Hadi mengambil termos dan memberikannya kepada Ayana.
"Minumlah biar badanmu hangat." pinta Hadi yang kemudian membuka termos airnya.
Ayana segera minum jahe hangat yang ada di dalam termos Hadi.
"Ayana, ada sesuatu yang ingin aku bicarakan dengan kamu." ucap Hadi.
"Bicara apa?" tanya Ayana dengan wajah yang serius.
Hadi meminta Ayana untuk menutup matanya sebentar.
Kemudian Ayana menutup matanya saat Hadi memintanya.
"Bukalah matamu." ucap Hadi.
Ayana melihat Hadi yang jongkok sambil memegang kotak cincin.
"Ayana, aku mencintaimu. Maukah kamu menikah denganku?" tanya Hadi.
Hadi berharap jika Ayana mau menerima pinangannya.
"Aku tidak bisa karena aku mencintai lelaki lain." ucap Ayana yang langsung menolak pinangan dari Hadi.
"Apakah kamu mencintai Damian?" tanya Hadi.
Ayana menganggukkan kepalanya dan ia berencana untuk mengungkapkannya kepada Damian.
"Lupakan Damian karena ia sudah menikah siri dengan Luna." ucap Hadi.
Ayana menggelengkan kepalanya dan ia mengatakan kalau Hadi berbohong kepadanya.
"Mas Damian tidak mungkin menikah dengan Luna yang sudah mengecewakannya. Ia hanya ingin balas dendam kepada Luna." ucap Ayana.
Hadi mengambil ponselnya dan memperlihatkan foto dimana Damian mengucapkan ijab Kabul di depan pak penghulu.
"I-ini tidak mungkin. Kenapa Mas Damian tidak memberitahukan aku kalau menikah dengan Luna." ucap Ayana yang tiba-tiba langsung jatuh pingsan.
"Ayana! Bangun Ayana!" Hadi langsung membawa tubuh Ayana kedalam tenda.
Ia mengambil minyak kayu putih dan menggosokkannya ke tubuh Ayana yang dingin.
Hadi menatap wajah Ayana yang sangat cantik, melihat Ayana yang belum sadarkan diri dan terlintas dalam benak Hadi yang ingin mencium bibir Ayana.
Sudah lama ia memendam perasaannya kepada Ayana dan setelah mengungkapkannya ia malah mendapatkan rasa kekecewaan.
Ia pun langsung menutup tendanya dan setelah itu ia melakukan perbuatannya kepada Ayana yang masih pingsan.