Baca aja 👊😑
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rendi 20, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengapa dia berubah?
Pagi pun tiba.
Tap ... Tap ... Tap ....
Kirana melangkah menuruni anak tangga satu-persatu. Pandangannya langsung mengedar ke seluruh sudut ruangan, seolah sedang mencari seseorang.
"Ke mana dia?" gumam Kirana. Ia pun melanjutkan langkahnya menuju dapur. Sesampainya di dapur, ia dapat melihat Nyonya Amira yang sedang memasak di sana.
"Ibu," panggil Kirana seraya melangkah mendekati Nyonya Amira. Nyonya Amira yang merasa dirinya dipanggil pun lantas segera menoleh.
"Sudah bangun, Sayang?" tanya Nyonya Amira basa-basi. Wanita paruh baya itu terlihat sibuk memotong sayuran yang ada di hadapannya saat ini.
Kirana pun menganggukan kepalanya untuk menanggapi pertanyaan Nyonya Amira itu. "Iya, Bu. Ngomong-ngomong, Candra ke mana, Bu? Apa dia sedang pergi bekerja lagi?" tanyanya.
"Tadi, pagi-pagi sekali Ibu melihat Candra pergi dari rumah. Ibu tidak tahu dia akan pergi ke mana karena Ibu tidak sempat bertanya padanya," jawab Nyonya Amira yang membuat Kirana seketika terdiam sejenak.
"Biasanya kalau pagi-pagi gini dia pergi mana, Bu?" tanya Kirana penasaran.
"Ibu kurang tahu. Candra kan seorang Kades, jadi pekerjaan beragam. Di desa ini Candra bisa melakukan apapun. Seperti membantu warga yang sedang kesusahan, atau ikut bertani bersama para warga lainnya. Pokoknya pekerjaan Candra itu beragam-ragam," jelas Nyonya Amira.
"Oh ... Gitu yah, Bu. Setiap hari Candra pasti sibuk banget yah, Bu."
"Ya begitu lah, Sayang."
____________________________________________
Malam hari.
Waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam. Akan tetapi Candra belum pulang sejak tadi pagi. Entah ke mana perginya pria itu. Orang di rumah tidak ada yang tahu dia pergi ke mana.
Hal itu pun membuat Kirana benar-benar khawatir dan takut. Ia sudah bertanya pada Nyonya Amira, mengapa Candra tak pulang-pulang karena ia takut terjadi sesuatu pada pria itu di luar sana. Nyonya Amira bilang, Candra sudah terbiasa pulang larut malam dan sebentar lagi pasti akan pulang.
Sebentar lagi? Kirana pun memutuskan untuk menunggu kepulangan Candra di ruang tamu. Perasaannya benar-benar kalang kabut karena sejak tadi pagi belum pernah melihat sosok Candra Danudara Maheswari itu.
Dua jam berlalu. Kini jam sudah menunjukkan pukul 1 dini hari. Akan tetapi Candra belum pulang juga. Perasaan Kirana pun semakin khawatir. Ia benar-benar takut jika sampai terjadi sesuatu pada Candra di luar sana.
"Ke mana sih dia?!" gerutu Kirana. "Udah malem banget tapi dia belum pulang-pulang juga! Nggak tau apa kalau sekarang aku ini sedang khawatir banget!"
"Hikss ... Hikss ... Candra kapan pulang! Aku khawatir!" Kirana mulai menangis saking khawatirnya memikirkan keadaan Candra.
"Gimana kalau di luar sana terjadi sesuatu sama dia? Hikss ... Hikss ... Nggak mau! Jangan sampai itu terjadi," isak Kirana.
"Positif thinking, Kirana! Mungkin Candra memang lagi sibuk makanya belum pulang! Iya, lagi sibuk! Pasti lagi sibuk!" Kirana berusaha berfikir positif. Ia berusaha berfikir bahwa Candra baik-baik saja di luar sana.
CEKLEK-!
Pintu utama terbuka. Kirana yang menyadari itu segera berdiri dari duduknya. Dan betapa bahagianya Kirana ketika melihat sesosok yang ia tunggu-tunggu sejak tadi sudah berdiri di depan pintu utama dengan gagahnya.
"Candra!" seru Kirana yang langsung berlari ke arah Candra.
Grep-!
Dengan perasaan yang bahagia, Kirana memeluk Candra dengan sangat erat. Hatinya terasa lega karena kini ia bisa melihat Candra dalam keadaan yang baik-baik saja, tanpa lecet sedikit pun.
"Kamu belum tidur?" tanya Candra tanpa membalas pelukan Kirana sama sekali.
Kirana membalas dengan menganggukan kepalanya dengan cepat. "Aku nungguin kamu! Kamu pulang lama banget membuatku benar-benar khawatir!" ucap Kirana yang semakin mempererat pelukannya pada pria itu.
"Pergi lah tidur!" titah Candra. Pria itu melepaskan kedua tangan Kirana yang sedang memeluknya yang membuat Kirana langsung terdiam.
"Aku lelah. Aku ingin ke kamarku," ucap Candra seraya melangkah meninggalkan Kirana yang masih terdiam di tempatnya. Pria itu melangkah menaiki atas tangga lalu masuk ke dalam kamarnya tanpa memperdulikan Kirana yang sejak tadi menunggunya sampai berjam-jam.
"Mengapa dia berubah?"
Bersambung.
Kok aneh menitipkan anak di rumah orang lain. Lebih wajar kalau ke rumah Kekek-neneknya atau paman-bibinya. Setidaknya ada hubungan kerabat.
Apalagi anak gadis.