Dante Witama sang mafia kelas kakap, pria cuek dan berdarah dingin ini. Tidak akan pernah segan-segan, untuk menghakimi seseorang yang telah berbuat salah kepadanya. Beliau akan menghormati orang yang medikasikan, untuk bekerja sama dengan cara baik dengannya.
Putri seseorang rekan kerjanya Andika, harus siap menelan pil pahit dalam hidupnya. Karena kedua Orang tuanya, telah dibunuh oleh Dante Witama. Karena telah menggelapkan uang perusahaan senilai 30 triliun, untuk dipakai bersenang-senang.
Pada akhirnya putri Andika, bernama Jeslin, harus siap menjadi istri dari mafia kejam itu, sebagai balasan perbuatan ayahnya, telah menggelapkan uang perusahaan. Jeslin berada dalam jeruji penderitaan, tidak pernah merasakan bahagia, semenjak menikah dengan Dante. Karena Dante menjadikan dirinya layaknya budak.
Apakah suatu hari ini Jeslin, akan mampu meluluhkan hati mafia kelas kakap yang dingin dan kejam ini? Yuk ikuti kisah keduanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Imut Manis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
Setelah Jeslin siuman wanita itu mencari sosok Dante. Saat wanita itu bangun tidak tampak ditempat tidur saat itu. Jeslin segera mencari Dante saat itu, ke semua ruangan yang ada di rumah saat itu. Dante ditemui olehnya saat itu sedang di ruangan keluarga saat itu. Sedang memainkan ponsel pada saat itu.
"Lagi ngapain kamu, Dante?" tanya Jeslin saat itu.
Jeslin langsung duduk disamping suaminya saat itu. Dante langsung menatap serius kearah Jeslin. Langsung berhenti memainkan ponsel saat itu. Dante langsung memasukan handpone disaku celananya saat itu.
"Lagi lihat handpone. Ada yang aku kerjakan di handphone," jawab wanita itu saat itu.
Setelah wanita itu sembuh, wanita itu ingin tahu dimana Orang tuanya dimakamkan? Setelah berapa lama ditunda akhirnya Jeslin ingin mencari tahu dimana makam Orang tuanya.
"Bolehkah kamu membawa aku, ingin lihat makam Orang tua aku?" tanya Jeslin, kepada pria itu.
Dante telah mengiyakan berapa waktu yang lalu. Untuk menepati janjinya membawa Jeslin ke makam Orang tua wanita itu. Pria itu menggangukan kepala saat itu, menuruti keinginan wanita itu.
"Ayo kita ke makam Orang tua kamu. Sekarang persiapkan diri kamu, untuk segera pergi kita ke makam Orang tua kamu," jawab Dante saat itu.
"Serius kah?" tanya Jeslin matanya begitu berbinar-binar. Ternyata Dante tidak berbohong kepadanya. Pria itu menepati janjinya pada Jeslin.
"I-Iya. Saya menepati janjiku kepada kamu Jeslin."
"Terima kasih, Dante."
Akhirnya setelah bersiap-siap selama hampir satu jam. Akhirnya mereka siap untuk berangkat, Dante menyuruh anak buahnya untuk menyopir mobil itu. Pengawalan yang begitu ketat, Dante telah mempersiapkan bodyguard untuk mengintai musuh dari belakang. Dante takut disaat sedang melakukan perjalanan, ada lawannya yang ingin membahayakan dirinya.
"Sekarang kalian harus melakukan pengawalan ketat kepada aku. Jangan sampai ada bahaya besar. Jika terjadi hal itu dan kalian tak mampu melindungi aku, maka aku akan memecat kalian," pinta Dante meminta anak buahnya untuk berjaga-jaga.
"Ba-Baik. Kami akan melakukan penjagaan lebih ketat," jawab anak buah Dante saat itu, merupakan kepala bodyguard untuk melindungi Dante dari bahaya besar.
"Persiapkan diri kalian! Jika kalian bekerja dengan aku. Maka kalian harus bertarung dengan nyawa kalian. Demi melindungi aku dari incaran para musuh," imbuh Dante dengan sigap, setiap bepergian meminta para bodyguard menjalankan perintahnya dengan baik.
"Baik, Pak," jawab mereka dengan serempak.
Ada 20 bodyguard dikerahkan untuk menjaga Dante dan Jeslin saat itu. Mereka menjaga dengan pengawalan ketat saat itu. Sehingga Dante sangat lega saat itu. Saat itu Dante juga dengan sigap, tatapan matanya melirik kemana-mana. Demi mengintai ada musuh yang sedang mengincar dirinya. Dante merupakan mafia kelas kakap, setiap kali musuh hendak menyerangnya. Dante telah memperhatikan semua situasi. Bahkan, tatapan pria itu sangat tajam.
"Dimana makam Orang tua saya, Dan? Mengapa kita begitu lama sekali sampai, sudah hampir 2 jam tidak sampai?" tanya Jeslin.
Selama ini Jeslin belum pernah menginjakan kaki ke makam Orang tuanya. Dante menyembunyikan semua ini, selama satu tahun dengannya. Sehingga Jeslin pun tidak bisa menghadiri pemakaman Orang tuanya untuk terakhir kalinya. Hati anak mana yang tidak frustasi, semenjak kejadian itu membuat Jeslin semakin tidak mempunyai tujuan hidup saat itu.
"Diamlah! Nanti kita sampai juga," sambung Dante kepadanya.
"Semoga saja cepat sampai. Aku tidak sabar ingin ke makam Orang tua aku."
"Hmmm."
Setelah melakukan perjalanan hampir tiga jam. Akhirnya mereka sampai di hutan belantara saat itu. Dante juga membuat gudang untuk memasukan musuhnya kedalam penjara. Bahkan, ada musuh yang ketahuan berbuat fatal, ingin menghancurkan bisnisnya saat itu. Dante langsung menangkap dan menaruh musuhnya didalam penjara hutan belantara. Dijaga ketat oleh ratusan bodyguard.
"Kita dimana ini? Mengapa kamu membawa aku ke hutan. Aku takut ...," ucap wanita itu, langsung bersandar di bahu Dante saat itu.
"Tidak perlu kamu takut dengan semua ini! Di hutan ini tidak bahaya untuk siapa pun. Hanya berbahaya untuk penghianat. Jadi saya mengubur Orang tua kamu di hutan ini," jawab Dante dengan tatapan sangat nanar.
Sebenarnya Dante tipikal, jika sudah dendam kepada orang lain. Maka rasa dendam dan bencinya, tidak akan pernah terhapuskan olehnya. Sampai kapan pun Dante akan mengingat itu seumur hidupnya. Dante tidak akan pernah melupakan kejadian itu.
"Hah, Orang tua saya dimakamkan disini. Sungguh tega kamu memakamkan Orang tua saya dihutan ini," sahut Jeslin matanya berkaca-kaca, hingga saat itu keluar deraian air mata.
"Hah. Aku tidak salah, Jeslin. Orang tua kamu saja sudah berkhianat kepada aku. Gimana sih kamu ini! Bela saja terus Orang tua kamu. Dia telah melakukan kesalahan besar kepada saya. Jadi kamu harus terima, jika saya memakamkan Orang tua kamu disini." Dante tidak akan main-main kepada musuhnya.
Siapapun yang berbuat jahat kepadanya. Maka Dante tidak akan segan-segan memberikan pelajaran. Bahkan, nyawa Orang itu menjadi taruhannya. Siapapun Dante tidak pernah takut. Dia adalah mafia paling berani kepada siapapun. Bahkan! Akan siap membantai siapa pun yang melawan kepadanya.
"Aku tahu Orang tua aku salah. Tetapi, kamu tidak bisa memanusiakan manusia seperti ini. Kemana hati nurani kamu, sampai melakukan hal jahat seperti ini?" seru Jeslin kepada pria itu.
Dante tak suka dibentak dan dikatakan tidak punya hati nurani. Dia dulunya seseorang yang mempunyai hati nurani. Namun, karena perbuatan manusia juga yang membuatnya menjadi jahat seperti ini. Andai saja masa lalu tidak memberikan pelajaran kepadanya, mungkin Dante tidak akan pernah sejahat ini dengan masa depannya.
"Jangan pernah nada bicara kamu lantang seperti itu. Mengatakan saya paling jahat di dunia ini. Kamu tidak pernah tahu! Saya dulu adalah orang baik. Namun, saya kecewa dengan manusia. Sehingga membuat saya semakin keras kepala seperti ini," jawab Dante pada saat itu.
"Tidak! Kamu tidak akan pernah menjadi Orang baik." Jeslin tidak terima perbuatan Dante kepada Orang tuanya.
Hingga muncul niatnya untuk membalaskan semua dendam ini. Jeslin berharap dalam waktu cepat, wanita itu bisa membalaskan dendam kepada mafia itu. Menghancurkan hidup mafia itu secara perlahan-lahan. Jeslin tidak akan pernah bahagia, pria itu telah menghancurkan kehidupannya.
Setelah sampai di sebuah gudang yang dijaga ketat oleh bodyguard berperawakan badan kekar dan menyeramkan. Jeslin sebenarnya tidak berani menatap mereka. Namun, Jeslin memberanikan diri untuk menatap mereka.
"Akhirnya bisa menatap mereka! Walaupun aku takut," guman Jeslin didalam hati, berlindung dibalik tubuh suaminya saat itu.
"Ayo masuk kedalam. Didalam gudang ini Orang tua kamu dimakamkan."