NovelToon NovelToon
Surai Temukan Jalan Pulang

Surai Temukan Jalan Pulang

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Sci-Fi / Fantasi Timur / Spiritual / Dokter Genius / Perperangan
Popularitas:182
Nilai: 5
Nama Author: Hana Indy

[Sampul digambar sendiri] Pengarang, penulis, penggambar : Hana Indy

Jika ada yang menganggap dunia itu penuh dengan surga maka, hanyalah mereka yang menikmatinya.
Jika ada yang menganggap dunia penuh dengan kebencian maka, mereka yang melakukannya.

Seseorang telah mengatakan kepada lelaki dengan keunikan, seorang yang memiliki mata rubah indah, Tian Cleodra Amarilis bahwa 'dunia kita berbeda, walau begitu kita sama'.

Kali ini surai perak seekor kuda tunggangnya akan terus memakan rumput dan berhagia terhadap orang terkasih, Coin Carello. Kisah yang akan membawa kesedihan bercampur suka dalam sebuah cerita singkat. Seseorang yang harus menemukan sebuah arti kebahagiaan sendiri. Bagaimana perjuangan seorang anak yang telah seseorang tinggalkan memaafkan semua perilaku ibundanya. Menuntut bahwa engkay hanyalah keluarga yang dia punya. Pada akhirnya harus berpisah dengan sang ibunda.

-Agar kita tidak saling menyakiti, Coin-

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hana Indy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11 Coin Suci

...“Kata sepakat sepertinya bukan asing ditelinga lelaki yang telah merenggut kebanyakan nyawa. Hanya saja bodoh tetap bodoh. Orang mengatakan jika kemampuan yang diasah akan terus menajam. Bagaimana dengan kebodohan?” – Surai....

Ada setidaknya kabar yang dilihat oleh gadis yang membawa koran hasil dia berbelanja bersama Nona Muda Perawat. Hampir saja menetes air matanya jika dia tidak segera mengusap. Menangis dalam kerumuman bagaikan sirkus di tengah jalan. Ada perasaan lega yang mampir dibenak gadis ini sekarang, namun, ada juga perasaan bersalah karena meninggalkan seorang ibunda di rumah.

Menangisi kepergian suaminya.

“Apa kamu menangis?” Tanya Nona Paula ketika dia menyadari langkah Silvia tidak lebih dekat dari dirinya.

“Tidak Nona. Aku merasa hanya tidak nyaman dengan orang banyak. Sedikit ketakutan.”

“Astaga maafkan aku. Seharusnya aku tidak mengajakmu berbelanja seperti ini.”

Silvia menggeleng. “Tidak masalah. Kasihan anak panti juga jika aku tidak ikut.”

Bisa dibilang Silvia adalah yang paling dewasa diantara anak lainnya. Dan alasan Silvia tidak kabur adalah di panti dia menemukan sedikitnya kebebasan yang dia inginkan. Dan kematian ayahnya bukan sesuatu yang harus dipikirkan terus-menerus.

Hidup terus berjalan.

...*...

Bergegaslah sebuah urusan tiada tanding penting sekarang. Ada anak yang sedang berjuang hidup dengan berbagi oksigen alat. Yang lelaki ini tahu, gadis itu sudah mati. Tenggelam.

Idris tidak pernah mengatakan sebuah janji akan menyelamatkan Ara. Namun, memindahkan Ara juga memerlukan bantuan. Sedangkan, akuarium Ara sangat sulit melewati pintu. Pada akhirnya dia mencoba melepas selang oksigen Ara dan memuatnya bernafas seperti manusia. Tetapi gadis itu malah kehabisan oksigen. Paru-parunya saja sudah diganti dengan insang.

Pendonor harus menyerahkan paru-parunya.

Keputusan yang dia ambil. Berusaha bekerja sama dengan rumah sakit dan mencari donor paru yang bagus. Tidak akan seindah membalikan telapak tangan. Penantian panjang juga harus dikorbankan.

Seperti yang diberitakan oleh berita. Berkerumun semut dalam televisi. Idris menyadari jika Tuan Berjas Merah yang mati tenggelam lalu, juga ada kaitannya dengan tiga nama.

Agensi Surga,

Tuan Bond,

Dan, Barang Surga.

Semua mengarah seperti benang merah yang menyambung jadi satu.

Idris bergegas menuju tempat Tuan Mallory biasa bertugas. Dilihatnya lelaki itu masih menggunakan kemeja kasualnya. Berbaring santai dalam sofa panjang.

“Tuan Mallory!” teriak Idris memanggil dari ambang pintu. Kesal akan lelaki yang tidur di jam kerja.

“Idris, temanilah aku tidur. Dan lihatnya sesuatu di sana.”

Kesal akan tingkah lelaki berusia setengah baya itu. Pantas saja jika dia tidak memiliki istri atau anak. Kelakuannya sama seperti anak kecil. “Untuk apa aku menuruti kemauanmu? Lihat, apa kamu tahu putri dari Fadel Bond?”

“Silvia Bond.” Kening terangkat memastikan bahwa perkataannya benar.

“Bangun dan kerjakan tugas ini bersamaku.” Idris duduk disamping Mallory. Menggoyangkan tubuhnya kencang. “Ayo!”

“Lihat sana dulu.” Tunjuk Mallory.

Idris mengikuti arah mata memandang. Dilihatnya sebuah layar penyiaran sedang menampilkan keadaan pulau yang tertutupi oleh kabut masih mengepul asapnya.

Idris bersedeku sembari terus menemani berita itu menghabiskan kata-katanya. “Pulau Arash?”

“Siapa lelaki yang bisa berlayar sampai sana sehingga menyorot Pulau Arash?”

Sejenak Idris hanya terdiam. “Bukankah Pulau itu sangat sulit ditemukan dalam pelayaran manapun. Jalur perdagangan sudah ditutup.”

“Hanya pelayaran gelap yang bisa sampai ke lokasi tanpa rute.”

Idris tertohok. “Bagaimana dengan berita itu?”

“Selain bodoh Tuan Jaza ternyata memiliki kebodohan yang alami. Aku heran jika dia masih melakukan hal bodoh semacam ini.”

“Kamu mengatakan bodoh tiga kali. Apakah kamu sangat membenci Tuan Jaza?” Seakan menyadari sesuatu. “Hei, siapa Tuan Jaza?”

“Pemilik Agensi Surga yang akan kamu berikan padaku.” Tuan Mallory menunjuk kertas yang dibawa oleh Idris dengan dagunya.

Idris memang sedang memberikan tugas tambahan untuk menyelidiki siapa pemilik agensi dan juga jalur perdagangan ilegal. Lelaki itu memang selangkah sudah maju. Inilah yang dianggap sebagai kekuatan Tuan Mallory, Sang Penakluk Berita.

"Orang seperti Tuan Jaza tidak akan bergerak sendirian. Ada seseorang dibaliknya."

“Orang awan sepertimu tidak akan menyadari jika jalur perdagangan Pulau Arash sudah ditutup ya kan?” Mallory berjalan ke arah mejanya. “Tetapi, aku sudah menyoroti Pulau itu ketika ada yang mengganjal.”

“Apa?”

Mallory menunjukkan kertas yang dia pegang. Memberikan kepada Idris. Berisikan catatan harian yang pernah Coin tulis di kediaman Tuan Bon. “Lelaki bermata rubah bernama Tian Cleodra Amarillis.”

“Aku mencari nama marga itu dalam arsip kerajaan dan tentu saja hasilnya nihil.” Mallory menggeleng kepalanya. “Dan pada akhirnya aku meminta bantuan kepolisian Kerajaan untuk mencari nama marga Amarillis. Dan Pulau Arahis menjadi sorotan sejak saat itu. Pulau itu dibombardir. Dan Coin mengatakan jika dia bertemu dengan Putra Regen.”

Idris bisa menjadi pendengar yang baik. Pernah dia ingati Tian mengaku di depan dirinya mengenai tujuannya menuju Pulau lain.

“Lalu apa hubungannya dengan kasus ini?”

“Itu artinya ada sekelompok manusia yang sedang melakukan ‘sesuatu’ kepada ras lain.”

Idris menggeleng. “Aku sama sekali tidak mengerti.”

“Apa kamu tidak mengerti?” Mallory menunjuk berita. “Kapal yang berlabuh adalah video amatir dari seorang lelaki yang menunggangi kapal milik Tuan Jaza. Lihat tulisan Agensi Surga yang tertera di badan kapal. Lalu, jika pemilik Tuan Jaza sedangkan Coin bertemu dengan Tian di lokasi yang sama. Artinya, ada ras lain yang sedang menindas ras lainnya.”

“Sesuatu seperti perdagangan ilegal, pelelangan, hingga penelitian ilegal.”

Idris tertohok. Mendengar kalimat sama sekali tidak dia inginkan. Menyangkut pautkan dengan dirinya juga keluarganya.

“Tetapi, yang aku inginkan adalah kita bisa bertemu dengan jajaran petinggi Agensi Surga.” Mata melirik tajam kepada lelaki bermata cyan. "Idris, apakah kamu akan diam saja?"

Mungkin yang tertutup akan terbuka malam itu.

...***...

Tercekat malam ini. Akan apa sesuatu menjerat namun bukan tali ataupun tangan manusia. Tetapi, dengan mereka yang disebut dengan fakta. Takut bernafas tapi takut kematian. Takut tenggelam tetapi takut beranjak naik ke permukaan. Begitulah yang dirasakan lelaki penuh kebimbangan dalam kesendirian.

Enggan menyalakan lampu penerangan gudang. Bermata cyan menangis dalam diamnya malam menjelang. Seseorang yang dia bawa ke panti asuhan itu berteman baik dengannya. Seseorang yang dibawa ayahnya itu sudah menjadi temannya sekarang.

Idris sudah melihat banyaknya mayat akibat ulah ayahnya. Apakah benar jika semua itu keperluan Kerajaan?

Jika begitu, mengapa Kerajaan seakan tidak tahu menahu soal ini.

Pelayaran.

Perdagangan Barang Surga.

Semua bagaikan pena menari dalam otaknya terus merajut merangkai kata ambigu.

Tekadnya malam ini akan dia buktikan.

Menyalakan lampu benderang tempat penyimpanan barang berkebun. Beranjak dari gudang dengan kemeja kasualnya.

Matanya terhenti ketika melihat lelaki yang sudah dia hafal bentuk tubuh juga sosoknya walau hanya di kegelapan. Mengelus Surai manja.

“Coin,” lirih Idris. Mengusap air matanya cepat. Perang batin sudah dia dapatkan semenjak lelaki itu menyadarkannya.

“Apakah kamu percaya padaku? Jika kuda yang kau pelihara ini memiliki kelebihan?”

“Mengapa kamu tidak tidur?”

Coin menatap Idris semakin mendekat kepadanya. Jarak diantara mereka cukup untuk membuat suara kabur. “Aku tidak pernah memakan makan malam oleh karenanya aku bisa terjaga.”

“Hm?” Idris bertanya.

Coin melemparkan kotak kecil yang dia ambil dari garam sore ini. Idris membukanya. “Apa ini?”

“Biasakah kamu memisahkan dua zat yang ada di dalamnya.”

Idris hanya mengangguk pelan. “Coin,” panggilnya serius. “Bisakah kamu menceritakan dengan benar darimana kamu berasal?”

“Untuk apa kamu mengetahuinya?”

Idris mendekati Coin memegang bahunya erat. “Tolong ceritakan sedikit saja.”

“Aku berasal dari pelelangan manusia yang dijual oleh Tuan Jaza.”

“Ayahku membelimu?”

“Aku pikir kamu sudah tahu.”

Terdiam. Entah apa yang akan dia katakan sekarang. Gejolak batinnya mempengaruhi perilakunya selama ini. Penuh dengan amarah.

“Apa yang akan kamu lakukan?” Tanya Coin mencarikan suasana tegang sekilas. “Surai?” lirih Coin. “Dia bisa berlari. Jika kamu menginginkan sebuah rencana, kamu bisa memberitahuku.”

“Apakah kamu bisa mempercayaimu?”

Coin hanya mengangguk. Surai sangat luluh dengan Coin. Setiap dia menampakkan tanah selalu berjalan cepat menuju Coin dan meminta lelaki itu untuk mengajaknya jalan-jalan.

Idris pernah melihat Coin bercerita dengan Surai. Curhat mengenai masa lalu. Bagi Idris itu adalah bagian yang paling menyentuh.

Idris meninggalkan keduanya. Masih enggan berpikir apa yang akan dia lakukan. Tetapi, dalam benak jiwanya sedikit takut jika sesuatu akan terjadi dan mengorbankan salah satu orang yang dia kasihi?

Namun, sebenarnya siapa yang dia kasihi itu?

Coin hanya menatap kepergian Idris dengan wajah lesu. Setelah membuat lelaki jingglang berada dibalik bangunan marah, dibekapnya Coin sampai suara tercekat. Surai terus meringkik meminta dikeluarkan. Membuat suara gaduh kuda-kuda lainnya. Membangunkan mereka dalam kondisi prima.

Idris mengabaikan suara yang membuatnya bising. Masih dia lalui jalan untuk menuju rumahnya.

Suara ringkikan itu terus menggema malam. Idris merasa terganggu menoleh, mendecih melihat kuda terus saja mengentakan kakinya.

“Ada apa kalian ini?” Suara Idris teredam oleh ringkikan dan suara langkah kuda.

Begitu keras Surai ingin memberitahukan apa yang dia lihat. Idris melepaskan Surai. Kuda itu terlihat mengelilinginya dan menarik tangannya menuju semak-semak. Idris mencoba melepaskan tarikan Surai. Tetapi, kuda itu sepertinya sangat sedih.

“Ada apa?” Idris sedikit kesal lalu melepaskan gigitan Surai paksa. Kuda itu seakan marah lalu menjatuhkan dirinya dan meletakkan kepalanya di tanah. Sedikitnya air mata sudah dia nampaknya.

“Di mana Coin?” tanya Idris.

Surai seakan ingin memberitahukan apa yang terjadi pada anak itu dengan menunjuk arena semak-semak terus menerus.

Idris berjalan menuju area semak-semak. Hanya kosong yang dia dapati namun, ada bau parfum tertinggal di sana.

Apakah Coin berada dalam masalah?

Surai seakan memanggil Coin dengan nada memanggil panjang. Begitu juga yang diherankan oleh Idris, mengapa tidak ada satu pun orang yang keluar saat terjadinya peristiwa?

Idris mengambil garam yang diberikan oleh Coin. Apakah memisahkan dua zat ini akan berpengaruh banyak terhadap keberlangsungan mereka?

“Garam adalah bahan pokok. Jika benar maka, ayah sudah melakukan sesuatu di luar nalar.”

Idris harus mengambil keputusan sekarang. Ditungganginya Surai. Mempercayakan sepenuhnya pada kuda itu. Jika Coin benar maka Surai akan melaju cepat.

Surai mengendus bau parfum yang tertinggal. Berlari kencang menembus semak-semak sampai menuju seberang perkebunan. Dari situ Idris baru saja melihat pemandangan yang menyebalkan matanya.

Kereta kuda ayahnya berhenti. Hal itu sudah membuat keprcayaannya sebagai anak menghilang.

Idris hendak menghentikan Surai, melihat ayahnya membawa Coin yang dipaksa diseret. Bersama seseorang yang dia kenal sebagai Tuan Poppin. Mungkin akhir dari kepercayaan Idris akan segera berakhir.

Coin dibawa menuju tempat kecil seperti saluran pembuangan air lalu dimasukkan bersama ayahnya dan Tuan Poppin.

Idris memutar. Melihat gudang yang menjadi jalan masuknya sebuah laboratorium.

Idris segera memacu kudanya berlari. Surai berlari seperti kuda normal. Berhenti ketika melihat ruangan yang sedikit remang memasukkan sandi yang ternyata sudah diganti.

Idris berbalik arah. Menuju tempat pembuangan sebelumnya. Lokasi itu salam hilang lenyap ditutupi oleh sesuatu. Mengacak sana sini untuk memeriksa setiap semak. Namun, seakan matanya hanya dibutakan oleh dedaunan.

“Aku yakin tadi melihatnya.”

Surai masih mengendus bau parfum yang tertinggal lalu meringkik sendu.

Menandakan jika mereka tidak menemukan lubang kematian.

...*...

Diikat dipaksa sekali lagi asyik ke dalam ruangan sempit. Menuju bawah tanah dengan lift yang langsung turun. Dilihatnya setidaknya lantai bernomor satu. Mungkin lantai paling tinggi dari takhta penelitian.

Coin dapat melihat ada dua orang yang senantiasa menyeret dirinya. Mengikat dengan borgol lalu menggantikannya dengan baju putih bersih.

“Lepaskan!” Teriak Coin ketika pintu ruang kaca itu tertutup.

“Anak kecil!” Renggut janggutnya oleh Tuan Bond. “Apa kamu ingin aku membunuhmu sekarang?”

“Jika kamu bisa membunuhku maka, bunuhlah aku!” Teriak Coin tepat dihadapan wajah Tuan Bond.

“Masih beruntung kamu kudapatkan dari pelelangan. Jika tidak kamu akan berakhir di lelaki itu!”

“Aku tidak peduli dengan hidupku!” Digelengkan kepalanya menolak apa yang akan dimasukkan kepada dirinya. Sebuah cairan yang dia tahu akan dicekokkan. “Sejak lama aku sudah tidak tahu tujuan hidupku itu apa. Jadi, kematianku tidak akan ada untungnya untukmu!”

Tamparan keras mendarat pada kedua pipi Coin. Memar yang dihasilkan membuat sudut bibirnya berdarah. “Kamu memang benar! Kematianmu tidak akan berarti untukku!”

Tuan Bond dengan kesal menyambet sebuah cairan berwarna putih. “Apa kamu tahu didalamnya ada apa?”

“Kalau pun itu spermamu aku juga tidak akan peduli!” teriak Coin.

Tamparan mendarat lagi. “Menjijikkan sekali.”

“Tuan Bond, DNA itu belum sempurna. Dia akan menjadi masalah jika disuntikkan sekarang!” peringatkannya Tuan Poppin.

“Justru itu, akan aku jadikan anak itu sama seperti sampah di dalam ruangan sana!”

Dibukanya lengan Coin cepat. Dengan gelisah memutar lengannya untuk menghindari suntikan. “Kamu bilang jika kamu sudah tidak peduli dengan hidupmu bukan!”

“Aku akan menurutinya!”

Teriakan demi teriakan sudah dia dengar. Sangat tidak asing. Ah, dia rindu dengan teriakan ibundanya yang juga berada tinggi yang sama.

Coin tidak mengerti tentang apa kehidupan yang ia lakukan sekarang? Bertahan dan terus berjudi akan esok hari. Seakan semuanya akan sirna seiring dengan perjalanan hidupnya.

Ketika seseorang yang Coin lihat melihat dirinya berjuang melawan sesuatu.

Lelaki itu seakan mengirimkan sinyal yang Coin tidak mengerti apa maksudnya. Tetapi, mungkin hari esok akan sesuatu yang bisa dia pertahankan.

Dalam gelap sesosok muncul dari kegelapan. Wanita dengan gaun merah yang selalu menjalar dalam pemikirannya bagaikan jamur berkembangbiak. Sudah lama angan merindukan sosok ibunda yang melahirkannya.

Kini dia nampak begitu indah senyuman. Seakan sorot matanya mengisahkan kasih.

Perlahan Coin menggapai sosok itu. Apakah yang dia rindukan dari sosok ibunda yang memakai? Tidak ada. Ibundanya sangat asing dengan wajah ramah.

Coin menoleh. Sejelas suara mengantarkan untuk terus melawan.

Siapa?

Dalam bayangan itu ada seseorang yang mirip dengan dirinya terus meneriakkan melawan. Dalam sinar benderang menyilaukan. Sosok yang memiliki warna rambut yang sama.

Melambaikan tangan lalu menghilang seperti debu.

Meredupkan cahaya disekitarnya. Membuat gelap menguasai dinding. Coin kembali menoleh kepada wanita yang dia kenali sebagai sosok ibundanya. Seakan sudah memasang wajah marah dan kesal.

Ada niatan dalam diri Coin. Mungkin sedikit bertahan lebih lama agar melihat ayahnya untuk terakhir kalinya.

...***...

...Bersambung......

1
Galaxy_k1910
ilustrasi karakternya keren
@shithan03_12: Wuahh makasih ya
total 1 replies
༆𝑃𝑖𝑘𝑎𝑐ℎ𝑢 𝐺𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
dia cewek apa cowok thor?
@shithan03_12: kalau Tian cowok..
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!