NovelToon NovelToon
Nikah Dadakan Gara Gara Prank

Nikah Dadakan Gara Gara Prank

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Lari Saat Hamil / Dikelilingi wanita cantik / Cinta Paksa / Pelakor jahat
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: Shusan SYD

Nikah dadakan karna di jodohkan ❌ Nikah dadakan gara gara prank ✅ Nikah dadakan karna di jodohkan mungkin bagi sebagian orang memang sudah biasa, tapi pernah gak sih kalian mendadak nikah gara gara prank yang kalian perbuat ? Emang prank macam apa sampe harus nikah segala ? Gw farel dan ini kisah gw, gara gara prank yang gw bikin gw harus bertanggung jawab dan nikahin si korban saat itu juga, penasaran gimana ceritanya ?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shusan SYD, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 19

Sepulangnya bekerja, aku memutuskan untuk pulang ke rumah Salsa. Langkahku terasa berat, bukan karena lelah, tapi karena pikiran yang berkecamuk. Begitu aku membuka pintu, di lantai satu aku mendapati Tante Linda yang sedang duduk di ruang tamu, sibuk dengan ponselnya. Ia menoleh begitu mendengar suara pintu terbuka.

"Eh, farel. Kamu baru keliatan lagi ?" tanyanya, dengan senyum ramah yang seolah-olah kami, aku dan Salsa memang baik-baik saja tanpa masalah apa pun selama ini.

Aku menarik napas, mencoba menormalkan nada suaraku.

"Iya, mih," jawabku dengan senyum tipis.

"Kenapa jarang pulang ke sini ?" tanya wanita itu lagi, nada bicaranya penuh basa-basi yang sopan, tapi juga seperti menyelidik. Aku tahu tante linda pasti sudah mengetahui semuanya.

Aku pun langsung menjawab dengan alasan klasik.

"Biasa mih, kemaren aku lagi banyak urusan, sama banyak tugas juga." Aku tahu jawabanku terlalu biasa, tapi itu yang paling aman.

Tante Linda mengangguk pelan.

"Yaudah mih, aku naik dulu ya." ucapku.

"Iya, sana kamu istirahat. Salsa juga lagi nungguin kamu kayaknya."

"Hah ?"

Aku merasa sedikit heran, berarti salsa tahu dong kalo aku pulang ke rumahnya hari ini.

Rasanya aku sangat muak, apalagi setelah mengingat kejadian siang tadi. Salsa yang berduaan dengan laki laki lain, hal itu tentu saja membuat dadaku jadi sedikit panas.

"Naik dulu mih." pamit ku sekali lagi.

"Iya." ucap tante linda.

Sesampainya di lantai 2, aku tiba tiba merasa ragu untuk mengetuk pintu kamar salsa.

Rasanya seperti, untuk apa aku berada di sini ?

Baru saja aku mengangkat tangan untuk mengetuk pintu, tiba-tiba pintu itu terbuka lebih dulu. Salsa berdiri di sana, wajahnya sedikit kusut dan kami berdua saling terdiam untuk sesaat.

“Baru inget pulang ke sini lu ?” tanyanya dengan nada ketus, tanpa berusaha menyembunyikan ketidaksenangannya.

Aku menelan ludah, mencoba menahan diri agar tidak terpancing.

"Kalo kamu keberatan dan nggak mau aku di sini, aku bisa balik lagi,” jawabku dingin, meski di dalam hati, aku berharap dia akan berkata sebaliknya.

Salsa memandangku dengan sorot mata yang sulit diartikan. Ada keengganan, tapi juga... Sesuatu yang lain. Ia menarik napas panjang, seolah menahan sesuatu, lalu berkata tanpa menatap langsung ke mataku.

"Bukan gw yang bilang ya." ucap salsa dengan gengsi yang berada di atas segalanya.

"Yaudah, aku balik lagi." ucapku seraya akan berbalik.

"Eh, farel." tahan salsa serata menahan pergelanganku.

Aku hanya diam menatapnya, tanpa bertanya.

“Ehh.. Masuk aja." ucapnya mempersilahkan seraya buru buru melepaskan tangannya yang menahan ku.

Aku melangkah masuk, tapi suasana di antara kami terasa canggung dan berat.

Salsa membiarkanku melewati pintu, namun tak sedikit pun menunjukkan keramahan. Ia berjalan ke arah meja, sibuk dengan sesuatu yang tidak penting, seperti berusaha menghindar dariku. Tidak ada sapaan hangat, tidak ada perhatian, hanya jarak yang sengaja ia ciptakan.

Namun, aku tahu, meskipun sikapnya dingin, ada alasan kenapa dia tidak menyuruhku pergi. Dan mungkin, itulah yang membuatku tetap bertahan malam ini.

Baju ku memang masih ada beberapa yang tersimpan di rumah salsa, aku pun beranjak mandi.

Setelah kembali dari kamar mandi, Salsa sudah berpindah ke atas tempat tidur, bersandar pada dinding dengan ponsel di tangannya. Matanya terpaku pada layar, seolah keberadaan ku sama sekali tidak berarti.

Aku mencoba tidak memedulikan suasana dingin itu, meskipun ada sesuatu yang mengganjal di dadaku. Rasanya aneh aku ada di rumah ini, di kamar ini, dengan seseorang yang seharusnya dekat denganku, tapi jarak di antara kami terasa begitu jauh.

Aku membuka lemari kecil di sudut kamar, mengambil baju yang masih tersisa di sini. Salsa tidak berkata apa-apa. Bahkan ketika aku membanting pintu lemari dengan sedikit lebih keras dari yang seharusnya, dia tetap diam, tenggelam dalam dunia yang ada di ponselnya.

“Kamu nggak mau ngomong sesuatu sama aku, sal ?” tanyaku akhirnya, karna merasa sudah tidak tahan dengan keheningan yang mematikan ini.

Salsa menurunkan ponselnya perlahan, menatapku dengan ekspresi datar.

“Ngomong apa ?" tanya salsa.

"Minta maaf atau apa kek ?" tanyaku mencoba.

"Minta maaf buat apa ?" tanya salsa tanpa rasa bersalah dan seolah lupa dengan apa yang sudah dia lakukan siang tadi.

"Lu juga gak balik ke sini berhari hari apa ada lu minta maaf sama gw ?" tanya salsa.

"Kamu harusnya sadar, kamu yang minta maaf. Aku gak pulang ke sini gara gara kamu." ucapku tak mau kalah.

"Kenapa jadi nyalahin gw ?" tanya salsa dengan nada kesal.

"Kamu gak sadar ya ?" tanyaku seraya dengan nada yang jadi sedikit tegas.

"Kehadiranku seolah di tunggu di sini, tapi sikapmu malah sebaliknya." tambahku.

"Kalo emang kamu gak suka ngomong aja, gak apa apa." ucapku menumpahkan kekesalan dan pasrah apapun yang akan di katakan salsa.

Perempuan itu mendengus dengan senyum sinis tersungging di bibirnya.

“Siapa bilang gw nggak suka ? Kalau nggak suka, gw udah suruh lu pergi dari tadi.”

Jawaban itu membuatku terdiam. Di balik nada ketusnya, aku bisa merasakan ada sesuatu yang dia sembunyikan entah itu luka, rasa rindu, atau mungkin amarah yang belum selesai.

“Jadi sebenernya kamu kenapa, Sal ?” tanyaku pelan.

“Kenapa kamu kayak gini terus sama aku ?”

Salsa menatapku lama, seolah mencari jawaban di mataku. Tapi kemudian dia hanya menggeleng pelan.

"Udahlah, Farel. Kalau lu cuma mau tanya-tanya yang nggak penting, mending lu tidur aja.”

Aku mendekat, duduk di tepi tempat tidur.

“Tidur ? Aku nggak bisa tidur kalau kita masih kayak gini.”

"Mau sampai kapan sih kayak gini terus ? Kamu gak cape ?" tanyaku dengan nada lelah.

“Kayak gini gimana ?” tanya salsa, nada suaranya mulai melembut, tapi matanya tetap waspada.

"Kalo ketemu di kampus kayak orang asing, kamu juga seenaknya jalan sama cowok lain." jawabku.

Dia menunduk, memainkan ujung selimut di tangannya.

"Gw gak mau bahas ini farel, dari awal kan gw udah bilang. Pernikahan kita emang seharusnya enggak terjadi kan ?" tanya salsa.

"Yaudah kalo gitu kita ..." aku tak kuasa bila harus meneruskan kata kataku, takut tanpa sadar malah terucap talak 1 dariku.

"Lu harus inget, gw pertahanin semua demi nama baik keluarga kita. Lu gak mau kan kita semua berakhir jelek ?" tanya salsa.

"Tapi aku gak kuat kayak gini terus, aku tersiksa sal. Hatiku hancur ngeliat kamu sama cowok lain. Walaupun menurutmu pernikahan ini terpaksa, tapi buatku enggak." ucapku setengah menahan perasaan sementara dadaku sudah mulai terasa sesak.

"Aku bener bener sayang sama kamu, selama aku gak pulang. Aku selalu berharap kamu bisa introspeksi diri tapi kenyataannya malah gini." ucapku kecewa.

Salsa terdiam, sepertinya dia bingung harus menjawab apa.

"Kalo kamu gak bisa berubah sikap dan merasa semua hanya keterpaksaan. Kita .."

Kata-kataku sengaja ku gantung di udara, aku yakin salsa pun tahu kemana arah pembicaraanku.

"Enggak, gw gak mau mamih kecewa."

"Kenapa harus peduli mereka ?" tanyaku mendesak.

"Yang jalanin kita berdua kan ?" tambahku.

Salsa mengangguk pelan.

"Kalo emang kamu gak mau ngecewain orang tuamu, coba perlahan ubah sikap. Terima kehadiran aku." pintaku setengah memohon.

"Udahlah, gak usah bahas ini dulu." ucap salsa.

Aku tahu, dia tidak benar-benar ingin mengakhiri percakapan ini. Tapi untuk malam ini, mungkin dia butuh waktu untuk memikirkan semuanya. Aku pun memilih untuk mundur, setidaknya untuk sementara.

"Oke, kalo kamu masih mau kayak gini." ucapku pasrah, aku pun mulai merebahkan badan di atas sofa. Mataku menatap langit kamar sementara pikiran melayang entah kemana.

Sesaat, aku merasa sedih berada di situasi ini. Aku yang seperti kehilangan harga diri di depan istriku sendiri, sementara dia seolah sengaja merendahkanku sebagai seorang suami.

1
Asyifa Khaira
Ya ella salsa,,, gini ajak kok nggak ada perasaan sama sekali 😁
NR_01: hay kak,
total 1 replies
weele waeee
LAGII
NR_01: siap kak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!