Risma begitu syok ketika mengetahui bahwa suaminya yang bernama Radit yang selama beberapa tahun tinggal terpisah darinya karena dia dipindah kerjakan di luar kota ternyata telah menikah lagi di belakangnya. Hati Risma pun bertambah hancur ketika mengetahui bahwa selama sebelas tahun menikah dengan Radit dan mempunyai dua orang anak ternyata Radit tidak pernah mencintainya. Radit tidak bahagia hidup dengannya dan memilih untuk menikahi mantan kekasihnya di masa lalu. Lalu apakah Risma akan sanggup menghadapi pengkhianantan sang suami , dan apakah Risma bisa bertahan hidup bersama Radit setelah diduakan dan dia sadar bahwa cintanya yang begitu besar hanya bertepuk sebelah tangan...?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy Almira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
18. Berdoa
Pukul empat sore Radit baru sampai di rumah. Setelah memasukkan mobilnya ke dalam garasi, Radit lalu masuk ke dalam rumah. Di dapur risma sedang memasak untuk makan malam.
"Risma, anak- anak di mana...?'' tanya Radit menghampiri Risma di dapur.
"Lagi main ke rumah sebelah..." Risma fokus memotong sayuran.
"Maaf ya Ris, aku telat pulang. Tadi di rumah Anggi baru beres..." ucap Radit.
"Iya..." jawab Risma tanpa sedikit pun menoleh kearah sang suami.
"Anak- anak tadi ngambek nggak karena aku nggak jadi ngajak mereka jalan- jalan...?" tanya Radit.
"Nggak, mereka biasa aja. Kan mereka sudah biasa hidup tanpa kamu mas..." jawab Risma sambil memasukkan sayur ke dalam panci.
Mendengar perkataan Risma, Radit pun terdiam. Dia merasa bersalah pada istri dan anaknya.
"Ibu... Ibu..." Rafa dan Sabila memanggil.
"Ibu ada di dapur..." seru Risma.
Rafa dan Sabila lalu menghampiri Risma di dapur. Ketika mereka melihat Radit ada di dapur bersama dengan Risma, Rafa buang muka, sedangkan Sabila memanyunkan bibirnya.
"Rafa, Sabila..." Radit menghampiri keduanya.
"Maafin ayah ya, tadi ayah nggak sempat ngajak kalian jalan- jalan. Ayah sibuk bantuin tante Anggi beres- beres rumah..." ucap Radit sambil memegang pundak Sabila.
"Ayah bohong...! Ayah nggak menepati janji...! Ayah nggak sayang sama ade...! Sama mas Rafa juga...! Ade benci sama ayah....!" seru Sabila lalu lari dan masuk ke dalam kamar dan membanting pintu.
"Sabila..." Radit mengejar Sabila tapi pintunya kamarnya di kunci dari dalam.
"Sabila sayang buka pintunya..." Radit mengetuk- ngetuk pintu kamar.
"Nggak mau...! Sabila nggak mau sama ayah...! Ayah tukang bohong...!" seru Sabila dari dalam kamar.
"Lain kali kalau tidak bisa menepati, nggak usah berjanji mas. Anak- anak itu kalau dijanjikan sesuatu pasti mereka akan menagih janji itu sampai bisa ditepati. Dan kalau janji itu tidak ditepati mereka akan kecewa..." ucap Risma lalu masuk ke dalam kamar.
Radit lalu menyusul Risma masuk ke dalam kamar. Lalu Radit membuka kancing kemejanya. Dia hendak mandi karena badannya sudah lengket sekali karena pergulatan panasnya dengan Eva beberapa waktu lalu.
"Sebenarnya kamu ngapain aja sih di rumah Anggi sampai pulang sore...?" tanya Risma.
"Namanya juga orang habis hajatan pasti kan banyak yang harus dirapihkan, ya aku bantu- bantu di sana...." sahut Radit.
"Ya tapi nggak harus sampai sore juga kali mas, masa dari tadi malam beres- beres sampai besok dan sampai sore baru selesai. Memangnya apa aja yang kamu kerjakan di sana...? Bongkar panggung...! Atau bongkar tenda...?" tanya Risma.
"Ya gitu lah Ris..." jawab Radit.
Risma tertawa pelan.
"Kalau mau bohong jangan keterlaluan kali mas, kamu pikir aku sebodoh itu. Bongkar panggung sama bongkar tenda itu bukan tugas yang punya hajat.Ada orang khusus dari pihak tenda yang bertugas memasang dan juga membongkar tenda. Jadi kamu nggak usah mengada- ada deh mas...." sahut Risma.
"Apa jangan- jangan kamu habis menemui Nada ya...? Kamu bersenang- senang sama dia sampai kamu lupa kalau kamu punya janji sama anak- anak...?" tanya Risma.
"Nada...Nada terus yang kamu omongin...! Bisa nggak sih kamu nggak usah bawa- bawa Nada dalam masalah kita...! Nada tidak ada sangkut pautnya dalam masalah kita...!Harusnya kamu minta maaf sama Nada karena kamu sudah berbuat kasar sama dia...! Kamu sudah menganiaya dia...!" Radit tiba- tiba marah.
"Untung saja Nada tidak melaporkan kamu ke polisi atas tindakan penganiayaan. Kalau sampai dia tidak terima dengan perbuatan kamu yang seperti preman itu, dan dia melaporkan ke polisi, habis kamu Risma...! Lain kali kalau mau bertindak itu mikir pakai otak...!Jangan berbuat seenaknya...! Bikin malu keluarga besar saja kamu ini..." seru Radit.
"Dengar ya Risma, aku tegaskan sama kamu, aku tidak ada hubungan apapun selain berteman dengan Nada. Jadi kamu nggak usah sok tahu, dan terus mencurigaiku selingkuh dengan Nada. Mengerti kamu Risma...!" seru Radit sambil menatap penuh arah pada Risma.
Risma pun hanya diam tak mampu berkata- kata lagi. Kemudian Radit melempar kemejanya ke keranjang baju kotor. Radit lalu masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri, lalu menutup pintu kamar mandi dengan kasar.
Risma hanya diam duduk di tempat tidur. Sepuluh menit kemudian Radit keluar dari kamar mandi hanya menggunakan handuk yang dililitkan di pinggang. Kemudian Radit mengambil baju dilemari. Risma memperhatikan gerak- gerik Radit yang tidak jauh darinya . Tiba - tiba mata Risma tertuju pada ke dua lengan Radit yang terdapat beberapa luka seperti bekas cakaran di sana.
"Mas...." ucap Risma.
"Ada apa...?" jawab Radit dengan datar.
Risma lalu bangun dari duduknya kemudian menghampiri Radit.
"Lengan kamu kenapa, kok ada bekas cakaran...?" tanya Risma.
Radi tersentak mendengar pertanyaan dari Risma. Dia lalu membalikkan tubuhnya menghadap Risma sambil berfikir mencari jawaban yang pas.
"Ehm... Oh..ini.. Lenganku tadi gatal mungkin kena ulat, jadi aku garuk- garuk sampai ada bekasnya...." jawab Radit berbohong. Padahal itu adalah ulah Eva ketika mereka melakukan penyatuan. Saking nikmatnya, Eva sampai tidak sadar mencakar lengan Radit.
Risma pun hanya diam sambil menatap Radit beberapa saat. Kemudian Risma keluar dari kamar. Di ruang tv , Rafa sedang duduk di sofa sambil termenung.
Radit merasa lega karena sepertinya Risma percaya dengan jawabannya. Untung saja hanya ada bekas cakaran, tidak ada bekas tanda merah di leher karena Radit melarang Eva memeberikan tanda itu takut Risma melihatnya.
"Mas Rafa...? Kenapa...?" tanya Risma menghampiri Rafa yang sedang duduk termenung di sofa ruang tengah.
Rafa mendongakkan kepalanya menatap sang ibu.
"Ibu...ibu nggak papa...? Kenapa ayah marah sama ibu...? Memangnya ibu salah apa...?" tanya Rafa khawatir dengan sang ibu.
"Ibu nggak papa sayang, ayah nggak marah kok sama ibu. Tadi itu ayah sama ibu cuma berdebat saja. Biasalah namanya juga orang dewasa, pasti suka beda pendapat..." Risma mengusap kepala Rafa dan duduk di sampingnya.
"Mas Rafa mandi dulu ya, sudah sore,.." ucap Risma
"Iya bu..."
****
Malam harinya setelah sholat maghrib Radit bersiap untuk kembali ke kota B.
"Ade, buka pintunya sayang, ayah mau berangkat . Ade keluar dulu , Ayah mau peluk Ade..." Radit mengetuk pintu kamar.
Tapi Sabila tidak mau keluar juga. Radit menghela nafas panjang.
"Sudah lah mas , biarkan saja, mungkin Sabila masih kecewa. Biar nanti aku bicara sama dia..." ucap Risma.
Radit hanya diam tanpa mau menanggapi ucapan Risma. Radit masih kesal pada Risma karena dia terus menuduhnya selingkuh dengan Nada.Radit lalu menghampiri Rafa.
"Rafa, ayah berangkat ya, Rafa baik- baik di rumah, jagain ade ya, yang akur sana Ade jangan berantem..." ucap Radit sambil mengusap kepala Rafa.
"Iya yah, ayah hati- hati di jalan..." ucap Rafa.
"Iya..." Radit mencium kening Rafa. Lalu Rafa mencium punggung tangan sang ayah.
"Mas, nggak makan dulu...? " ucap Risma.
"Aku nggak lapar..." jawab Radit.
"Aku berangkat..." ucap Radit tanpa sedikit pun menoleh pada Risma. Tentu saja Risma merasa sedih dengan sikap Radit.Radit lalu berjalan menuju pintu. Di depan sudah ada ojek on line yang akan membawa Radit ke rumah bu Ratna karena dia akan menjemput Eva.
"Tunggu mas..." ucap Risma. Radit pun menghentikan langkahnya.
"Mas, aku minta maaf kalau mas Radit marah karena aku mencurigai mas Radit punya hubungan sama Nada. Maafkan aku ya mas, mulai sekarang aku tidak akan mencurigai mas Radit lagi. Aku percaya mas Radit bicara jujur , kalau mas Radit tidak selingkuh dengan Nada. Tapi aku minta sama mas Radit, tolong jaga kepercayaanku ya mas. Bukan buat aku, tapi buat anak- anak. Tolong jangan buat anak- anak kecewa..." ucap Risma sambil menahan air mata agar tidak menetes.
Radit menatap Risma beberapa saat. Matanya memancarkan rasa bersalah.
"Iya Ris, aku pergi dulu..." ucap Radit lalu keluar dari rumah.
Risma mengikuti Radit sampai di pintu pagar. Risma lalu mengunci pintu pagar tersebut. Kemudian Risma kembali masuk ke rumah. Risma lalu duduk di ruang tengah. Rafa menghampiri sang ibu dan duduk di sampingnya.
"Ibu, ibu nggak papa...?" tanya Rafa. Rafa masih berumur sembilan tahun, tapi dia begitu perhatian dan perasaannya sangat sensitif. Dia selalu tahu jika sang ibu sedang sedih.
"Ibu nggak papa..." sahut Risma tersenyum pada sang putra.
"Ibu sedih karena sikap ayah kan...?" tanya Rafa.
"Nggak sayang, ibu nggak sedih kok..." jawab Risma sambil mengusap pipi Rafa.
"Ayah sekarang berubah ya bu..." ucap Rafa. Risma menoleh pada Rafa sambil mengerutkan keningnya.
"Ayah berubah...?" tanya Risma.
"Iya, ayah selalu saja sibuk, sampai nggak perduli lagi sama ibu, sama Rafa dan juga sama ade..." jawab Rafa. Risma hanya menghela nafas.
"Bu, kenapa Rafa sama ade seperti anak yatim...?" tanya Rafa.
Risma pun kaget dengan pertanyaan Rafa.
"Apa maksud mas Rafa bicara seperti itu...?" tanya Risma.
"Ayah jarang pulang, jarang punya waktu buat Rafa dan juga Ade. Setiap hari Rafa dan Ade hanya ditemani ibu. Ke mana - mana hanya sama ibu.Diantar jemput sekolah hanya sama ibu.Tidak seperti teman- teman Rafa yang sering diantar jemput sama ayahnya ke sekolah...." ucap Rafa sambil menangis.
"Rafa juga ingin diantar atau dijemput ke sekolah sama ayah, biar teman- teman Rafa tahu kalau Rafa juga punya ayah...." lanjut Rafa.
"Rafa...." Risma memeluk sang putra , lalu dia menangis.
"Dengar sayang, ayah kan kerjanya jauh, di luar kota, nggak seperti teman- teman Rafa yang ayahnya tempat kerjanya masih di kota ini..." ucap Risma sambil mengusap punggung Rafa.
"Kenapa ayah memilih pekerjaan yang jauh dari kita bu...? Kenapa nggak kerja di kota ini saja seperti ayahnya teman- teman Rafa...?" tanya Rafa melepaskan pelukannya.
"Rafa ingin seperti teman- teman Rafa. Setiap hari bisa kumpul sama ayah dan ibu. Rafa nggak suka bu keluarga kita pisah - pisah seperti ini..." Rafa terisak.
"Mas Rafa yang sabar ya, nanti ibu bicara lagi sama ayah supaya ayah pindah kerja di kota ini saja. Tapi kan cari kerja itu nggak gampang. Ayah perlu memikirkannya juga...." sahut Risma.
"Kalau ayah nggak mau pindah kerja , kenapa ayah nggak bawa kita pindah ke kota B saka bu...? Kan kita bisa tinggal bersama di sana..." sahut Rafa.
"Iya, nanti kita bicara sama ayah ya..." ucap Risma. Risma tidak yakin jika Radit mau membawa keluarganya ke kota B, karena dia juga sudah beberapa kali meminta pada Radit, tapi Radit menolaknya.
"Ibu..." ucap Sabila keluar dari kamar.
" Eh Sabila sudah bangun, sini sayang..." ucap Risma.
"Sudah bangun dari tadi..." sahut Sabila sambil duduk di samping sang ibu.
"Kenapa tadi ade keluar pas ayah mau pergi...?" tanya Risma.
"Malas bu, Ade masih kesal sama ayah..." jawab Sabila.
"Nggak boleh gitu dong sayang..."
"Abisnya ayah tukang bohong..."
"Kan ayah sibuk bantuin tante Anggi beres- beres rumah. Bulan depan kalau ayah pulang, kita jalan- jalan ya..." sahut Risma.
Sabila pun hanya memanyunkan bibirnya. Mereka bertiga lalu makan malam bersama. Setelah itu mereka tidur bertiga di kamar Rafa dan Sabila. Tengah malam Risma tiba- tiba terbangun. Jam masih menunjukkan pukul tiga pagi. Risma tiba- tiba teringat dengan Radit.
Iya, benar kata Radit, beberapa bulan belakangan ini Radit memang berubah. Dia jadi gampang marah pada Risma. Ketika di rumah juga Risma beberapa kali melihat Radit berkirim pesan entah dengan siapa sambil senyum- senyum. Bagaimana mungkin Risma tidak curiga pada sang suami. Dalam hati Risma dia yakin kalau ada yang disembunyikan oleh Radit. Tapi apa itu, Risma pun tidak tahu.
Risma memang mencurigai Radit punya hubungan special dengan Nada, tapi setelah kejadian tadi sore saat Radit mengatakan dengan tegas kalau dia tidak ada hubungan dengan Nada, Risma merasa apa yang dikatakan oleh Radit itu adalah sebuah kejujuran. Dia sama sekali tidak melihat adanya kebohongan di mata Radit.
"Apakah selama ini, aku sudah salah sangka sama mas Radit dan Nada...? Tapi kenapa aku selalu gelisah...?" batin Risma.
Karena sudah tiga puluh menit terjaga dan tidak bisa tidur lagi, Risma lalu keluar dari kamar kemudian mengambil wudhu di kamar mandi. Risma lalu melaksanakan shalat tahajud.Setelah selesai sholat Risma berdoa dengan khusyuk.
"Ya Alloh ya Tuhanku... Maafkan aku yang sudah mencurigai suamiku selingkuh dengan wanita lain. Aku tahu ya Alloh, sebagai seorang istri aku harus percaya pada suami yang sedang mencari nafkah luar sana demi keluarga kami. Tapi kenapa hati ini selalu gelisah Ya Alloh...."
"Aku mohon, tunjukkanlah kebenaran Ya Alloh... Jika memang suamiku tidak berbuat aneh- aneh di luar sana, tunjukkan lah padaku kalau suamiku adalah suami yang setia. Yakinkanlah hati ini kalau suamiku bisa menjaga kepercayaan yang aku berikan padanya...."
"Dan tunjukkanlah padaku juga jika suamiku tidak ternyata tidak setia dan dia berbuat curang di belakangku agar aku bisa mengambil keputusan di masa depan...."
"Aku mohon pada Mu Ya Alloh, kabulkan lah doa hambaMu ini. Amin... Ya Robal alamin...."
Bersambung...