Hanzel Faihan Awal tak menyangka jika pesona janda cantik penjual kue keliling membuat dia jatuh hati, dia bahkan rela berpura-pura menjadi pria miskin agar bisa menikahi wanita itu.
"Menikahlah denganku, Mbak. Aku jamin akan berusaha untuk membahagiakan kamu," ujar Han.
"Memangnya kamu mampu membiayai aku dan juga anakku? Kamu hanya seorang pengantar kue loh!" ujar Sahira.
"Insya Allah mampu, kan' ada Allah yang ngasih rezeky."
Akankah Han diterima oleh Sahira?
Yuk pantengin kisahnya, jangan lupa kasih bintang lima sama koment yang membangun kalau suka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cucu@suliani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BTMJ2 Bab 12
Sahira benar-benar merasa kaget saat melihat ballroom hotel tempat di mana dia akan melaksanakan pernikahan, dekorasinya sangat indah. Semuanya terlihat sempurna dengan kemegahan yang ada.
Makanan yang ada di sana juga terhidang dengan apik, bunga-bunga cantik kesukaannya menghiasi setiap sisi ruangan ballroom hotel mewah itu.
Sahira sungguh tidak menyangka kalau dirinya akan menikah kembali dengan acara semeriah ini, berbeda jauh saat pesta pernikahannya dengan Dion dilaksanakan.
"Sudah siap?"
Ayah Sahira sudah duduk di samping penghulu, Hanzel juga sudah duduk di samping Sahira dan terlihat tegang.
"Sudah," jawab Sahira.
"Bagaimana dengan Nak Hanzel, apa sudah siap?"
"Siap," jawab Hanzel sambil mengusap keringat di dahinya.
Ini adalah hari yang sakral untuk dirinya, ini adalah hari yang penting bagi dirinya. Dia akan menikah, Hanzel takut mengucapkan kata yang salah dalam pelafalan kalimat kabulnya.
"Kalau begitu kita mulai saja," ujar Pak penghulu.
Akhirnya Hanzel menikah dengan Sahira, pria itu mengucapkan kalimat kabulnya dalam satu kali tarikan napas saja. Semua orang yang ada di sana nampak ikut tersenyum bahagia melihat kebahagiaan di wajah pasangan pengantin baru itu.
Selepas acara pernikahan, dilanjutkan dengan acara resepsi pernikahan yang begitu meriah. Banyak wartawan yang meliput acara pernikahan tersebut, karena banyak yang penasaran dengan siapa istri dari Hanzel Faihan Awal.
Sahira merasa begitu dihargai setelah menjadi istri dari seorang Hanzel, walaupun keluarga Pramudya merupakan keluarga terkaya di ibu kota, tetapi tidak memandang rendah sama sekali Sahira yang merupakan seorang janda.
"Mau pulang ke rumah kita? Atau mau nginep di kamar pengantin hotel?"
Pesta pernikahan sudah selesai, para tamu undangan sudah pulang ke kediaman masing-masing. Begitu juga dengan keluarga, mereka sudah tak ada di sana.
"Terserah kamu aja, tapi di mana Cia?"
Dari sore hari Sahira sudah tidak melihat putrinya tersebut, dia takut kalau putrinya akan dibawa oleh Dion. Dia sungguh tidak rela, karena baginya Cia adalah separuh napasnya.
"Cia dari sore udah minta bobo sama Umi, makanya Umi pulang sore. Cia lelah katanya, kepalanya juga pusing lihat orang banyak."
"Alhamdulillah kalau sama umi, kalau gitu kita langsung pulang aja."
Hanzel tak ingin mengambil keputusan sendiri, walaupun dia sudah menjadi seorang suami, tetapi tetap dia ingin menghargai keputusan dari istrinya.
"Oke," ujar Hanzel.
Hanzel membawa Sahira menuju kediaman baru mereka, rumah yang dimiliki oleh Hanzel yang diberikan oleh Aksa untuk dirinya dan juga Sahira.
"Katanya kita akan tinggal di rumah yang sederhana, kok rumahnya gede banget?"
"Rumah Ini hadiah dari kakek, hadiah untuk pernikahan kita."
"Oh," ujar Sahira paham.
Sahira diajak untuk masuk ke dalam kamar utama, dia memperhatikan kamar itu yang begitu nyaman sekali. Kamar yang dua kali lipat lebih besar dari kamarnya yang ada di kediaman orang tuanya.
"Kamu buka gaun pengantinnya aja dulu, kalau mau ganti baju, ambil aja di lemari. Udah aku sediakan banyak baju," ujar Hanzel.
Sahira merasa sangat senang karena ternyata suaminya itu begitu perhatian dan pengertian, walaupun usianya masih sangat begitu muda.
"Oke, terus kamu mau ke mana?"
"Mandi, Mbak. Gerah banget, keringetan banget ini badan," jawab Hanzel.
"Oke," jawab Sahira.
Hanzel masuk ke dalam kamar mandi, sedangkan Sahira nampak membuka gaun pengantin yang dia pakai. Lalu, wanita itu membuka lemari yang ada di sana.
Sahira tersenyum karena Hanzel mempersiapkan pajak baju yang begitu cantik untuk dirinya, dari mulai baju sehari-hari, dress, gaun malam sampai lingerie seksi.
"Apa aku pake lingerie aja ya untuk menyambut malam pertama kami?"
Cukup lama dia berpikir dengan baju apa yang harus dia pakai, hingga tidak lama kemudian dia memakai lingerie seksi berwarna hitam untuk menyambut malam pertamanya.
"Woow! Seksi," ujar Hanzel ketika dia keluar dari dalam kamar mandi dan melihat istrinya yang sedang duduk di tepian tempat tidur dengan menggunakan lingerie.
Sahira tersenyum malu-malu, dia bahkan sampai tidak berani menatap suaminya. Dia hanya menunduk sambil meremat kedua tangannya secara bergantian.
"Udah siap memang?" tanya Hanzel yang langsung duduk tepat di samping istrinya. Lalu, dia mendekatkan wajahnya ke wajah Sahira.
Ah, bangga rasanya bisa memperistri wanita yang dia kagumi. Wanita hebat yang mampu hidup tanpa dukungan dari orang lain, wanita yang mampu mencari ibu dan juga sekaligus ayah untuk anaknya.
Sungguh setelah ini Hanzel berjanji tidak akan membuat wanita itu terluka dan sakit hati, dia hanya ingin melihat istrinya bahagia dan tersenyum penuh keceriaan.
"Siap apa?" tanya Sahira kala hidung mereka sudah saling bersentuhan.