"Hanya aku yang boleh menyiksa dan membuatmu menderita. Hanya aku yang boleh mencintai dan memilikimu."_Sean Aznand.
Sonia Elliezza, rumah tangga yang dia idam-idamkan selama ini menjadi mimpi buruk untuknya, walaupun Sonia menikah dengan pria yang sangat dia cintai dan juga mencintainya.
Hanya karena kesalahan di masa lalu, membuat rumah tangga Sonia bersama dengan Sean Aznand menjadi sangat dingin dan menegangkan serta penuh dendam dan amarah yang tak terbantahkan.
Sean memberikan pilihan pahit pada Sonia di awal pernikahan mereka yaitu pergi atau bertahan. Pilihan apakah yang Sonia ambil?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vebi Gusriyeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mencari Tahu
Sonia dan Sean memilih sebuah cafe yang begitu nyaman bagi mereka untuk berduaan. Setelah mendengar perkataan Kenzo waktu itu, Sean kembali mencoba untuk mendekati Sonia melalui kerja sama antara perusahaannya dengan perusahaan Vanno.
Sean juga rela pindah rumah dari Jakarta ke Bandung hanya untuk bisa lebih dekat dengan Sonia. Bahkan Sean juga sering membeli cake diam-diam melalui Rani pembantu di rumah Sean yang ada di Bandung hanya untuk bisa melepas rindu dengan memakan buatan Sonia.
Mereka berdua menyantap makanan yang sudah terhidang sambil sesekali bicara hal yang tidak penting.
Sean bisa melihat jelas jika sekarang wajah Sonia tampak tidak baik, dia terlihat tidak semangat bahkan saat tertawa pun tampak sekali dia paksakan.
"Jangan berduka lama-lama dong sayang, meraung-raung pun kamu, nggak bakalan membuat Angel hidup kembali." Kata Sean pada Sonia.
"Iya aku tau, tapi kan sedih Sean, aku udah nggak punya teman cerita lagi, nggak bakalan ghibahin orang lagi dan juga nggak bisa temu kangen lagi."
"Kan ada aku, kamu bisa cerita padaku, bisa ghibahin orang sama aku dan pastinya juga bisa temu kangen setiap hari sama aku." Sonia tertawa manis mendengar perkataan Sean, dia tidak menyangka kalau Sean yang sekarang sudah bisa bergurau seperti ini, yang dia tau, Sean adalah orang yang sangat dingin dan serius dalam hal apapun, sangat jarang dia mau bergurau seperti ini.
"Sejak kapan kamu mau ghibahin orang?" Tanya Sonia.
"Sejak tadi."
"Haha yakin kamu mau dengerin aku ghibahin orang?"
"Yakinlah, karena itu nggak akan mungkin."
"Maksudnya?"
"Kamu nggak akan pernah ghibahin orang Sonia, karena aku sangat tau kalau kamu tidak pernah mau mengurusi hidup orang lain."
"Aku udah berubah sekarang Sean, nggak kayak dulu lagi."
"Iya sih, udah berubah banget malahan, buktinya kamu mau kembali sama aku padahal terakhir kali kita ketemu kan kamu mutusin aku dan bilang jangan pernah mencari kamu lagi." Sonia tertegun mendengar perkataan Sean,senyum di bibirnya seketika hilang.
Sonia memang berkata begitu pada Sean lima tahun yang lalu, saat dirinya masih kuliah di tahun pertama.
Sean dan Sonia sudah menjalin hubungan dari Sonia SMP, bagi Sonia, Sean itu sosok laki-laki yang bisa melindungi dan menjaganya, mereka berpacaran sampai Sonia lulus SMA, saat awal-awal kuliah pun hubungan mereka masih baik-baik saja, sampai pada akhirnya masalah besar datang dan membuat Sonia harus meninggalkan Sean.
"Kok bengong, ayo makan, ntar dingin ngak enak loh." Sean membuyarkan lamunan Sonia dengan memegang tangannya.
"Ah iya, maaf." Sonia melanjutkan makannya, dia membuang jauh-jauh apa yang pernah terjadi antara dirinya dengan Sean lima tahun yang lalu.
"Aku harus bisa melupakan semuanya, sekarang keadaan sudah baik-baik saja dan Sean juga sudah memaafkanku. Aku tidak mau mengingat kenangan pahit itu lagi, aku nggak mau kehilangan Sean lagi." Batin Sonia sambil mencuri-curi pandang pada Sean.
Setelah selesai makan, Sean memutuskan untuk mengantarkan Sonia pulang, masih banyak pekerjaan yang harus dia kerjakan hari ini.
"Kamu hati-hati di jalan, kalo udah nyampe kabarin aku." Kata Sonia sambil membuka seat belt, Sean menahan Sonia dengan menggenggam tangan gadis cantik itu.
"Ada apa?"
"Peluk aku Son, aku kangen sama pelukan kamu." Pinta Sean, Sonia memeluk pria itu dengan pelukan khasnya, Sonia menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Sean, itu seakan tempat ternyaman saat memeluk Sean, dia dengan rakus menghirup aroma tubuh Sean yang sudah lama tidak dia nikmati. Pelukan Sonia inilah yang membuatnya selalu diterpa rindu.
"Tolong jangan pernah meninggalkanku lagi, sudah cukup waktu lima tahun itu untuk perpisahan kita." Kata Sean dengan air mata yang tak sengaja jatuh begitu saja.
"Maafkan aku Sean, aku janji tidak akan meninggalkanmu lagi."
...***...
Kenzo sudah kembali ke Jakarta, dia sudah disibukkan dengan pekerjaannya dan melupakan Sean untuk beberapa hari ini, semenjak Sean pindah ke Bandung, mereka jadi jarang bertemu.
"Kenzo." Sapa wanita paruh baya sambil memasuki ruangan Kenzo.
"Tante, mari duduk tan." Kenzo menghentikan kegiatannya dan duduk bersama dengan wanita paruh baya itu.
"Ada apa tante kesini? Tumben banget." Tanya Kenzo pada Nila, ibu dari sahabatnya, tepatnya ibu tiri Sean.
"Ada yang mau tante tanyakan sama kamu mengenai Sean."
"Ada apa ya tan? "
"Begini sayang, sudah lima bulan Sean tinggal di Bandung, biasanya jika ada kerjaan keluar kota, dia tidak akan selama itu, paling hanya 2-3 hari dan paling lama ya seminggu. Ini sudah 5 bulan tapi Sean masih belum kembali juga, semua perusahaannya disini juga di handle sama Jonathan kan. Memangnya apa pekerjaan yang membuat Sean begitu lama di Bandung?" Nila bertanya dengan penuh rasa penasaran mengenai kegiatan dari anak tirinya itu.
"Hm ya biasa tante, bisnis Sean kan sekarang sedang naik-naiknya tuh, banyak perusahaan lain yang ingin menjalin kerjasama dengan perusahaannya." Kenzo sengaja menyembunyikan alasan utama Sean pindah ke Bandung, dia sangat tau watak Nila yang hanya ingin membuat hubungan sahabatnya itu hancur bersama Sonia, Nila sangat membenci Sonia.
Nila bertanya seperti itu bukan khawatir pada Sean tapi dia tidak mau jika Sean masih gigih mencari dan mendekati Sonia.
"Oh tante mau minta alamat nya Sean di Bandung ya Ken, udah lama nggak ketemu Sean, tante kangen." Nila sangat pandai bermulut manis, tapi sayangnya Kenzo bukan orang yang gampang ditipu dengan mulut manisnya itu.
"Kurang tau tan, soalnya dia menginap di hotel dan pindah-pindah, nggak netap." Bohong Kenzo, padahal dia tau kalau Sean memiliki rumah mewah di Bandung.
"Kamu coba telfon dia dan tanyain dia ada dimana." Kenzo terlihat enggan dengan ide Nila.
"Ayo lah Ken, kalo tante yang telfon, dia pasti nggak akan menjawab, kamu kan tau sendiri dia gimana sama tante. Kasian papa nya, udah kangen banget pengen ketemu dia." Nila beralasan kalau Endro, papa Sean lah yang sedang kangen, padahal Kenzo tau kalau Sean dan Endro tidaklah akur dan mereka sangat jarang bertemu.
"Oke, sebentar ya tan." Kenzo mengambil ponselnya dan berpura-pura untuk menghubungi Sean.
"Dimana sekarang?" Kenzo sedang berpura-pura untuk menghubungi Sean, padahal tidak sama sekali.
"Oh oke maaf." Kenzo mematikan ponselnya dan menatap Nila dengan sendu.
"Sorry tante, dia lagi sibuk, nanti dia akan telfon lagi. Gimana kalo nanti aku kabarin tante aja, nggak enak ganggu dia kerja sekarang."
"Hm oke, kamu janji sama tante untuk memberitahu dimana Sean ya."
"Oke siap, tante tenang aja."
Mereka kembali berbincang ringan dan lepas itu Nila pun pamit untuk pulang.
"Tante balik dulu, jangan lupa yang tadi ya Ken."
"Oke tan."
Kenzo merasa lega saat Nila sudah hilang dari pandangan matanya.
"Dasar wanita tua rese, ngapain kepo amat sama kehidupan orang lain. Gini nih contoh kalau anjing dikasih akal, bikin rusuh aja." Gerutu Kenzo pada Nila.
...***...
Di dalam mobil, Nila belum puas dengan jawaban Kenzo, dia sangat yakin kalau Sean ke Bandung bukan hanya urusan pekerjaan. Dia begitu kesal karena selalu diresahkan oleh Sean, ya begitulah manusia kalau tidak ada kerjaan ya ngurusin hidup orang lain.
"Aku harus cari tau bagaimanapun caranya, aku tidak mau jika Sonia kembali masuk ke dalam hidupnya Sean. Aku harus menghentikannya sebelum mereka benar-benar kembali menjalani hubungan." Ujar Nila dengan amarah yang tertahan.
Nila memasuki rumah mewahnya lalu disambut oleh teriakan Endro pada Fian, anak mereka.
"Dasar anak tidak berguna, kerjaanmu hanya menghabiskan hartaku saja, lebih baik kau mati saja membusuk di dalam penjara." Ujar Endro pada anak bungsu nha itu. Nila langsung menghampiri dan memeluk Fian, pria 24 tahun itu terlihat begitu santai dan terkesan tidak mempedulikan amarah Endro.
"Jangan marah-marah begitu dong sama anak sendiri, Fian kan masih remaja, ya wajar dong kalau dia sedikit nakal." Bela Nila pada anaknya itu.
"Bela terus anak ini." Endro memecahkan guci besar yang membuat Nila kaget, lalu Endro beranjak pergi dengan mobilnya. Nila menanyakan apa yang diperbuat oleh Fian sehingga papanya marah besar seperti itu.
"Aku melakukan transaksi narkoba dengan pelangganku dan aku ketahuan oleh polisi." Fian dengan santai mengatakan hal itu, dia kembali mendapatkan pelukan hangat dari Nila karena memang Nila membebaskan Fian untuk melakukan apapun yang Fian sukai.
"Lain kali kalo kamu mau transaksi begituan ya jangan sampai ketauan dong, kalau papamu sering marah-marah sama kamu, bisa-bisa kita berdua akan ditendang dari rumah ini. Kamu mau hidup miskin dan nggak punya apa-apa?"
"Nggak lah ma, aku nggak mau jadi miskin."
"Kalo gitu kamu harus jadi anak penurut sama papamu itu."
"Oke."
Fian memasuki kamarnya, hari ini adalah hari tersial dalam hidupnya karena sampai ketahuan oleh polisi saat transaksi narkoba. Fian anak yang begitu nakal, kenakalannya bukan hanya kenakalan biasa, dia bahkan sering melakukan kekerasan dan pemerkosaan di luaran sana. Dia juga bukan sekedar memakai narkoba tapi juga bandar besar, bisnis ini sudah lama dia geluti semenjak di SMA. Fian merebahkan tubuhnya di kasur dan mengingat kembali umpatan-umpatan dari Endro.
"Lihat saja kau tua bangka, suatu saat kau bakalan aku mutilasi." Fian begitu dendam pada Endro karena dia selalu dihina dan direndahkan oleh Endro dan juga dia selalu dibanding-bandingkan dengan Sean yang sukses serta tajir melintir.
...🕊🕊🕊...
Sonia sudah menutup usaha rumahan nya, dia sekarang fokus mengubah pola hidup lebih sehat dan tidak akan memaksakan dirinya untuk bekerja. Kesibukannya selama ini hanya untuk mengalihkan pikiran dari Sean, namun sekarang Sean sudah kembali menjadi miliknya.
Sonia segera menyelesaikan pekerjaanya di kantor karena sepulang dari kantor Sean akan menjemputnya. Dia sangat bahagia semenjak pacaran kembali dengan Sean, dibalik kebahagiaan Sonia ada Vanno yang begitu terluka. Dia belum bisa menerima hubungan Sonia dan Sean.
"Gimana caranya supaya Sonia bisa menjadi milikku? Aku sangat mencintainya." Batin Vanno yang terus menatap foto cantik Sonia yang dia ambil secara diam-diam.
...Bersambung...
...🕊🕊🕊...
...Beri dukungannya dengan cara like, subcribe serta tinggalkan jejak di kolom komentar ya sahabat, terima kasih sudah membaca cerita ini...
...Baca juga karya author yang lain ya ☺...
Sorry aku langsung emo... geram perangai perempuan mcm nie.