"Siapkan dirimu! Aku akan kembali menyiksamu malam ini!" Stevan mengucapkan itu sembari melangkah menuju pintu untuk keluar.
"Aku tidak bisa melayanimu malam ini hingga sepuluh hari ke depan Stevan Jafer Dirgantara!"
Langkah pria itu terhenti saat mendengar Bulan dengan lantang mengatakan itu. Stevan berbalik memutar tubuhnya menatap Bulan dengan tatapan penuh tanya.
"Apa kau bilang? Katakan sekali lagi!" dingin dan tegas pertanyaan Stevan membuat Bulan tertawa di dalam hatinya.
"Ya! Aku tidak bisa melayanimu sampai sepuluh hari kedepan! Kau dengar itu Tuan Stevan?" ucapnya lagi dengan jelas.
Plaaakkk...
Bukan bertanya, Stevan justru melayangkan tangan ke pipi mulus Bulan hingga membuat wajahnya menoleh ke kanan sampai darah segar keluar dari sudut bibirnya. Bulan mengusap darah itu dan mendongak menatap pria yang ada dihadapannya dengan tatapan kebencian.
Bagaimana kisah selanjutnya?
kita simak yuk ceritanya di karya => Kekejaman Suamiku.
By: Miss Ra.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rania Alifah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 31
Stevan melajukan mobilnya kencang terus mencari Bulan di seluruh kota Jakarta. Entah kemana dia akan mencari, yang pasti pikiran nya sekarang sudah dipenuhi wanita bercadar itu.
"Sialan! Kenapa kau harus menghilang!" Stevan menghentikan mobilnya di gerbang kampus tempat istrinya kuliah.
"Bulan, kamu dimana sayang? Aku harus mencarimu kemana?" gumam Stevan menyandarkan kepalanya di kursi mobil menatap lekat ke arah gerbang kampus.
Sedangkan Boy di sebelahnya sedang pulas tak memikirkan Stevan yang berkeliling kota untuk mencari Bulan. Karena dia tahu, usaha Stevan berkeliling juga tidak akan menemukan istrinya di Indonesia.
Sengaja Boy menjahili bos nya itu agar pria itu tahu, tidak akan mudah menemukan barang yang sudah dibuang begitu saja, jadi jika sampai barang itu kembali maka Stevan akan menghargai barang itu lebih baik dan tidak akan kembali membuang nya untuk kedua kali. Sungguh mulia hati sahabat Stevan ini.
Stevan menyuruh orang kepercayaan nya untuk mencari Bulan. Dia bahkan mengkerahkan seluruh anak buah nya untuk mencari dimana pun wanita itu berada. Dia bahkan tidak mengingat sama sekali untuk menanyakan pada Boy saat malam itu mengantar istrinya. Entah karena lupa atau karena pikiran nya sudah dipenuhi dengan Bulan jadi pria itu tidak mengingatnya sekalipun.
Saat sedang memejamkan matanya di dalam mobil, ponsel Stevan berdering. Dia melihat siapa yang menelfon segera mengangkatnya.
"Ya! Katakan!"
"Tuan, kita sudah mencari ke semua rumah teman Nona Bulan. Mereka tidak ada yang tahu, kemana kami harus mencarinya lagi?" tanya kepala orang suruhan Stevan.
"Aku tidak peduli.! Yang pasti kalian harus tetap mencarinya sampai ketemu.! Aku tidak mau tahu!" setelah mengatakan itu Stevan mematikan telfonnya.
Sedangkan kepala anak buah Stevan itu mendengkus kesal dan memberikan umpatan pada pria kejam itu.
"Ah dia ini benar-benar bikin aku kesal saja!" ujar Pria bertato itu menatap layar ponselnya yang sudah redup.
"Gimana Bos? Kita harus cari kemana lagi?" tanya salah seorang pria sebagai anak buah.
"Huuuft.. Ya sudah ayo kita cari lagi.! Terserah mau cari kemana, yang pasti harus ketemu.!" setelah mengatakan itu mereka semua pergi untuk kembali mencari Bulan.
*
Di Kairo
Raihan sedang memberikan materi di kelasnya, dan sudah dua kali ponselnya bergetar di saku celana membuat dia sedikit terganggu dan tidak konsentrasi. Raihan menghentikan materinya sesaat dan mengangkat telfon dengan kode nomer Indonesia yang tidak ada namanya.
"Nomer siapa ini ?" gumam Raihan bertanya dalam hati.
Dia menekan tombol hijau untuk mengangkat nomer itu dan mendengar suara seorang pria dari seberang sana.
"Hallo, Assalamualaikum nak Raihan ?" ujar Ayah Ezra menelfon Raihan karena ingin mendengar kabar putrinya.
"Waalaikumsalam, maaf ini siapa ya?" tanya Raihan tak mengenali nomer itu.
"Saya ayah nya Bulan."
Deg
"Tahu dari mana nomerku ? Bukan nya Bulan tidak memberi tahu ayah ibu nya saat pergi kemari ?" ucap Raihan dalam hati terus bertanya-tanya.
"Hallo, nak Raihan."
"Ah iya Om, ada apa Om telfon saya?" tanya nya.
"Apa kau sedang bersama Bulan nak ? Saya menghubungi nomer nya yang biasa sudah tidak aktif."
"Saya nggak sama Bulan Om, saya nggak tahu dia ada dimana sekarang." sahutnya pura-pura tidak mengetahui keberadaan Bulan.
"Jangan menutup-nutupi, saya sudah tahu semuanya. Bulan ada di sana bersama mu."
"Om tahu dari mana?" tanya Raihan mengerutkan keningnya.
"Saya tahu dari asisten nya Stevan, pria itu menyuruh anak buah nya tanpa sepengetahuan Stevan untuk mengikuti putri kami. Jadi Bulan masih aman disana."
Raihan berfikir sejenak mencerna ucapan Ayah Ezra yang menjelaskan semuanya.
"Jadi, Om sudah tahu?" tanya Raihan.
"Iya nak, jika kau bertemu dengan Bulan. Tolong cepat hubungi kami. Kami sangat merindukannya."
"Iya Om, insyaallah saya akan beritahu Bulan masalah ini." sahutnya.
"Baiklah, terimakasih nak Raihan. Kalau begitu saya tutup dulu telfonnya, Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam waroh matullah."
Raihan kembali memasukan ponselnya ke dalam saku celana dan mengakhiri materi hari ini dikelasnya karena ingin segera bertemu dengan Bulan untuk menyampaikan berita ini.
*
Kembali ke Jakarta.
Stevan telah sampai dirumah nya jam dua dini hari. Boy yang seharian di ajak berkeliling menggunakan mobil pria itu pun ikut istirahat dirumah Stevan dan tidur di kamar tamu.
Dengan langkah gontai Stevan melangkah menaiki tangga menuju kamar Bulan. Dia masuk dan kembali menutup pintu kamar setelah itu segera menuju kamar mandi.
Stevan menyalakan shower dan membasahi tubuhnya dengan air dingin untuk bisa berfikir jernih karena seharian pikirannya sudah buntu. Sambil membasuh tubuhnya dia terus mencari petunjuk untuk mencari istrinya.
"Kemana lagi aku harus mencarinya? Ya Tuhan, bawalah dia kembali." gumamnya lirih.
Setelah cukup lama membasahi tubuhnya, Stevan keluar dari kamar mandi menuju kamar ganti, dia masih melihat baju istrinya yang menggantung disana beberapa. Kembali dia mengingat Bulan, selama wanita itu tinggal dirumah nya.
"Astaga, Bulan... Pulang lah sayang." Stevan mengambil gamis milik wanita itu yang ia belikan berwarna lilac.
Stevan menempelkan gamis itu ke wajahnya, dia terus membelai gamis lembut nan harum itu seakan sangat merindukan Bulan. Stevan benar-benar frustasi, dia bingung harus mencari istri nya kemana.
Setelah mengganti pakaiannya, Stevan sambil membawa gamis milik Bulan ke atas kasurnya, dia memeluk gamis itu bahkan ia jadikan selimut di atas tubuhnya. Stevan memejamkan matanya sesaat dengan menghirup aroma harum wanita itu membuat pikirannya lebih tenang.
Dia sedikit bisa berfikir sekarang, dia terus mencari bagaimana cara nya menemukan istrinya itu. Sejenak terdiam, Stevan membuka matanya lebar dan mengingat sesuatu.
"Ponselku!" Stevan bangkit dan meraih ponselnya mencari keberadaan Bulan memalui Gps yang ia pasang di ponsel wanita itu.
"Kenapa tidak kepikiran dari kemarin, betapa bodohnya aku!" Stevan merutuki dirinya sendiri.
Dia terus mencari celah keberadaan wanita itu melalui Gps di ponselnya. Setelah mencari, Stevan mengerutkan kening nya melihat ponsel ditangannya.
"Kenapa Gps nya bisa mati? Apa dia mengganti ponselnya yang baru? Atau..."
Stevan berfikir sejenak, dia melangkah pelan menuju balkon kamar nya untuk mencari titik temu keberadaan wanita itu. Baru saja sampai di pembatas pagar balkon, Stevan kembali mengingat sesuatu.
"Boy..!!"
Stevan berjalan cepat keluar kamarnya menuju kamar tamu yang ada di lantai dasar rumahnya.
"Kenapa akhir-akhir ini aku bodoh sekali? Terakhir kan Boy yang mengantar Bulan, Astaga... Stevan!" dia menuruni tangga dengan setengah berlari terus membodohi dirinya sendiri karena baru mengingat kejadian beberapa bulan yang lalu.
Dia sudah lelah berkeliling, membayar orang suruhan nya untuk mencari Bulan, ternyata titik temu nya ada di dekat dirinya sendiri. Begitulah orang kalau sudah gila karena cinta, bisa menjadi bodoh hanya karena cinta itu sendiri.
Brak..Brak..Brak...
Stevan menggedor pintu kamar tamu yang di tinggali Boy malam ini. Boy yang sedang enak tidur terjungkat kaget mendengar pintu kamar nya di gedor oleh seseorang di depan kamar nya.
"Boooy...!! Bangun!!" teriak Stevan tak lama pintu terbuka lebar karena Boy menguncinya dari dalam.
Dengan rambut yang masih acak-acakan tanpa baju dan hanya menggunakan boxer, Boy berdiri dan membulatkan matanya karena di cengkram oleh Stevan.
"A-ada ap-pa Van.." Boy bertanya dengan suara terputus-putus karena Stevan mencengkram leher Boy dengan kuat, bahkan sorot matanya tajam menunjukan kemarahan pada sahabatnya itu.
"Dimana kau sembunyikan Bulan!"
DEG
...****************...