Tanah yang di jadikannya sandaran. Key Lin hidup di dunia yang bukan miliknya. Keras, dan penuh penindasan. Keadilan bagaimana mungkin ada? Bagi bocah yang mengais makanan dari tempat sampah. Apa yang bisa dia sebut sebagai keadilan di dunia ini?
Dia bukan dari sana. Sebagai seorang anak kecil bermata sipit penjual koran di barat, apakah di akan selamat dari kekejaman dunia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jauhadi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12 Berbicara dengan Key [Key Lin Tumbuh di Bumi Barat
Waktu pulang sudah tiba, Arina mengatakan akan pergi ke toilet sebentar sehingga dia meminta Key menunggu di depan perpustakaan, karena jaraknya dekat. Key setuju, dan memutuskan untuk menunggu Arina di sana.
Saat itu, sepasang mata yang terus mengawasi membuat Key mulai terganggu, dia lalu menegur orang itu dengan sopan. Hal apa lagi yang akan membuat Key begitu sopan jika bukan karena itu adalah guru kesayangan kebanggaan murid?
"Apakah anda ada perlu dengan saya Mr.Leoni?" Tanya Key masih berusaha sopan. Leoni yang mengetahui Key menyadari keberadaannya segera keluar dari tempat persembunyian.
"Aku hanya ingin bertanya, murid sepintar kau kenapa memilih sekolah di sini? " Tanya Leoni terus terang.
"Alasannya anda juga pasti tahu, kurang lebih sama dengan anda tuan." Key tak ingin berlama-lama dengan Leoni. Bagaimanapun juga dia tidak ingin terlihat dekat dengan guru jenius itu.
"Apa ketahuan? " Leoni tersipu malu. Dia memang jenius, tapi alasan tepat dia tidak meninggalkan kota kecil itu, karena dia miskin. Dia tidak ingin orang lain tahu kenyataan itu, saat dia menjadi guru di sekolah yang dekat dengan rumahnya itu, biaya gaji, dan makan di sana lebih murah.
"Ya. Tampak jelas dari cara anda menghindari murid kaya. Sudah dulu ya, Arina hampir selesai." Balas Key pada Leoni.
Leoni mengangguk, dan pergi ke dalam perpustakaan untuk mencegah kecurigaan Arina.
Tak lama berselang Arina kembali dari toilet. Dia memanggil Key Lin. Dan mereka pulang bersama.
Arina sangat bahagia Key tetap menunggu dirinya. Apakah itu hanya sifat hati-hati Key seperti biasa?
"Ayo pulang, kita lewat jalan memutar nanti biar tidak ketemu preman, sekalian saya belikan jajanan di sana!" Ujar Key Lin membuat Arina tersasar segera. Lamunannya buyar, dan menghilang.
Arina segera merasa bahagia memikirkan camilan yang Key janjikan.
Mereka berdua berjalan keluar sekolah. Ketika sampai di gang yang di maksud, Key segera membeli camilan yang di katakan pada Arina. Dia membeli satu saja. Arina yang melihat itu segera menoleh bingung. Mereka tidak makan bersama? Apa Key memang hanya membelinya untuk Arina saja?
Arina segera menerima camilan manis yang Key berikan padanya. Dia segera bertanya pada Key untuk memastikan.
"Kamu tidak beli untuk dirimu?" Tanya Arina pada Key, dan hanya di balas gelengan kepala pada Key.
Sang penjual camilan langsung menatap Arina dengan raut wajah bahagia. Seperti melihat hal langka saja.
"Nona kecil, dia membeli untukmu. Dia berbisik padaku tadi untuk sahabatnya." Ujar Wanita penjual camilan yang tersenyum usil pada Key.
Arina merasa bahagia dengan jawaban penjual itu. Dia merasa senang, tapi masih memikirkan Key yang hanya beli satu.
"Kita bagi dua ya, makan bersama." Kata Arina pada Key.
"Tidak terima kasih, aku memang membelikannya untukmu karena kau teman baikku." Balas Key seperti membenarkan kata Bos camilan tadi. Padahal Key membelinya hanya di sebabkan Arina begitu cengeng saat tadi di ganggu anak di kelas.
Key merasa Arina anak kecil. Padahal mereka berdua seumuran. Key tak menganggap Arina sebagai teman sama sekali, dia hanya menganggap Arina sebagai adik Shoe, anak kecil yang harus di jaga. Dia hanya tidak ingin Arina menangis.
Saat key masih berusia 2 tahun dulu, neneknya sering membuat camilan manis agar Key tersenyum. Kini Key memperlakukan Arina tak lebih dari anak kecil.
Sungguh benar-benar anak yang agak tidak tahu umur, padahal mereka sama-sama tujuh tahun.
