Jerat Cinta Mantan Suami

“Emmhh..”

Ishara melenguh di sela tidurnya, di atas kasur empuk nya wanita yang tengah tertidur itu terlihat tidak nyaman di posisinya.

Bukan karena kasurnya yang membuat tidak nyaman, melainkan Ishara merasakan dekapan kuat pada tubuhnya sehingga tidak ada ruang untuk bergerak dan juga hembusan sangat yang mengenai tengkuk nya.

Semakin Ishara ingin merubah posisi nya, semakin kuat pula dekapan yang ia rasakan hingga membuat kelopak matanya yang terpejam terasa berat itu terbuka.

Matanya langsung melotot kala merasakan serta mendengar napas berat yang terasa jelas itu, bahkan kini kepalanya sedikit menunduk melihat apa yang membelit tubuhnya.

“AAA---” Belum sempat menyelesaikan teriakan nya, mulut Ishara langsung di bekap oleh tangan yang semula melilit perutnya.

“Stt,, ini aku”

Jantung Ishara berdebar semakin kuat. Suara, aroma serta hembusan napas yang tak asing di telinga nya itu dapat memastikan semua nya.

Agaskara, benar pria itu lah yang mendekap tubuh Ishara di dalam tidurnya.

Kini pria itu melepaskan bekapan nya setelah beberapa saat dan semakin menyelusupkan kepalanya ke sela leher Ishara.

“Tidur lagi” Suara pelan bak berbisik namun terdengar seperti perintah membuat Ishara tersadar dari rasa kagetnya.

Dengan cepat ia menggapai tangan Agaskara untuk di lepaskan.

“Lepas!” Bentak tertahan Ishara.

Bukan nya melepaskan tetapi Agaskara malah semakin mengeratkan pelukan nya serta kaki nya yang berada di atas kaki Ishara. Sungguh wanita itu terlihat bak sebuah bantal guling.

“Lepas Agaskara!” Tekan Ishara geram.

“Tidur, kamu pasti masih ngantuk”

“Tidak, lepaskan!” Ishara terus mencoba melepaskan lilitan itu dari tubuh nya.

Namun percuma saja karena ia tau siapa pria di belakang nya dan yang pasti hal itu semakin membuang tenaga nya di tengah malam yang menunjukkan pukul satu dini hari.

“Agas--”

“Aku yang mengantuk, ayo tidur” Potong Agaskara sedikit melonggarkan pelukan nya saat tidak merasakan gerakan memberontak dari Ishara.

“Tidak, bagaimana kau bisa ada di sini dan--” Belum kembali menyelesaikan ucapannya, kini Agaskara kembali memotong.

“Aku seorang Vincente sayang, jika kamu lupa aku bantu ingatkan”

Oh tidak, kesialan macam apa yang menghampiri Ishara saat ini. Ah, tetapi entah ini sebuah kesialan atau keberuntungan.

Tetapi yang pasti jelas Ishara tau siapa Vincente ini, keluarga seperti apa dan bagaimana. Tidak sepenuhnya karena yang ia ketahui hanya sebatas dari media saja.

“Tuan Agaskara Vincente, tolong lepaskan ini” Ishara menepuk pelan tangan Agaskara berharap pria itu melepaskan.

Tetapi yang terjadi Agaskara malah kembali menguatkan dekapan nya.

“Agas, aku mohon lepaskan dan keluar dari apartemen ku” Permohonan lirih bercampur rasa yang sulit untuk di jabarkan ini sungguh mengganggu pendengaran Agaskara.

Sampai pada akhirnya pria itu membalik dengan mudah dan cepat nya tubuh Ishara hingga berhadapan dengan dirinya.

Sebelum Agaskara berbicara, Ishara langsung menyerobot untuk berbicara mengalihkan rasa kaget nya.

“Ini salah, kau harus keluar dari apartemen ku dan aku mohon untuk bersikap seperti tidak mengenal saja”

Bukan nya fokus untuk mendengarkan apa yang Ishara ucapkan, mata Agaskara malah terfokus pada gerakan bibir pink Ishara yang terlihat begitu kenyal.

“Agas..” Ishara menahan wajah Agaskara yang hendak mendekat ke wajah nya.

Pria itu terlihat menutup matanya dengan kening mengkerut. Terlihat bahwa Agaskara tidak suka dengan gerakan Ishara.

Masih di posisi yang sama, tak lama kelopak mata itu kembali terbuka dan menampakkan tatapan yang membuat bulu kuduk Ishara berdiri.

Apalagi begitu mengingat bahwa Agaskara adalah seorang Vincente. Siapa yang tidak kenal marga dan keluarga itu?

Selain karena kekayaan serta kekuasaan nya, di kabarkan oleh media keturunan Vincente adalah manusia-manusia sadis.

Keluarga mereka begitu di segani baik di kalangan bawah atau pun atas. Tidak ada yang berani mengusik keluarga yang memiliki darah kerajaan ini.

Dengan bibir tertutup rapat, Ishara pun perlahan menjauhkan tangan nya dari bibir pria itu.

“Aku--hmpp..”

Ucapan Ishara terpotong dan berganti dengan raungan saat bibir nya di raup rakus oleh bibir Agaskara tanpa permisi dan jeda.

Pria itu menaikkan tangan nya, menekan tengkuk Ishara sekaligus menahan nya agar wanita itu tidak dapat menghindar.

Mata tajam nya masih terus memberikan intimidasi pada mata Ishara yang melotot hingga tak lama tangan kecik yang semula mendorong tubuhnya kini hanya memukul dada nya, dan mata melotot marah itu kini terpejam.

“Jangan pernah mengusir ku” Bisik berat Agaskara tepat di depan bibir mengkilat Ishara.

Setelah mengatakan itu Agaskara kembali menyatukan bibir nya, menerobos masuk dengan cara mengigit bibir atas milik Ishara lalu mengabsen isi mulut yang ia rindukan itu.

Lagi, Agaskara melepaskan ciuman rakus itu dan kembali berbisik. “Jangan melarang ku untuk menyentuh mu”

Setelah mengatakan kalimat tersebut Agaskara kembali melanjutkan nya, kali ini lebih lembut hingga membuat kelopak mata Ishara terbuka dimana matanya langsung di sambut oleh tatapan sayu Agaskara.

Cpkk..

Napas keduanya terengah, walaupun Ishara tidak membalas nya tetapi pasokan oksigen miliknya menipis, tetapi lain halnya dengan Agaskara.

Mengusap bibir basah yang terlihat sedikit membengkak itu, kemudian mata Agaskara terfokus pada netra coklat pekat yang begitu jernih itu.

“Kembali pada ku”

Deg!

Debaran jantung Ishara terdengar semakin jelas dan cepat, bibirnya terasa kelu.

“Kembali pada ku, Ishara Guestone selagi aku masih bertingkah normal” Suara berat dengan tatapan tak kalah berat mampu membuat kepala Ishara menggeleng samar.

Mencoba sadar, pada akhirnya kini Ishara berhasil melepaskan tubuhnya karena kelengahan Agaskara.

Wanita itu langsung turun dari kasurnya dan berdiri menatap Agaskara dengan tangan yang menyugar rambutnya yang berantakan, begitu pun pikiran dan perasaan nya.

“Kau pikir aku ini apa?” Tanya Ishara dengan napas memberat menatap nyalang Agaskara.

“Kamu” Koreksi Agaskara yang tidak menyukai bahasa Ishara untuk dirinya.

“Kau lupa? Apa perlu aku ingatkan?” Tanya beruntun Ishara masih dengan napas memburu nya dan mata yang tertuju pada Agaskara.

Kini pria itu duduk di atas kasur nya, sungguh perlu Ishara akui bahwa saat ini Agaskara terlihat begitu panas!

Tiga kancing kemeja hitam nya terbuka dan lengan kemeja yang gulung, menjadi favorit Ishara saat melihat pria itu dahulu.

“Ishara..!” Tekan tidak suka Agaskara.

“Kau lupa hah?! Siapa yang menceraikan ku secara tiba-tiba tanpa alasan yang jelas? Siapa yang mengusir ku tiba-tiba saat bahkan aku belum menandatangani surat perceraian itu?!” Emosi Ishara meluap saat ini juga.

Dua tahun Ishara memendam emosi tersebut yang belum sempat ia keluarkan karena pilihan nya hanya mendatangani surat perceraian yang Agaskara berikan lalu pergi dengan kopernya.

...****************...