NovelToon NovelToon
Dibalik Dinding Semu

Dibalik Dinding Semu

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Terlarang / Cinta Paksa
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Linda Pransiska Manalu

Aku menikah karena perjodohan. Tanpa dasar cinta, karena suamiku adalah paribanku. Sama seperti diriku, Arbi juga menolak perjodohan ini. Tapi apalah daya, kami tidak bisa menolak perjodohan itu. Mampukah kami menjalani rumah tangga yang menurut pandangan orang kami adalah pasangan yang bahagia?

Terlebih ada Gladys diantara kami?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Linda Pransiska Manalu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15. Ditolong Bastian.

"Mau kemana kamu, Rania!" Arbian mengejarku ke jendela. Sebelah kakiku sudah diluar. Arbian menarik tubuhku, tapi aku bertahan. Kutinju hidung Arbian sehingga dia melepaskanku dan aku berhasi keluar kamar. Aku berlari ke pintu gerbang dan susah payah membuka gerendel. Untunglah Arbian tidak mengunci gemboknya.

"Rania, kembali!" teriak Arbi yang kesulitan keluar lewat jendela. Aku berhasil keluar dari rumah itu dan berlari ke jalan. Di ujung gang, seseorang menarik tubuhku. Aku terpekik kaget karena sosok itu muncul dari kegelapan.

"Saya Bastian, Mbak. Tenanglah." Aku bernafas lega karena Bastian benar-benar datang. Arbian berhasil keluar dari rumah, menyusulku ke jalan. Aku menahan nafasku saat Arbian melintas di depan kami. Beberapa saat dia berhenti tepat didepan kami. Hanya berjarak dua meter.

Arbian kembali masuk ke rumah karena tidak menemukanku.

"Ayo, Mbak. Mobilku kuparkir di sebelah sana." Bastian menarik lenganku, menuju mobil. Membukakan pintu dan menyuruhku masuk. Kemudian dia bergegas menghidupkan mobil. Takut Arbian akan menyusul kami. Aku menarik nafas lega karena tidak ada mobil yang mengikuti kami.

"Mbak baik-baik saja?" Bastian menatapku bingung. Mungkin dia berpikir apa sebenarnya yang terjadi dengan ku dan Arbi.

"Tolong bawa aku segera dari sini." isakku. Aku masih syok dengan perlakuan Arbi. Bagaimana dia bisa berubah begitu tiba-tiba.

"Kalau begitu kita ke rumahku saja dulu Mbak." aku mengangguk begitu saja. Yang penting saat ini adalah aku bisa pergi dari rumah. Aku takut sekali Arbian menyusulku. Bastian membawaku ke rumahnya. Sesampainya di rumah Bastian aku malah ragu keluar dari mobil.

" Kita sudah sampai Mbak. Mbak kenapa?" Bastian melihat keraguanku.

"Tidak apa-apa kemari. Aku takut nanti kamu kena masalah karena membawaku ke rumahmu," ungkapku terus terang.

"Ah, tidak apa-apa Mbak. Gak bakalan ada yang cemburu," guraunya. Aku tersenyum membuka pintu mobil. Hawa dingin menembus kulitku sehingga aku menggigil.

"Ayo, Mbak, masuk. Diluar sangat dingin."

Aku mengikuti langkah Bastian masuk ke rumah. Saat Bastian menekan saklar lampu, ruangan yang tadinya gelap berubah terang. Mataku menyambar suasana ruang tamu yang berantakan.

"Eh, maaf Mbak, ruangannya berantakan. Tadi abis kumpul dengan teman-teman. Belum sempat bersihkannya." Bastian menyapu bersih sofa dengan tangannya, serta menyingkirkan sampah kulit kacang dan bungkus camilan lainnya dari atas sofa sebelum menyuruhku duduk.

"Silahkan duduk, Mbak. Bentar ya." Bastian pergi menuju kebelakang.

Aku menghenyakkan tubuhku duduk di sofa. Mengedarkan pandangku ke sekeliling. Tidak banyak hiasan yang dipajang. Ada sebuah lukisan yang besar sekali dengan latar suasana hutan. Mengingatkan aku dulu saat di kampung selalu melintasi hutan kalau mau ke sekolah.

Bastian muncul kembali dan membawa segelas air putih.

"Silakan diminum, Mbak." Bastian meletakkan gelas itu di atas meja kaca. Aku meraih gelas ini dan meminum air putih hangat hingga tandas. Rasanya lega sekali menelusup kerongkongan ku.

"Sebenarnya apa yang terjadi, Mbak. Kenapa Arbian bersikap kasar pada Mbak?" Bastian menatapku lekat dan rasa ingin tahunya tergambar jelas di sepasang manik mata itu.

Aku menelan saliva ku yang terasa seret. Keraguan meronai hatiku untuk bercerita yang sejujurnya. Bastian merasakan keraguanku. Dia menghela nafas pelan.

"Saya hanya tidak ingin salah faham pada masalah, Mbak."

Aku menghela nafas menimbang apakah harus mengungkapnya pada Bastian. Dia yang selalu sopan bicara padaku. Selalu menyebutku Mbak, meski usianya lebih tua dariku. Bukankah aku pula yang meminta tolong padanya. Kalau aku tidak ingin melibatkannya rasanya sudah terlambat.

"Kalau Mbak, keberatan gak papa."

"Maafkan aku telah melibatkan Mas dalam masalahku. Sebenarnya antara aku dan Bang Arbian ...." aku menuturkan hal ihwal pernikahan ku dengan Arbian. Bastian menyimak penuh perhatian tanpa pernah menyela selama aku bercerita.

"Selama ini Bang Arbi selalu memperlakukan aku dengan baik. Walaupun hati kami tidak bisa menyatu. Dia selalu menjaga perasaanku. Tidak pernah berkata kasar. Dan aku juga tidak mencampuri hubungannya dengan Gladys. Walaupun hatiku terkadang sakit jika mengetahui dia masih berhubungan dengan Gladys. Tapi perjanjian pra nikah itu selalu menyadarkan siapa aku yang sebenarnya di hatinya.

"Apa Arbian sering minum alkohol?" Bastian menghela nafas mendengar kisahku.

"Setahu ku tidak pernah. Selama satu tahun hidup bersamanya tidak pernah melihatnya mabuk. Aku sangat kaget saat tadi Arbian bersikap kasar. Karena baru kali ini begitu."

"Mungkinkah dia mendapat tekanan dalam pekerjaannya? Tapi perusahaannya setahuku baik-baik saja," guman Bastian seolah pada dirinya sendiri.

"Atau mungkin karena beberapa hari yang lalu ibu mertua menyinggung perihal cucu. Aku menyuruhnya untuk jujur saja pada mertua. Supaya dia bisa menikahi, Gladys. Dan aku juga terlepas dari pernikahan palsu ini," ungkapku lagi.

"Hem, jadi begitu ya. Ah, naif kali Arbian. Dia malah membuat masalah semakin runyam." Bastian menyugar rambutnya kasar.

"Baiklah Mbak. Nanti aku akan jumpai Arbian."

"Tolong jangan beritahu aku disini!" seruku kaget mendengar ucapannya.

"Tentu saja tidak Mbak. Aku hanya mau menyelidikinya saja. Mbak tidak usah khawatir."

"Terimakasih."

"Sama-sama Mbak. Sekarang Mbak cobalah untuk tidur. Supaya besok Mbak merasa segar lagi. Mbak tidur di kamarku saja."

Aku mengikuti arah yang ditunjuk Bastian. Sepertinya kamarnya cuma satu. Aku merasa gak enak."

"Mas tidur dimana?" ucapku merasa tak enak.

"Gampang Mbak. Saya bisa tidur dimana saja. Tuhdi sofa juga nyaman kok tidur." kekehnya lalu membuka pintu kamarnya. Berbeda dengan ruang tamu ternyata kamar tidur Bastian sangat rapi, bersih dan wangi. Kalah wangi dari kamarku.

Bastian mengeluarkan selimut dari lemari. Menyerahkannya padaku.

"Selimut ku bau ences, Mbak." Bastian meraih bantal dan guling dan keluar dari kamar, "jangan lupa pintunya dikunci juga."

Sepeninggal Bastian aku duduk di pinggir tempat tidur ukuran king size itu. Menatap kesekeliling kamar. Seolah tidak percaya kalau aku malam ini akan tidur di kamar ini. Kamar asing dari pria yang masih asing bagiku.

Aku menghempaskan tubuhku di atas tempat tidur. Mataku nanar menatap langit-langit. Pikiranku tidak bisa lepas dari kejadian yang barusan aku alami tadi. Hatiku perih menyadari kenyataan kalau Arbian sengaja mabuk hanyak untuk menyentuhku.

Karena selama ini dia tidak pernah melakukannya, mabuk atau mencoba menyentuhku. Apakah dia sengaja berulah begitu sehingga status pernikahan kami berubah. Dia berharap aku yang memulai aksi dengan meminta cerai. Ah, pikiranku menjadi carut marut tak karuan.

Aku teringat ucapan Bastian agar mencoba tidur. Tapi sangat sulit melakukannya walaupun aku sudah lepas dari Arbian. Mataku terasa perih karena dipaksakan menutup tapi pikiranku menerawang.

Aku meraba kantong pakaian tidurku. Meraih ponsel dan mengaktifkannya. Segera ku tekan tombol blokir agar Arbian tidak bisa menghubungi aku lagi. Setidaknya untuk sementara ini.

Ku scrol beberapa postingan yang lewat berandaku, sekedar membuat mataku lelah sehingga mengantuk. ***

1
Irma
mumpung udah buka nih heh arbi mau loo apa sih hah lama lama gue seret luu ke kandang buaya naik tensi gue gara gara loo arbi emang pengecut loo arbi pengecut pecundang loo tuh laki apa bukan ngeselin loo tau ngga😮‍💨😮‍💨 uda h selesai semangat yah thor semangat ok sehat selalu
Irma
udah yah bu dan kamu arbi lepasin rania biarkan dia bahagia jangan egois kamu arbi
Irma
semangat thor
Irma
sii arbi maunya apa sih
Linda pransiska manalu: entahlah gak jelas dianya, bun.
total 1 replies
Irma
udah tau kan siapa rania yg sebenarnya arbi arbi kamu tuh memang bodoh

semangat thor secepatnya rania bebas dari arbi ok thor
Linda pransiska manalu: sabar ya bun. makasih dukungannya.
total 1 replies
Irma
kamu pikir rania itu kek kamu taunya cuman minta sama pacar kalau suami sih saya ok ok aja tapi ini masih pacar mana suami orang lagi haduh sii arbi jg kok bocah banget
Linda pransiska manalu: iya bun, gak ada otaknya. mau maunya dikendalikan Gladys.
total 1 replies
Irma
thor kapan arbi akan melepaskan rania sampai kapan arbi jadi laki-laki yg paling pengecut diantara semua laki-laki yang pengecut
Linda pransiska manalu: sabar ya bun, gak lama lagi tuh.
total 1 replies
Irma
mumpung bacanya malam jadi marah dikit tpi bukan sama othornya nih thor mau nanya othor nggak ada niatan gitu lempar arbi ke kandang buaya makin kesini makin ngeselin aja makanya nih aku bacanya malam karna bawaannya tuh esmosi sama arbi

semangat thor
Linda pransiska manalu: sabar ya bun, ntar arbinya dapat balasan yang setimpal.
total 1 replies
Irma
emang pengecut loo arbi sekarang loo nyalahin rania saraf emang kamu arbi
Linda pransiska manalu: selalu ingin cari aman, bun.
total 1 replies
Irma
setiap kali aku baca novel ini pasti aku selalu kesel sama arbi
Linda pransiska manalu: iya bun, suka cari kambing hitam sih.
total 1 replies
Dinda Putri
luar biasa
Linda pransiska manalu: makasih bintangnya, bun.
total 1 replies
Irma
ohh astaga bomnya sebentar lagi akan meledak
Irma
makin gedeg gue sama sii arbi bawaannya tuh emosi terus
Linda pransiska manalu: iya plin plan dia, gak ada tegas" nya.
total 1 replies
Irma
▀▄▀▄semoga inang ada di situ biar inang tau semuasemua kelakuan anaknya yg pengecut itu▄▀▄▀▄▀▄▀
Irma
◦•●◉✿ bener bastian udah bawa rania yg jauh dari arbi dan loo arbi jangan jadi laki laki serakah lepas kan rania✿◉●•◦✿◉●•◦✿◉●•◦✿◉●•◦
Irma
pengecut emang loo arbi
Linda pransiska manalu: iya plin plan dia bun.
total 1 replies
Irma
semangat Thor
Irma
gimana mau ibu kalau anak ibu masih sibuk sama kekasihnya itu
Irma
nah itu jauh lebih baik
Linda pransiska manalu: iya biar kelar urusan mereka. tp ternyata gak semudah itu.
total 1 replies
Irma
tahan tarik nafas buang aku sabar aku cantik jadi nggak boleh emosi 😇😇
Linda pransiska manalu: hahaha iya, buat apa buang" energi sama cowok bebal. akhirnya panik sendiri karena keluarganya juga yang tersakiti.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!