NovelToon NovelToon
Toxic Love

Toxic Love

Status: tamat
Genre:Tamat / Teen School/College
Popularitas:601
Nilai: 5
Nama Author: Eka Lita

Abigail, seorang murid Sekolah Menengah Atas yang berprestasi dan sering mendapat banyak penghargaan ternyata menyimpan luka dan trauma karena di tinggal meninggal dunia oleh mantan kekasihnya, Matthew. Cowok berprestasi yang sama-sama mengukir kebahagiaan paling besar di hidup Abigail.

Kematian dan proses penyembuhan kesedihan yang tak mudah, tak menyurutkan dirinya untuk menorehkan prestasinya di bidang akademik, yang membuatnya di sukai hingga berpacaran dengan Justin cowok berandal yang ternyata toxic dan manipulatif.

Bukan melihat dirinya sebagai pasangan, tapi menjadikan kisahnya sebagai gambaran trauma, luka dan air mata yang terus "membunuh" dirinya. Lalu, bagaimana akhir cerita cinta keduanya?

© toxic love

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eka Lita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 14 : Berkelana Ke Masa Lalu

"Bagaimana kabar tante?" tanya Abigail.

"Kabar Tante, baik. Tapi kabar Matthew mungkin, dia tidak akan lama lagi! Kamu harus merelakannya, Abigail. Sejauh ini, dia sudah menyayangi kamu, menyayangi keluargamu. Dia menggantikan peran laki-laki di keluargamu."

Eliza dan Keyza, dua bersaudara yang sudah tidak memiliki orangtua. Keyza, ibu dari Yeon, menjadi Nyonya dari seorang pengusaha Korea. Mereka sudah sepuluh tahun menetap di sana dan baru kembali setelah Yeon menyelesaikan pendidikan sekolah menengah pertamanya. Eliza adalah kakaknya.

"Cinta mungkin akan tetap utuh. Tapi aku akan selalu merindukannya!" Perhatian kecil dan figur yang dia cari, membuatnya ketergantungan guna untuk mengubur luka juga traumanya.

"Saya mengerti kenapa kamu sangat mencintai Matthew. Terima kasih, Gaby. Kamu adalah cahaya bagi kehidupan Matthew." Ibunda Matthew sangat terharu.

Bagaimana perhatian dan cinta Matthew yang begitu tulus, membuat semua orang menyayanginya. Berjalan pelan, setelah berbicara, Abigail ingin menemui Matthew yang terbaring di atas tempat tidurnya. Dia tersenyum tipis, ternyata Matthew tidak menyerah. Dia tetap memamerkan senyuman manisnya.

"Kenapa sayang?" tanyanya dengan sendu. Dia dapat melihat raut wajah Abigail yang bersedih.

"Aku tidak apa-apa kok!"

Beberapa hari berlalu. Kematian benar-benar menjemput Matthew. Abigail sangat terpukul. Dia menangisi kepergian mendiang kekasihnya. Setelah kematian Ayahnya. Senyumannya hilang, separuh jiwanya hilang di bawa mendiang Ayahnya. Dan sekarang, kekasihnya juga turut pergi meninggalkannya selama-lamanya. Menciptakan luka di jiwanya yang luar biasa sakitnya.

Di bawah langit mendung, dia memeluk batu nisan Matthew sebagai tempat istirahat terakhirnya. Dengan suara yang parau, Abigail berbisik, "Kamu sudah tidak sakit sayang!"

"Kamu pernah berjanji untuk menjadi pengganti Ayahku, tapi kamu juga pergi meninggalkanku!" Bagaimana di saat Abigail benar-benar menggantungkan hidupnya pada Matthew, dan kini, dia benar-benar sendirian.

"Terima kasih, Abigail. Karena kamu benar-benar menjadi cinta terakhir Matthew." Abigail tersenyum, air matanya mengalir deras. Dia menatap lekat kedua bola mata orang tua mendiang kekasihnya, menyimpan kenangan terakhir tentang pria yang sangat dicintainya.

 

"Matthew, terima kasih sayang!" Abigail memeluk Justin erat, sebuah pelukan yang dipenuhi dengan kehangatan dan rasa syukur.

Justin merasakan kejanggalan dalam ucapan Abigail, ada sesuatu yang tidak beres. "Apa tadi?" tanyanya, nada suaranya sedikit meninggi.

"Eh, maaf iya Justin sayang!" Abigail berusaha menutupi keanehannya, tapi raut wajahnya sudah terlanjur menampakkan kekhawatiran.

"Coba ulangi sekali lagi?" Justin mendesak, matanya tajam, mengamati setiap gerak-gerik Abigail. Abigail hanya diam, matanya berkaca-kaca, menatap Justin lekat-lekat. Dia menelan ludah, merasa terjebak dalam situasi yang tidak menyenangkan.

Justin melepaskan pelukan Abigail dengan kasar. Dia mendorong Abigail hingga tubuhnya terhentak ke jok mobil. "Justin aku minta maaf. Aku tidak bermaksud melukai kamu. Iya, beneran aku tidak bermaksud begitu!" Abigail memohon, suaranya bergetar, tapi tatapan Justin tetap dingin dan datar, penuh tekanan.

Justin melayangkan tatapan tajamnya, "Siapa itu Matthew? Jelasin sekarang!" Sejuta pertanyaan berputar di kepalanya, siapa Matthew dan kenapa Abigail menyebut namanya dalam pelukan mereka?

"Matthew itu orang dari masa laluku. Dia kesayangan Ibu, tapi dia sudah meninggal. Jadi, tidak akan ada urusan lagi antara kita. Sekarang hanya kita berdua. Aku janji!" Abigail mengangkat dua jarinya, berusaha meyakinkan Justin.

Senyum sinis menghiasi wajah Justin. "Sekarang, kamu adalah milikku. Dan, apa yang aku berikan kepada mantan suami kakakmu, harus kamu bayar. Dengan apapun yang kamu bisa. Salah satunya,"

"Dengar baik-baik Abigail, mulai hari ini, kamu tidak akan aku biarkan dekat dengan siapa pun, semua orang tanpa terkecuali. Karena hidup kamu, sekarang ada di bawah kendaliku. Ngerti?"

Abigail mengangguk, tapi kemudian dia menyela, "Tapi mungkin sesekali aku mau berbicara dengan Yeon atau yang lainnya boleh?"

Justin meraih tubuh Abigail, menariknya ke dekatnya sehingga mereka duduk berdampingan di jok mobil. Bola matanya berkilat licik saat menatap Abigail. Dia mencengkeram leher Abigail, erat, seolah hendak mencekiknya. Keheningan menyelimuti mereka, sebuah keheningan yang sarat dengan ancaman dan ketakutan. Mulai hari ini juga, semuanya telah berubah.

O0O

"Bagaimana John terlahir sebagai sosok yang ditakuti?"

Semua mata tertuju padanya. John melangkah dengan aura yang kuat dan menakutkan, seolah tak peduli dengan tatapan orang-orang di sekitarnya. Di hadapan anak dan istrinya, dia adalah sosok yang tidak terlalu kasar, tapi di hadapan dunia, dia adalah pembunuh berdarah dingin yang siap menghabisi siapa pun yang berani mengganggu hidupnya.

Popularitas John membuatnya menjadi sosok yang disegani. "Damian" adalah julukannya, bukan Justin, sosok yang sering menjadi idola kaum hawa. Dua nama untuk satu orang.

John adalah mafia keturunan Belanda. Dia menghabiskan dua tahun di Meksiko sebagai bos mafia perdagangan narkoba ilegal. Setelah kembali ke Indonesia, dia membangun perusahaan baru yang tampak legal, berusaha menutupi masa lalunya yang kelam.

Meski begitu, John memiliki kekuasaan dan pengaruh yang besar. Hal itu terbukti dari banyaknya kasus dan kejadian buruk yang menimpa anaknya. John mampu menghilangkan jejak buruk yang mengancam nama baik keluarganya.

"Damian, kamu mabuk lagi?" tanya John, sepuluh bulan yang lalu. Dia menemui Justin yang berjalan sempoyongan, baru pulang dari bar. John terlihat geram melihat putranya yang terus berbuat ulah.

Justin berjalan dari pintu depan menuju ruang tengah. Dia menjatuhkan tubuhnya di sofa empuk, matanya melirik ke arah ayahnya yang sedang marah.

Dia tersenyum tipis, berbisik, "Iya, tadi Justin mabuk lagi. Tadi juga, haha!" Tawanya terhenti, matanya terlihat kabur akibat pengaruh alkohol yang kuat.

"Tadi apa?" John mendesak, menunggu penjelasan.

"Tadi Justin nabrak orang di kilometer sembilan, terus orangnya meninggal dunia di tempat!" Justin memejamkan matanya, merasa nyaman dengan posisinya yang tertidur di sofa.

John menahan amarahnya, "Ya sudahlah," gumamnya, lalu berbalik dan memanggil anak buahnya. "Pergi ke kantor polisi, minta polisi untuk menghilangkan seluruh barang bukti kecelakaan. Lalu kembali lagi, dan minta akun-akun gosip untuk menutup kasus kecelakaan di kilometer sembilan. Katakan bahwa ini perintah John, lalu beri mereka uang untuk menutup mulutnya!"

"Siap Tuan!" Para pengawal John berhamburan pergi.

Grace tersenyum manis, "Tenangkan dirimu dulu sayang. Lalu, katakan apa yang seharusnya mau kamu katakan!"

"Putra kita menabrak seseorang hingga tewas!" Grace terdiam, air matanya berkaca-kaca. Dia tidak bisa menahan rasa sedih dan kecewa. Kenapa putranya berubah menjadi seperti ini? Kenapa John tidak mencegah atau bahkan memberikan teguran yang lebih tegas kepada Justin? John hanya terus menutupi kesalahan tanpa mau memperbaiki.

"Kepulangan kita dari Meksiko yang membuatnya seperti ini? Karena dia merasa dibuang, seperti itu?" Grace bertanya, suaranya sedikit bergetar.

John diam, dia memahami perasaan istrinya. Dia mengusap pipi Grace lembut, berusaha menenangkannya. Meskipun jauh di dimensi lain dia bisa jadi sosok yang sangat kejam.

1
Achazia_
awas naksir
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!