" Kamu terlalu sibuk dengan urusan dirimu sendiri sampai lupa kalau aku juga butuh kehangatan"
" Tapi wajar saja, kita belum menikah dan kita sedang berusaha untuk kearah sana bukan?"
" Sudahlah nin, ikhlaskan saja berarti kamu bukan yang terbaik untuk dia hehe dan ternyata aku yang menang bukan?"
Yah terkadang hidup sulit dimengerti, tapi sakit yang datang bukan berarti akhir dari kehidupan bukan?
Terkadang sakit yang hadir justru mereka sedang membersihkan jalan kehidupan kita dari hasil yang buruk.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dinar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12
" Selesai...." ucap Nindy setelah menutup tempat bekal dan juga Tumbler berisi kopi buatannya.
Pagi ini Nindy akan berangkat kerumah Lily yang esok hari akan menikah dengan asisten pribadi Nathan yaitu Eriko.
Kemarin Nathan berjanji akan menjemput Nindy untuk datang kerumahnya tentu saja dengan izin yang didapat dari Ibra dan Jonathan.
Nindy sengaja membuat sarapan pagi yang akan dibawanya pagi ini untuk nathan, karena mereka akan pergi mencari kado terlebih dahulu untuk sang pengantin baru.
" Bi tolong ini disimpan dimeja saja ya dekat kursi saya" Nindy memberikan pesan sebelum dirinya beranjak dari dapur untuk membersihkan diri dan tentu saja bersiap karena waktu sudah menunjukkan untuk memasuki jam sarapan pagi.
Para anggota keluarga mulai menduduki kursi masing-masing untuk bersiap sarapan pagi, tapi seperti biasa pagi ini Amel akan dijemput oleh revano apalagi ini weekend.
" Sayang, udah sampai sini duduk lihat aku udah siapin kamu bekal loh" ucap Amel seraya mengangkat tas bekal milik Nindy.
Entah Amel sengaja atau memang dia mengira bahwa tas bekal itu memang disiapkan oleh sang art, dengan bangganya Amel memperlihatkan hasil karya orang lain kepada Revano.
" Bekal siapa yang kamu maksud Amel?" Nindy yang baru saja turun melihat jika tas bekalnya diakui oleh Amel langsung terlihat emosi.
" Kamu kenapa kak? Masih cemburu? Ini aku buat bekal untuk kekasihku dong" Amel masih percaya diri.
" Itu bekal yang aku buat, bukan kamu yang buat sini kembalikan jangan kebiasaan selalu mengambil milik orang lain" entah keberanian dari mana Nindy yang biasa malas mencari keributan kini melawan.
" Nindy" ucap Clara dengan lembut entah maksudnya apa dan arahnya kemana membuat Nindy menoleh dan menatap tajam sang ibu.
" Apa mah? Mau belain lagi? Mau suruh aku ngalah lagi? Apa mama belum cukup puas? Apa seorang kakak tidak memiliki hak untuk mempertahankan miliknya? Apa mama mau bilang kasihan Amel? Lalu bagaimana dengan perasaanku? Bukankah kita lahir dari rahim yang sama?" Nindy sedikit menaikkan nada bicaranya yang membuat Clara terkaget dibuatnya.
" Berikan bekal milik kakakmu amel, masih pagi jangan membuat keributan" Jonathan yang baru saja bergabung langsung memperingati adiknya.
" Tapi ini milikku kak, aku yang membuatnya" Amel memperlihatkan wajah sedihnya, sedangkan Revano masih tetap bertahan dengan diamnya.
" Jika itu milik kamu, coba sebutkan apa saja isi bekal didalam sana?" kini Nindy mengalihkan pandangannya kepada Amel.
Amel kikuk karena memang dia tidak tahu apa isi didalamnya, tapi bukan Amel namanya jika tidak pandai berkelit.
" I...ini..."
" Apa? Ini apa hah? kenapa? Gabisa jawab kan? Yaitu karena kamu bukan yang buat" membuat Nindy semakin emosi.
Braakkkkkkk....
Amel dengan emosi membanting kotak bekal yang ada dihadapannya sampai isinya tercecer karena tempatnya patah, bahkan Tumbler menjadi belah dan kopi didalamnya tececer.
" AMEL..." Ibra yang sejak tadi menahan emosinya kini tak bisa lagi menahannya.
" Apa pah? Papa mau belain dia lagi? Cih cuma bekal saja harus marah-marah mencari pembelaan" bukannya takut Amel justru semakin menjadi.
" Apa kamu bilang cuma? yang dibilang kamu cuma tapi kamu gabisa kan buatnya? Sampai-sampai harus merebut milik orang lain?" Nindy memperlihatkan senyuman liciknya dihadapan Amel.
Greeppppppp...
Amel memeluk sang mama seraya mencari pembelaan, biasanya jika sang mama sudah angkat bicara Nindy akan mengalah meskipun setelahnya dia akan langsung pergi.
" Nindy... Mama mohon..." belum selesai bicara Nindy sudah memotong kembali ucapan sang mama.
" Belum cukup ma selama ini Nindy mengalah? Mama kita sama-sama perempuan apalagi kita sama-sama dewasa apa mama tidak pernah memikirkan perasaan aku? Jika mama merasa aku adalah beban kenapa mama tidak sekalian saja membuang aku dijalan atau ke panti agar mama bisa lebih leluasa menyayangi dan mendidik anak kesayangan mama" ucap Nindy dengan suara bergetar, bukan menahan tangis tapi menahan emosi agar tidak kelewat batas.
" Apa aku pernah menuntut mama atau memohon kepada mama? selama ini aku selalu ikutin maunya mama bahkan aku tidak pernah memohon untuk disayangi oleh mama, aku masih menghormati mama dengan caraku dan asal mama tau aku sudah tau semuanya tapi apakah aku marah apalagi membenci mama?" kembali Nindy mengutarakan perasaannya saat ini.
Melihat Nindy yang berbalut emosi Ibra langsung bangkit dari duduknya membawa sang anak kedalam pelukan.
" CUKUP CLARA, jika kamu tidak mau semuanya terbongkar aku bilang cukup jangan pernah ikut campur apalagi meminta anak-anakku mengikuti kemauanmu, aku sudah cukup baik merawat dan berbuat adil kepada Amel selama ini" ucap Ibra dengan telunjuk yang kini berada dihadapan wajah sang istri.
Suasana cukup memanas dan tegang Amel kini berada di dekapan clara sedangkan Nindy memeluk erat tubuh sang papa menyalurkan rasa sakit yang kini dirasakannya.
Jonathan yang melihat sang art datang untuk memberitahu jika Nathan sudah sampai langsung menghampiri untuk menyambutnya tapi diruang utama saja.
" Nath, gue titip Nindy ya tadi dia sempet buat bekal yang bakal dia kasih buat lo tapi (Jonathan menceritakan kejadian kepada Nathan)" Nathan hanya menganggukkan kepalanya seraya mendengarkan dengan baik.
" Aman kak, lo tenang aja gue bakal ajak Nindy sarapan dulu sambil cari kado buat Lily besok oh iya Nindy udah bilang kan kalau dia nginep? Besok malem gue anter baliknya kak" Nathan dan Jo memang sudah akrab jadi saya berdua mereka akan berbicara santai.
Jonathan mengangguk memberikan izin, karena memang kedua orang tua Lily dan keluarganya sudah sangat dekat hanya saja mereka baru tahu jika Nathan adalah kakak dari Lily.
Setelah suasana mulai tenang kini Nindy memilih untuk pergi, Ibra menemani sang anak untuk mengambil keperluan selama berada dirumah Lily dan tentu saja mengantarkan sampai bertemu Nathan.
Ibra juga memberikan pesan selayaknya orangtua kepada anaknya, tidak lupa Nindy kembali memeluk sang papa saat ini dengan begitu erat.
" Tolong hidup lebih lama ya pah, Nindy butuh papa untuk menjaga Nindy terimakasih telah menjaga Nindy dengan sangat baik sejak kecil sampai sekarang, Nindy sangat mencintai papa" bisikan Nindy saat ini ditelinga sang papa membuat suasana menjadi sedikit sendu.
" Besok malam kita tidur bertiga dengan Kakak juga ya, seperti dulu sebelum tidur papa pasti bacakan cerita untuk adek dan kakak" Ibra membalas ucapan sang anak, hatinya terasa begitu sesak saat ini tapi dia harus terlihat tegar.
Nindy menganggukkan kepalanya melerai pelukan dengan sang papa, tidak lupa berpamitan dengan Ibra dan Jonathan sebelum berangkat.
Abg Nindy namanya jonathan?
calon Nindy namanya Nathan kan??
jantung yg bergoyang???
wkwkwk
tinggal calling Ambulance, Nin.
wiu... wiuu... wiuuuuu
wkwkwk
syokoriinnnn
di cover judulny semesta hrs bahagia..
blm digantikah??
hihiiiii
mengapa sedih dan kecewa sll diawal??
wkwkwk
ikutan mewek.... ..
semangat, Nindy!!