Kalandra terpaksa menerima perjodohannya itu. Padahal dia akan dijodohkan dengan perempuan yang sedang hamil lima bulan.
Saat akan melangsungkan pernikahannya, Kalandra malah bertemu dengan Anin, perempuan yang sedang hamil, dan dia adalah wanita yang akan dijodohkan dengannya. Ternyata Anin kabur dari rumahnya untuk menghindari pernikahannya dengan Kalandra. Anin tidak mau melibatkan orang yang tidak bersalah, harusnya yang menikahinya itu Vino, kekasihnya yang menghamili Anin, akan tetapi Vino kabur entah ke mana.
Tak disangka kaburnya Anin, malah membawa dirinya pada Kalandra.
Mereka akhirnya terpaksa menikah, meski tanpa cinta. Apalagi Kalandra masih sangat mencintai mantan kekasihnya. Akankah rumah tangga mereka baik-baik saja, ketika masa lalu mereka mengusik bahtera rumah tangga mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hany Honey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dua Puluh Enam
Keesokan harinya, Kala sudah menyelesaikan pekerjaannya, karena dia ingin mengantarkan istrinya menemui Bima jadi ia menyelesaikan pekerjaannya lebih cepat. Iya, Anin hari ini akan menemui Bima, entah apa yang ingin Bima bicarakan dengan Anin.
Kala sudah sampai di rumahnya, dia segera masuk ke dalam rumah dan disambut oleh istrinya juga Dava. Kala melihat istrinya yang sudah siap-siap, Anin terlihat memakai celana jeans dan kaos yang tidak terlalu ketat. Penampilannya benar-benar casual, dan tidak neko-neko. Dia hanya memoles tipis make-up di wajahnya dan memakai lip cream warna nude. Dia hanya mengikat rambut panjangnya. Tak lupa sepatu kets warna abu-abu yang senada dengan warna kaoes yang ia kenakan.
Kala memandangi istrinya dari atas hingga bawah.
"Anin, kamu tidak salah mau pergi menemui Bima dengan pakaian seperti ini?" tanya Kala.
"Lalu mau pakai apa coba? Mini dress? Gaun pesta?" jawab Anin.
"Ya biasanya kan kalau cewek mau ketemu cowok dandan pakai dress atau gaun atau apalah yang seperti layaknya cewek bertemu cowok," ujar Kala.
"Aku menemui temanku, buat apa ribet-ribet dandan mau ketemu orang seperti Bima?" tukas Anin "Sudah sana, mau mengantar tidak? Kalua tidak aku pakai taxi," imbuh Anin.
"Iya, iya, aku antar. Sebentar aku ganti kaos dulu." Kala masuk ke dalam kamarnya dia akan mengganti baju kerjanya dengan kaos.
"Kala udah aku siapkan di atas tempat tidur!" seru Anin.
"Iya." Jawabnya sambil berjalan menuju ke kamar.
Kala mengambil baju yang sudah di siapkan oleh Anin. Dia segera melepas pakaian kerjanya dan langsung memakai kaos yang sudah di sediakan Anin. Kala keluar dan mengajak Anin untuk berangkat ke cafe yang di beritahukan Bima kemarin.
Mereka sampai di cafe tersebut, dia memarkirkan mobil dan mereka turun bersama. Terlihat Bima sudah datang dari tadi dan duduk menunggu Anin. Anin yang melihat Bima sudah duduk di dalam Cafe, dia segera menghampirinya bersama Kala.
"Sudah lama Bim?" tanya Anin yang membuat Bima kaget dengan kehadiran Anin.
"Baru 15 menit Anin, kamu dengan suami? Kenapa tidak bilang?" tanya Bima.
"Iya lah, masa aku sendiri, lihat dong siapa yang akan aku temui, kamu tuh cowok, masa iya perempuan bersuami menemui laki-laki sendirian?" ujar Anin dengan mendudukan dirinya di depan Bima.
"Oh iya, Ini Kala suami aku." Anin mengenalkan suaminya pada Bima.
"Kala." Kala menjabat tangan Bima
"Bima." Bima menerima baik perkenalan dengan Kala. Kala mendudukan dirinya di samping Anin
"Sepertinya saya tidak asing dengan nama anda Tuan Kala?" Ucap Bima
"Masa sih?" tanya Kala.
"Iya seperti saya pernah mendengar nama anda di sebut seseorang. Ah ... sudah lupakan itu," potong Bima.
"Bim, kamu mau bicara apa?" tanya Anin.
"Emm ... sebenarnya aku mau bicara sesuatu dengan kamu. Tapi suami kamu ikut juga, ya sudah lebih baik lain waktu saja, gak enak mau bicara ini ada suamimu," ucap Bima.
"Lain waktu?" tanya Anin.
"Iya." Jawab Bima.
"Lain waktu juga aku tetap mengajak suamiku, Bima?" ucpa Anin.
"Tidak bisa sendiri?" tanya Bima.
"Tidak, Bim. Aku sudah bersuami, jadi kalau aku mau bertemu dengan laki-laki ya harus dengan suami," jelas Anin.
"Kamu berubah, Anin. Dulu waktu dengan Vino, kamu bebas mau pergi ke mana saja, dan mau bertemu dengan siapa saja juga bebas, dengan atau tanpanya," ucap Bima.
"Itu dulu, aku bukan istrinya, dia dulu statusnya pacar. Dan lihatlah, setelah aku hamil dia meninggalkanku, dan Kala yang selalu ada di sampingku, sejak aku hamil hingga sekarang. Jadi aku gak mau sembarangan menemui laki-laki sendirian? Walaupun kamu sahabatku, aku tetap bersama suamiku," tutur Anin.
"Ehem ...." Kala berdehem mendengar mereka berdebat.
"Maaf, jika kalian akan bicara penting, biar aku ke taman dulu dengan Dava. Bicaralah, aku tinggal ke sana. Ayo Dava ikut papah dulu, biar mamahmu bicara dengan Om Bima." Kala mengambil Dava dari pangkuan Anin.
"Kamu, tidak apa-apa Kala?" tanya Anin.
"Tidak apa-apa, aku tinggal ke sana sebentar, ya." Kala beranjak dari tempat duduknya dan mencium kening Anin.
"Jagan rewel ya, sama papah dulu." Anin mencium pipi Dava.
"Kok papah tidak di cium?" Kala mendekatkan pipinya di depan Anin. Anin mengecup kilas pipi Kala.
"Ya sudah aku ke sana ya, Anin." Kala berlalu pergi meninggalkan Bima dan Anin. Saat di rasa Kala sudah agak jauh, Bima membuka suara dan berbicara dengan Anin.
"Anin, bagaimana bisa Vino meninggalkanmu saat kamu hamil? Dan kenapa kamu bisa menikah dengan Kala? Dan sepertinya aku tak asing dengan nama suamimu?" ucap Bima.
"Bagaimana bisa asing dengan nama Kala? Semua orang tahu Kala siapa kali, Bim? Vino saja tahu Kala kok?” jawab Anin.
“Iya, mungkin aku pas ada pertemuan dengan beberapa relasi bisnis, ada Kala juga sepertinya. Oh iya kenapa Vino niggalin kamu saat itu?”
“Ceritanya panjang, memang Vino bukan jodohku juga kali, Bim. Eh, aku kemarin sebelum bertemu kamu juga bertemu Vino dengan istrinya," ucap Anin.
"Kamu bertemu dia dengan Anya?" tanya Bima.
"Ah, iya benar, Anya. Eh ... sudah mau bicara apa kamu, Bim. Kasihan suamiku dia gendong Ken." ucap Anin.
"Anin, sebenarnya aku sudah menikah." Ucapnya dengan lirih.
"Kapan kamu menikah?" tanya Anin.
"Sudah lama sekali, Anin. Sebelum Vino menikah dengan Anya aku menikah dengan wanita pilihan ibuku. Aku tidak bisa menolaknya. Ya aku juga mau, karena dia cantik, sexy. Yah tipe ku lah. Tapi ...." Ucapan Bima terhenti sejenak.
"Tapi apa?"tanya Anin.
"Anin, menurutmu aku salah tidak? Membenci orang yang sudah pernah melakukan kesalahan di masa lalunya?" Bima kembali bertanya.
"Maksudmu?" Anin semakin bingung dengan Bima.
"Anin, aku menikah dengan Wanita yang sudah pernah tidur dengan pria lain, dan ternyata, dia sudah tidak virgin lagi. Aku benci sekali Anin, dengan kenyataan ini. Dia dua kali keguguran dan itu sengaja aku lakukan, agar bayi di dalam kandungannya luntur," tutur Bima
"Gila kamu, Bim. Tega sekali kamu!" cebik Anin.
"Kamu tau masa laluku? Dia suami ku, dia bisa menerima aku apa adanya. Lihat, dia menggendong anak ku, dan itu bukan darah dagingnya sendiri." Anin berkata dengan sangat marah, dia benar-benar kecewa dengan sahabatnya itu.
"Lalu istrimu bagaimana?" tanya Anin.
"Dia masih setia di sisiku, meskipun aku siksa dia setiap hari. Aku tidak tahu Anin, saat aku melakukan itu dengan istriku, aku benci sekali, rasanya aku menggauli orang yang kotor." Ucap Bima.
"Kamu bicara seperti itu, apa kamu suci, Bim? Kamu tidak lebih dari seorang pembunuh. Kamu dua kali sengaja membunuh anak dalam kandungan istrimu. Kamu gila! Benar-benar gila kamu, Bim!" Anin semakin marah dengan Bima.
Bima terlihat meremas rambutnya, ucapan Anin begitu menusuk hatinya. Iya, dia sadar, dia memang sudah membunuh anaknya dua kali di dalam kandungan istrinya.
"Aku harus bagaimana, Anin. Aku tidak tahu!" desahnya kacau dengan suara serak.
"Minta maaf, perbaiki hubungan kalian!" tegas Anin. "Terimalah masa lalu istrimu, Bim," imbuh Anin.
"Aku tidak bisa, Anin?" ucap Bima
"Apa kamu tidak memiliki masa lalu kelam, Bim? Apa kamu tidak pernah meniduri wanita lain selain istrimu? Ingat Bim, karma masih berlaku!" tegas Anin. Bima berpikir sejenak mendengar kata-kata Anin.
Dulu Bima memang sering gonta-ganti wanita, banyak wanita yang sudah ia tiduri. Dan, dia ingin memiliki wanita yang baik dan masih Virgin? Rasaya tidak adil, bukan? Memang sebejat-bejatnya laki-laki, dia juga ingin memilki wanita yang sempurna dan baik.
"Iya, aku egois, Anin. Aku egois." ucap Bima dengan terisak.
"Semua belum terlambat, minta maaflah dengan istrimu, dia wanita yang baik, di saat kamu menyakiti, dia masih berada di sampingmu." Tutur Anin.
"Iya, Anin. Aku akan minta maaf dengannya, dan bila perlu aku akan besujud di kakinya. Terima kasih, Anin. Kamu memang sahabat terbaikku." Ucap Bima
"Sudah lega?" Tanya Anin.
"Iya, Anin. Terima kasih ya? Panggil suamimu, kasihan dia menggendong Dava dari tadi," ucap Bima.
Anin berjalan memanggil suaminya, dia memberitahukan jika dirinya sudah selesai berbicara dengan Bima. Kala berjalan di samping Anin menuju ke arah Bima. Mereka mengobrol sebentar, lalu Anin dan Kala berpamitan untuk pulang.
Anin dari tadi hanya diam di mobil, mengingat semua yang telah di katakan Bima.
"Anin, kenapa? Kamu baik-baik saja, kan?" tanya Kala.
"Iya, aku baik-baik saja. Kenapa, Kala?" jawab Anin.
"Tapi kenapa diam dari tadi?" tanya Kala lagi.
"Kasihan istri Bima." ucap Anin.
"Kenapa memangnya?" tanya Kala.
"Dia dua kali keguguran, karena Bima. Bima kecewa dengan istrinya yang sudah tak virgin lagi. Sebelum menikah dengan Bima, dia sudah pernah melakukannya dengan pria lain. Dan Bima kasar sekali dengan istrinya. Tapi istrinya sangat setia dengan Bima hingga sekarang masih bertahan di samping Bima. Katanya tadi dia mau minta maaf dengan istrinya, tidak tau nanti, lihat saja perkembangannya." jelas Anin.
"Sudah jangan di pikirkan, itu masalah pribadi mereka kok." ucap Kala .
"Iya ,sih." ucap Anin.
Sore hari mereka sampai di rumah Dava tidur di pangkuan Anin, dia segera membawa Dava masuk ke dalam dan menidurkannya di temapt tidur. Anin dan Kala membersihkan diri dan setelah itu Anin memasak untuk makan malam.