~ Dinar tak menyangka jika di usianya yang baru tujuh belas tahun harus di hadapkan dengan masalah rumit hidupnya. Masalah yang membuatnya masuk ke dalam sebuah keluarga berkuasa, dan menikahi pria arogan yang usianya jauh lebih dewasa darinya. Akankah dia bertahan? Atau menyerah pada takdirnya?
~ Baratha terpaksa menuruti permintaan sang kakek untuk menikahi gadis belia yang pernah menghabiskan satu malam bersama adiknya. Kebenciannya bertambah ketika mengetahui jika gadis itu adalah penyebab adik laki lakinya meregang nyawa. Akankah sang waktu akan merubah segalanya? Ataukah kebenciannya akan terus menguasai hatinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lindra Ifana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
12
Akhirnya mobil berhenti di sebuah halaman yang sangat luas, dari balik jendela Dinar bisa melihat betapa megahnya rumah yang mereka tuju. Bangunan besar dua tingkat dengan pilar pilar besar bernuansa putih yang biasanya hanya ia lihat di film ataupun sinetron kisah anak orang kaya.
"Turun...."
Dinar seperti tersadar dari lamunannya ketika mendengar suara bariton dari arah sampingnya, semua yang ada di depannya seperti sebuah mimpi. Buru buru dia turun walau sedikit kesusahan karena kain bawahan kebayanya sedikit ketat.
Dengan terseok ia mengikuti langkah pria yang sempat mengaku bernama Baratha itu. Dan sekarang wajah wajah garang pria pria berseragam hitam pun terlihat sudah 'melunak', bahkan terkesan sangat ramah padanya.
Langkah mereka terhenti ketika sampai di sebuah kamar yang ada di lantai bawah. Seorang wanita berseragam putih tampak membuka pintu setelah pria bernama Baratha itu mengetuk pintunya.
"Kebetulan Tuan Bara, dari tadi Tuan Besar menanyakan keberadaan anda," ujar sang perawat dengan wajah menunduk.
Bara seperti tak mendengar kata kata dari perawat itu, dia terus melangkah masuk mendekat ke arah ranjang di mana Malik sedang duduk bersandar dengan mata tertuju pada gadis belia yang berjalan di belakangnya.
"Sesuai janji, aku bawa dia untuk anda Tuan Besar."
Malik hanya bisa menghela nafasnya ketika cucu pertamanya itu masih memanggilnya dengan nada sinis. Bara masih memanggil dirinya dengan sebutan 'tuan besar', bukan dengan 'kakek' seperti Krisna memanggilnya.
Tapi matanya berbinar ketika melihat gadis cantik yang mengenakan kebaya sederhana berwarna putih yang berdiri di belakang Bara. Dia mengira jika Bara sudah menyiapkan gadis itu sedemikian rupa untuk pernikahan sesuai permintaannya hari ini.
"Terimakasih, calon istrimu cantik sekali. Bisakah aku berbicara dengannya?"
"Hei apa kau tuli! Apa kau tidak mendengar jika Tuan Besar Wirabumi ingin berbicara denganmu!"
Dinar berjingkat kaget ketika mendengar seruan Baratha yang sekarang sedang menatapnya tajam. Tatapan penuh kebencian yang membuat seluruh tubuhnya terasa membeku.
"Bicaralah dengannya, dan setelah itu pergi ke ruang depan karena kita akan segera menandatangani semua berkas pernikahan!" ujar Bara melangkah pergi keluar kamar agar Malik bisa leluasa berbicara dengan calon cucu mantunya.
Sedang Malik mengangguk dan tersenyum ketika gadis belia yang berdiri tak jauh darinya melihat takut takut ke arah dirinya. Satu tangannya terangkat seakan meminta Dinar untuk mendekat padanya.
"Kau pasti takut padanya? Dia adalah cucu pertamaku...wataknya keras sama persis seperti aku, tapi sebenarnya dia adalah pria penyayang. Boleh Kakek tahu siapa namamu?"
"S-saya Dinar Paramita, ehhmm saya tidak ingin menikah dengan cucu anda," jawab Dinar berharap jika pria parubaya di depannya mengerti dengan keinginannya. Tak mungkin ia mau menyerahkan dirinya pada pria arogan yang sangat membencinya. Dinar yakin hanya Malik yang bisa menolongnya.
"Aku tahu mungkin umur kalian memang terpaut jauh, tapi aku yakin kelak Baratha bisa menjadi suami yang baik untukmu. Maaf jika aku terkesan memaksamu, tapi ini satu satunya hal yang bisa membuatnya tetap dekat denganku. Suatu saat aku akan bercerita padamu...."
"Jadi anda mengorbankan saya agar Tuan Baratha bisa lebih dekat dengan anda?"
"Bisa dibilang begitu, aku juga ingin bertanggung jawab dengan apa yang terjadi denganmu. Mendiang cucu keduaku bernama Krisna yang ada di dalam kamar hotel waktu itu."
"Mendiang?" cicit Dinar belum mengerti dengan arah pembicaraan Malik. Jadi Baratha bukanlah pria yang yang ada di kamar hotel waktu itu.
"Dia di jebak seseorang dan minum obat p*rangsang. Pengaruh obat itu terlalu kuat hingga tubuhnya tak bisa menahan efeknya. Malam itu dia koma...dan pagi tadi dia berpulang ke pangkuanNya."
"Inalilahi...."
"Baratha sangat membenciku dan aku tak akan menyalahkan dia atas apa yang di rasakannya. Kelak kau akan tahu alasan kenapa aku memintamu untuk menikahinya. Kau adalah gadis baik, hanya kau yang pantas melahirkan penerus Wirabumi...hanya kau."
tidak pernah membuat tokoh wanitanya walaupun susah tp lemah malahan tegas dan berwibawa... 👍👍👍👍
💪💪