Kisah tentang seorang gadis yang cantik dan lembut, ia harus menjalani hari-harinya yang berat setelah kepergian kakak perempuannya. Anak-anak yang harus melakukan sesuai kehendak Ibunya. Menjadikan mereka seperti apa yang mereka mau. Lalu, setelah semuanya terjadi ibunya hanya bisa menyalahkan orang lain atas apa yang telah dilakukannya. Akibatnya, anak bungsunya yang harus menanggung semua beban itu selama bertahun-tahun. Anak perempuan yang kuat bernama Aluna Madison harus memikul beban itu sendirian setelah kepergian sang kakak. Ia tinggal bersama sang Ayah karena Ibu dan Ayahnya telah bercerai. Ayahnya yang sangat kontras dengan sang ibu, benar-benar merawat Aluna dengan sangat baik. **** Lalu, ia bertemu dengan seorang laki-laki yang selalu menolongnya disaat ia mengalami hal sulit. Laki-laki yang tak sengaja ia temui di gerbong Karnival. Lalu menjadi saksi perjalanan hidup Aluna menuju kebahagian. Siapa kah dia? apakah hanya kebetulan setelah mereka saling bertemu seperti takdir. Akankah kebahagian Aluna telah datang setelah mengalami masa sulit sejak umur 9 tahun? Lika liku perjalanan mereka juga panjang, mereka juga harus melewati masa yang sulit. Tapi apakah mereka bisa melewati masa sulit itu bersama-sama? *TRIGGER WARNING* CERITA INI MENGANDUNG HAL YANG SENSITIF, SEPERTI BUNUH DIRI DAN BULLYING. PEMBACA DIHARAPKAN DAPAT LEBIH BIJAK DALAM MEMBACA.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sugardust, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Siapa Dia?
Namaku Aluna Madison, kau bisa memanggilku Aluna, umurku enam belas tahun, aku selalu pergi ke Karnival sendirian ntah dalam keadaan senang maupun sedih. Hari minggu ini aku pergi ke Karnival lagi untuk bermain sepuasnya disini, aku menyisihkan uang jajanku setiap hari agar bisa pergi ke Karnival dan membeli makanan enak tentunya. Aku sangat senang bermain permainan yang sangat menantang, seperti Roller Coaster yang kencang dan tinggi. Namun, permainan favorit ku ialah Gokart. Disini aku bisa melawan musuhku yang bahkan aku tidak mengenalnya atau mungkin saja untuk melampiaskan kekesalan atau kesedihan yang selama ini ku pendam. Mungkin saja para penjaga permainan sangat bosan melihat wajahku yang setiap hari libur selalu ke mengunjungi Karnival. Tapi hari ini berbeda, ini adalah hari yang kelam bagiku. Aku harus melakukan aktivitas yang lain setelah bermain dari Karnival, hal yang aku benci tapi harus aku lakukan.
Aku tak merasa kesepian karena aku sudah terbiasa melakukan hal-hal yang aku sukai sendirian selama ini. Hari ini aku pulang agak cepat karena ini hari yang sangat berarti bagiku. Tidak berarti dalam arti kebahagiaan, namun lebih mengarah ke hal yang menyedihkan. Aku ingin pergi ke suatu tempat, saat berjalan di lorong dengan langkahku yang terburu-buru, saat keluar aku melihat laki-laki yang berdiri di ujung gerbong Karnival sedang menatap ponselnya. Aku menatapnya sepanjang langkahku karena dia begitu tampan, tinggi dan kulitnya putih bersih, dia benar-benar mengambil perhatianku. Tak ku sangka dia juga menatap ke arahku.
" Ah"
" Hei sialan, bajuku jadi basah kan. kau jalan tak pakai mata hah?"
Aku menabrak seorang laki-laki berbadan besar dan menumpahkan minuman yang sedang dia pegang di tangannya, tampak ia sedang bersama segerombolan teman laki-lakinya yang akan masuk ke dalam Karnival.
" Maaf kan aku, biar aku lap, dan berapa harga minuman yang harus ku ganti?"
" Ah tidak usah, sebagai gantinya kau harus melayani kami menjadi pelayan kami selama disini" dia menepis tanganku.
" T tapi aku harus pergi sekarang"
" Enak saja kau mau kabur ya? kau harus tanggung jawab sial" dia menarik tanganku dengan kuat.
" Sudahlah bro, dia cantik juga ya bro, gimana kalau.." saut temannya yang lain.
Aku menutup mataku karena ketakutan dan berusaha melindungi diriku dengan kedua tanganku yang aku angkat ke atas untuk menutupi wajahku.
" Maaf, tapi pacarku tidak sengaja, biar aku ganti saja berapa totalnya? segini cukup?" terdengar suara laki-laki yang berusaha menolongku.
Dia adalah laki-laki yang bertatapan denganku tadi, dia menolongku dengan mengatakan bahwa aku adalah pacarnya dan menyodorkan sejumlah uang dalam jumlah yang cukup besar untuk sebuah satu minuman.
" Nah bagus, lain kali jangan kau ulangi ya, akan aku kasih kau kesempatan kali ini" dia mengambil uang yang diberikan anak itu kepadanya, lalu dia pergi dengan gembira bersama teman-temannya karena telah mendapatkan uang yang cukup banyak.
" Hei, kau gila ya? kenapa memberi mereka uang sebanyak itu, dan sekarang aku tak bisa menggantinya padamu"
" Bukankah harusnya kau berterima kasih dulu padaku?"
" Ah iya tentu saja, terima kasih telah menolongku, tapi tetap saja bagaimana aku bisa.."
" Sudah ya kau segeralah pergi sebelum mereka menangkapmu, aku pergi duluan" dia melangkah pergi keluar.
" Hei tunggu, namamu siapa?"
Dia hanya berbalik dan tersenyum ke arahku tanpa menjawab pertanyaanku. Sungguh laki-laki yang misterius, untuk apa dia menolongku, tapi mungkin beberapa orang akan melakukan hal yang sama saat melihat hal itu terjadi. Bahkan aku merasa senang dan hatiku berdegub kencang saat dia mengatakan bahwa aku adalah pacarnya. Padahal kami tak saling mengenal satu sama lain.
Badanku bergerak mengikutinya, apa aku gila mengikuti laki-laki yang tak ku kenal hanya karena dia menolongku sekali.
Aku mengikutinya diam-diam. Dia menuju ke arah Halte bus, aku tak bisa terus mengikutinya aku harus berbicara padanya.
" Hei, kau mau kemana?"
" Ah kau membuatku kaget, kau mengikutiku ya dari Karnival?"
" Tidak, aku hanya searah denganmu, jangan terlalu percaya diri" padahal aku bukan niat menaiki bus, aku hanya mencari alasan saja.
" Kau tidak bohong kan?"
" Ya untuk apa aku berbohong dan untuk apa juga aku mengikutimu" sepertinya aku tampak begitu jelas.
" Ya sudah, aku mau naik bus"
" Aku juga, wah kebetulan sekali"
" Wah sangat tidak natural"
" Apa maksudmu?"
" Tidak, lupakan"
Ah mati aku, mungkin dia tahu bahwa aku hanya beralasan saja.
Lalu aku menaiki bus duluan, namun dia tak kunjung naik, pintu pun akan tertutup secara otomatis.
" Hei kau tak naik?"
Lagi-lagi dia hanya tersenyum dan melambaikan tangannya sembari bergumam kecil “bye-bye”
Bus pun berjalan maju. Aku hanya terus melihat keluar jendela dan melihatnya yang hanya berdiri di halte itu sambil menatap ke layar ponselnya. Sebenarnya apa yang dia lakukan disana kenapa dia tidak menaiki bus ini. Ternyata dia menipuku dan sudah tahu tujuanku yang sebenarnya.
" Sial aku mau kemana naik bus ini, dasar bodoh HAH HARI YANG SIAL" gumamku dengan pelan.
Hari sudah semakin larut, aku harus bergegas turun di Halte berikutnya, aku akan ke tempat tujuanku dengan berjalan kaki, setiap tahun setelah pulang dari Karnival aku akan mengunjungi tempat itu dengan berjalan kaki tapi kenapa aku malah menaiki bus, dasar bodoh. Aku juga harus membeli bunga terlebih dahulu. Semoga toko bunganya belum tutup.
“ Apa aku bisa bertemu lagi dengan anak laki-laki itu ya? apa dia juga sering mengunjungi Karnival sepertiku, tapi aku baru kali ini melihatnya, andai aku tahu namanya hah” cetusku dalam hati.
“ Aduh!! sudah jam setengah sembilan, aku harus bergegas, atau ayah akan risau jika aku pulang telat”
Aku bergegas turun dari bus dan lari menuju ke tempat pemberhentian bus pertama tadi, lumayan jauh, tapi kalau aku tidak berlari aku akan pulang telat, aku tidak mau ayah khawatir padaku. Setelah sampai di tempat halte tadi, anak laki-laki itu sudah tidak ada, dia sudah pergi. Padahal aku masih berharap bertemu dengannya sekali lagi.
Aku mampir ke toko bunga dulu sebelum pergi, toko bunganya ada di sudut dekat halte.
“ Hah untungnya toko bunganya belum tutup, aku harus cepat” aku terlalu banyak menghela napas hari ini.
“ Permisi bibi, saya mau bunga mataharinya seikat ya”
“ Ah kau datang lagi ya nak, setiap tahun di tanggal yang sama aku selalu ingat kau membeli bunga matahari ini, aku sengaja tutup lebih lama di tanggal ini karena aku tahu kamu akan datang saat malam hari, tunggu sebentar ya akan aku bungkus dulu untukmu”
“ Iya, terima kasih banyak bibi!”
“ Apa ini untukmu? atau untuk orang lain? mungkin ibumu atau pacarmu? ah maaf aku bertanya tidak perlu dijawab tidak apa-apa”
“Tidak apa-apa bibi, ini untuk orang yang sangat aku sayangi”
Bunga itu di bungkus dengan hati-hati, setelahnya aku segera membayar dan bergegas pergi. Bunga yang sangat indah, setiap tahun aku selalu membeli bunga yang sama.
Tempat tujuanku adalah tempat yang penuh dengan kesedihan bagiku dan juga menjadi alasan kisah hidupku selama ini.
Lalu, aku terus berlari menuju ke tempat yang seharusnya ku tuju, tidak begitu jauh dari halte tadi, aku hanya perlu menyebrang jalan, lalu berbelok kiri dan jalan lurus hingga tiba di sana, Valley Bridge. Ada taman yang sangat indah di dekat jembatan itu, aku sangat suka berjalan melewatinya karena sangat cantik. Perjalananku jadi tidak membosankan. Aku terus berjalan menelusuri taman sambil melihat-lihat sekeliling, pemandangan yang sangat indah. Pohon-pohon dengan bunga yang sedang bermekaran, musim yang sangat teduh. Ah cantik sekali, andai kamu juga bisa melihatnya disini, pasti kamu akan tersenyum bahagia, aku yakin kau pasti menyukainya.