NovelToon NovelToon
CINTA Di Ujung PISAU

CINTA Di Ujung PISAU

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Mengubah Takdir / Fantasi Wanita
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Nona Rmaa

Elina Widiastuti, dengan rambut sehitam malam yang terurai lembut membingkai wajahnya yang cantik jelita, bukanlah putri seorang bangsawan. Ia hidup sederhana di sebuah rumah kecil yang catnya mulai terkelupas, bersama adik perempuannya, Sophia, yang masih belia, dan kedua orang tuanya. Kehidupan mereka, yang tadinya dipenuhi tawa riang, kini diselimuti bayang-bayang ketakutan. Ketakutan yang berasal dari sosok lelaki yang menyebut dirinya ayah, namun perilakunya jauh dari kata seorang ayah.

Elina pun terjebak di pernikahan tanpa dilandasi rasa cinta, ia pun mendapatkan perlakuan kasar dari orang orang terdekatnya.

bagaimana kelanjutannya?

silahkan membaca dan semoga suka dengan ceritanya.

mohon dukung aku dan beri suportnya karena ini novel pertama aku.
jangan lupa like, komen dan favorit yah 😊
kunjungan kalian sangat berarti buat aku. see you

selamat membaca


see you 😍

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nona Rmaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 28

Matahari sore menyinari wajah Elina yang tampak tenang, namun di balik ketenangan itu tersimpan sebuah rahasia besar. Sophia, adik perempuannya, memperhatikan kakaknya dengan penuh perhatian. Ada sesuatu yang berbeda, sebuah ketegangan yang tak terlihat namun terasa. Elina bersiap untuk pernikahannya, sebuah pernikahan yang ia sendiri tak yakin akan membawanya pada kebahagiaan.

"kak Elina" Sophia memulai pembicaraan, suaranya lembut namun tegas.

"Kau tampak... berbeda."

Elina tersenyum, sebuah senyum yang terasa dipaksakan.

"Hanya sedikit gugup, Sophia.Wajar bukan?"

Sophia menggeleng.

"Tidak kak, Ada sesuatu yang kau sembunyikan."

Elina terdiam, matanya berkedip-kedip menghindari tatapan Sophia. Ia tahu adiknya terlalu jeli untuk ditipu. Namun, mengungkapkan kebenaran akan terlalu menyakitkan, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk orang terdekatnya.

"Aku baik-baik saja" Elina berbohong, suaranya sedikit bergetar. Ia meraih sebuah bros antik yang tergeletak di meja rias, jari-jarinya gemetar saat menyentuhnya. Bros itu adalah satu-satunya kenangan dari mamanya. Ia harus melakukan ini, meskipun hatinya hancur berkeping-keping.

Sophia mendekati Elina, meraih tangan kakaknya.

"kak, kau bisa menceritakannya padaku. Aku ada untukmu."

Elina menarik tangannya, matanya berkaca-kaca. Ia tak mampu mengungkapkan kebenaran yang pahit.

"Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Aku hanya... sedikit gugup" Ia mencoba tersenyum lagi, namun air mata tak terbendung lagi.

Sophia mengerti. Ia tahu ada sesuatu yang lebih besar dari sekadar ketakutan yang dirasakan Elina. Namun, ia juga tahu bahwa Elina membutuhkan waktu dan ruang untuk mengungkapkan rahasianya sendiri. Sophia memeluk Elina, memberikan dukungan tanpa banyak bertanya. Ia akan selalu ada untuk kakaknya, apapun yang terjadi. Rahasia itu akan terungkap pada waktunya, dan sampai saat itu tiba, Sophia akan tetap berada di sisi Elina.

Pernikahan itu hanyalah sebuah formalitas, sebuah sandiwara yang diperankan dengan terpaksa. Ruangan yang dihias sederhana itu terasa dingin dan hampa, tak mampu menyembunyikan ketegangan yang mencekam. Elina berdiri, wajahnya pucat, matanya kosong, seperti boneka yang dipaksa tersenyum. Gaun pengantinnya yang putih bersih terasa asing di tengah suasana kelam yang menyelimuti. Sophia. menahan air mata, mengepalkan tangannya erat-erat, merasakan beban berat yang dipikul kakaknya. Luna menatapnya dengan simpati, mengetahui bahwa ini bukanlah pernikahan yang didambakan Elina.

Axel pun tampak tenang, namun ketenangannya terasa palsu, seperti topeng yang menutupi ketidaknyamanan dan ketidakjujuran. Ia hanya menjalankan perannya, tanpa emosi, tanpa cinta.

Ryan.mantan atasan Elina, berdiri di sudut ruangan, wajahnya dipenuhi kekecewaan dan sakit hati. Ia menyaksikan semuanya dengan tatapan dingin, seakan-akan sedang menyaksikan sebuah tragedi. begitupun dengan Elizabeth yang duduk tegak, wajahnya tanpa ekspresi, tatapannya dingin,pernikahan yang ia dambakan untuk anaknya bukanlah seperti ini.Kehadirannya semakin memperkuat suasana mencekam yang sudah ada.

pernikahan sedang berlangsung tanpa halangan apapun.Sophia merasakan sesak di dadanya, melihat kakaknya terjebak dalam situasi yang menyedihkan. Luna menggenggam tangan Sophia, memberikan dukungan diam-diam. Ryan masih menatap Elina, matanya penuh kesedihan dan penyesalan. Elizabeth tetap diam, mengamati semuanya dengan tatapan dingin dan penuh beremosi.

keheningan melanda ruangan, lebih dingin dan hampa daripada sebelumnya. Tidak ada kegembiraan, tidak ada tawa, hanya kesunyian yang berat dan penuh kepedihan. Pernikahan itu telah selesai, namun drama kehidupan Elina baru saja dimulai. Ini hanyalah awal dari sebuah cerita yang penuh dengan misteri, kesedihan, dan pertanyaan yang tak terjawab.

Para tamu telah pergi, meninggalkan ruangan yang sunyi dan hampa. Hanya Elizabeth, Axel, dan Elina yang tersisa. Elizabeth, dengan wajah merah padam menahan amarah, menghampiri Axel. Ia tak mampu lagi menahan emosinya.

"Axel" suaranya menggelegar, memecah kesunyian.

"Kau tahu kan, ini bukan yang kuinginkan!"

Axel berdiri tegak, wajahnya datar, tatapannya kosong, tanpa menunjukkan sedikit pun rasa bersalah atau penyesalan. Sikap acuhnya membuat Elizabeth semakin geram.

"Clara, Harusnya Clara yang kau nikahi, bukan gadis kampung itu" Elizabeth menunjuk Elina dengan jari gemetar,suaranya bergetar karena amarah. Elina berdiri di sana wajahnya pucat, menahan air mata yang mengancam jatuh.

Axel tetap diam, tatapannya kosong. Ia tak menunjukkan reaksi apapun terhadap kemarahan mommy nya. Sikapnya yang acuh membuat Elizabeth semakin murka.

"Kau tahu tahu Axel, mommy sangat membenci ini, Kau pikir aku senang melihatmu menikahi Elina?"

Axel masih diam.tatapannya tetap kosong, seolah-olah perkataan mommy nya hanya angin lewat. Ia hanya mengangguk kecil, tanpa ekspresi menunjukkan persetujuan yang hambar.

"Kau... kau mengecewakanku, Axel" Elizabeth menghela napas panjang, suaranya bergetar menahan isak tangis.

"mommy kecewa.memang aku menginginkan mu menikah tapi bukan dengan dia. coba sekali saja kau buat mommy bahagia,selama ini kau selalu sibuk dengan urusanmu, kalau saja daddy dan Alexa masih ada aku tidak kesepian seperti ini" ucap Elizabeth panjang lebar, dengan nada sedikit merendah.

Axel masih diam, menatap ke arah jendela, seolah-olah dunia di luar jauh lebih menarik daripada mommy nya yang sedang meluapkan emosinya.

.

.

Sophia mendekati Elina yang duduk sendirian di sudut ruangan, wajahnya pucat dan lesu. Suasana sunyi mencekam, hanya diiringi suara lirih isak tangis Elina yang tertahan. Sophia duduk di sampingnya, menjangkau tangan Elina dan menggenggamnya erat.

"Kak" bisik Sophia, suaranya bergetar.

"Aku harus pergi."

Elina mengangkat wajahnya, matanya sembab dan berkaca-kaca. Ia mengangguk lemah, tak mampu berkata apa pun.

"kak Axel sudah mengurus semuanya" lanjut Sophia. suaranya sedikit terbata-bata.

"Tiket pesawat,visa, bahkan uang saku. Dia sudah mengurus semuanya"

Elina terdiam, menatap Sophia dengan tatapan kosong. Ia tak menyangka Axel akan melakukan semua itu, secepat dan serapi ini. Ia tak tahu harus merasa apa. Syukur? Atau justru semakin takut?

Sophia mengusap air mata Elina dengan lembut.

"Jangan khawatir Kak" katanya, suaranya penuh pengertian.

"Aku akan baik-baik saja. Aku akan menelepon dan mengirim kabar setiap saat."

Elina masih terdiam, mencoba mencerna semua yang terjadi. Pernikahan yang baru saja selesai, kepergian Sophia yang tiba-tiba, dan sikap Axel yang tak terduga. Semuanya terasa begitu cepat dan membingungkan.

"Aku… aku akan merindukanmu," ucap Elina akhirnya, suaranya terisak.

Sophia tersenyum, mencoba memberikan kekuatan kepada kakaknya.

"Aku juga akan merindukanmu, Kak. Tapi ini yang terbaik. Kau harus kuat. Kau harus menjaga dirimu sendiri"

Mereka berdua terdiam sejenak, hanya diiringi suara lirih isak tangis Elina. Sophia memeluk Elina erat-erat, memberikan dukungan dan kekuatan yang dibutuhkan kakaknya. Kemudian, Sophia berpamitan, meninggalkan Elina sendirian dalam kesunyian yang mencekam.

Perpisahan itu terasa berat, namun Sophia tahu bahwa ini adalah yang terbaik untuk Elina. Ia berharap, di tempat yang baru, Elina akan menemukan kedamaian dan kebahagiaan yang selama ini tak pernah ia dapatkan.

.

.

.

dukung aku yah

Like komen dan favorit nya

Lanjut yah

See you 😊

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!