Wang Lu adalah juara satu perekrutan Paviliun Longtian, mengalami kerusakan pondasi internal dan berakhir sebagai murid tak berguna.
Tak ada yang mau jadi gurunya kecuali… Wang Wu.
Cantik!
Tapi tak bisa diandalkan.
“Bagaimanapun muridku lumayan tampan, sungguh disayangkan kalau sampai jatuh ke tangan gadis lain!” ~𝙒𝙖𝙣𝙜 𝙒𝙪
“Pak Tua! Tolonglah! Aku tak mau jadi muridnya!” ~𝙒𝙖𝙣𝙜 𝙇𝙪
“Tak mau jadi muridnya, lalu siapa yang mau jadi gurumu?”~
Murid tak berguna, dan guru tak kompeten… mungkinkah hanya akan berakhir sebagai lelucon?
Ikuti kisahnya hanya di: 𝗡𝗼𝘃𝗲𝗹𝘁𝗼𝗼𝗻/𝗠𝗮𝗻𝗴𝗮𝘁𝗼𝗼𝗻
______________________________________________
CAUTION: KARYA INI MURNI HASIL PEMIKIRAN PRIBADI AUTHOR. BUKAN HASIL TERJEMAHAN, APALAGI HASIL PLAGIAT. HARAP BIJAK DALAM BERKOMENTAR!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jibril Ibrahim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
第12章
“Kau yang membunuh Serigala Raja?”
“Hmmm!”
Yu Fengmu menelan ludah. “Tapi…” Ia tergagap-gagap, bola matanya bergerak-gerak dengan gelisah, mulutnya bergerak-gerak menutup dan membuka tanpa suara, telunjuknya menunjuk mulut gua dan orangnya secara bergantian.
Ia tak tahu kapan tepatnya Wang Lu keluar dari gua, tapi melihat pedang di tangannya tertancap di leher monster itu, Yu Fengmu dapat memastikan bahwa Wang Lu baru saja membunuhnya.
Jadi bukan aku yang membuat kehebohan tadi? pikir Yu Fengmu.
Wang Lu mencabut pedangnya, kemudian berjalan ke arah Yu Fengmu.
Yu Fengmu masih membeku menatap Wang Lu dengan campuran ekspresi antara takjub dan ngeri.
Wang Lu membungkuk di depannya dan memungut sesuatu di dekat kaki Yu Fengmu.
Yu Fengmu tertunduk untuk melihat apa yang dipungutnya. Ternyata jimat penguat serangannya.
“Ini…” Yu Fengmu tergagap lagi. Ternyata benar, katanya dalam hati. Bukan aku yang menyebabkan ledakan tadi. Jangan-jangan…
Ledakan terobosan!
Yu Fengmu menatap Wang Lu dengan terkesiap. Sebenarnya dia tingkat berapa? Apakah dia juga elemen petir?
Wang Lu mengulurkan jimat itu pada Yu Fengmu sembari menyeringai. “Jimat kelas satu merupakan barang langka,” katanya. “Bukankah sangat disayangkan kalau digunakan sembarangan?!”
“Kau yang sembarangan!” sembur Yu Fengmu mulai pulih dari syoknya, dan mulai mengomel. “Sudah sekuat ini, masih pura-pura tak berguna! Kau bahkan menyembunyikannya dariku! Sungguh tidak setia kawan!”
“Aiya! Lǎobǎn… kau begitu sibuk. Setiap hari, kalau tidak berlatih, kau pasti turun gunung untuk menjalani misi. Mana ada waktu untuk menemuiku?” cerocos Wang Lu beralasan. “Lagi pula aku baru tingkat dua, tidak seperti seseorang yang sudah menerobos tingkat lima dalam setengah tahun!”
“Kau memanggilku apa?” geram Yu Fengmu sembari bersedekap juga.
Lǎobǎn artinya Bosku!
“Géxià!” kelakar Wang Lu sembari membungkuk pada Yu Fengmu dengan hormat kerajaan.
“Ni—” Yu Fengmu menggeram tertahan.
Géxià artinya Yang Mulia.
Yu Fengmu mendesah dan terdiam. Kemudian melirik pedang di tangan Wang Lu. “Senjata spiritual?” desisnya.
“Ah—haha!” Wang Lu tertawa kikuk sembari mengusap bagian belakang kepalanya dengan salah tingkah. “Ini…”
Sekarang Yu Fengmu terlihat benar-benar kesal. Merasa dipermainkan. Sudah menyembunyikan kemampuan, bahkan merahasiakannya dariku, sekarang dia juga masih menjebakku dengan pertanyaan konyol seputar pedang terbang! Benar-benar tak bisa dipercaya, gerutunya dalam hati.
Wang Lu mendesah dan tertunduk, akhirnya memasang wajah serius. “Beberapa hal terkadang sulit dijelaskan,” ungkapnya dengan pahit.
Yu Fengmu memelototinya, menghujamkan tatapan tajam.
Wang Lu balas menatapnya dengan raut wajah keruh. “Kalau kubilang… aku baru mendapatkan semuanya beberapa hari… apa kau akan percaya?” tanyanya terbata-bata.
Yu Fengmu mengetatkan rahangnya.
“Sudah kuduga kau takkan percaya!” tukas Wang Lu cepat-cepat. Kemudian memalingkan wajahnya ke sembarang arah. Ekspresinya terlihat muram. “Memangnya siapa yang akan percaya?” Ia menambahkan seraya tersenyum sinis. Kemudian berbalik dan bergegas menjauh.
Tiba-tiba, Yu Fengmu menghunus pedang dan mengayunkannya secepat kilat, melontarkan serangan tak terduga ke arah Wang Lu.
SLASH!
DUAAAAARRRR!
Energi yang dilontarkan Yu Fengmu berakhir menghantam dinding tebing.
Refleks Wang Lu yang sudah terlatih berkat tempaan Long Ziling, bereaksi lebih cepat daripada serangan.
Refleks, kecepatan… pikir Yu Fengmu. Aku tak percaya selama setengah tahun ini kau hanya berendam!
Aku ingin lihat, orang yang berlatih diam-diam dan menyembunyikan kekuatannya sudah di tahap apa?
“Yu Fengmu! Kau sebenarnya kenapa?” hardik Wang Lu tak sabar.
Sebagai jawaban, Yu Fengmu menerjang ke arahnya sembari mengayunkan pedangnya lagi.
WUSSSHHH!
SLASH!
Wang Lu melejit menghindarinya.
Qinggong tingkat enam, pikir Yu Fengmu sembari memantulkan dirinya menyusul Wang Lu dan menyerangnya lagi.
WUUUSSSSHHH!
SLASH!
Wang Lu menghindarinya lagi.
Yu Fengmu menyimpan kembali pedangnya, kemudian menerjang lagi dengan menghujamkan pukulan tinju.
BUG!
Wang Lu menangkisnya.
BUG BUG BUG BUG BUG!
Tempo pukulan meningkat, tapi semuanya berhasil ditangkis oleh Wang Lu.
Pertahanan, kekuatan, pikir Yu Fengmu sambil melesat dan menyapukan tendangan memutar.
Wang Lu membendungnya dengan teknik yang sama.
WUSSSHHH… BUG!
Keduanya sama-sama terpental. Kemudian bangkit lagi bersamaan.
Yu Fengmu mencoba dengan elemen.
SRRRRRSH…. DUAAAAARRRR!
Ledakan halilintar terlontar dari telapak tangan Yu Fengmu ke arah Wang Lu.
Wang Lu membendungnya dengan cahaya biru laut dan mengubah petir itu menjadi es.
Elemen es? pikir Yu Fengmu. Elemen es juga bisa membuat ledakan massal? Ia melompat, menerjang bongkahan es di depannya dan melontarkan serpihannya ke arah Wang Lu dengan tendangan miring.
WUSSSHHH!
Ledakan cahaya biru laut membersit dari tangan Wang Lu dan mengubah serpihan es menjadi percikan air.
Elemen ganda! pekik Yu Fengmu dalam hatinya. Apa lagi yang kau punya? Ia penasaran. Kemudian mencabut pedangnya lagi.
Sejurus kemudian…
BYAAAAARRRR!
Puluhan ilusi pedang melayang di sekeliling Yu Fengmu dengan ujung mata pedang mengarah ke depan.
Yu Fengmu mengayunkan pedangnya ke depan, dan seketika puluhan ilusi pedang di sekelilingnya melesat serentak ke arah Wang Lu.
Tubuh Wang Lu tiba-tiba berkeredap dan mengerjap-ngerjap seperti cahaya kilat, lalu berpindah-pindah tempat dalam sekejap.
Teleportasi! Tubuh cahaya! pikir Yu Fengmu semakin takjub. Ini sudah elemen ketiga, batinnya dengan ngeri.
“Yu Fengmu!” Wang Lu menginterupsi. “Gòule!” hardiknya dengan suara yang menggelegar. Suara yang teresonansi dari dasar perut yang menjadi pertanda bahwa seorang praktisi telah mencapai tingkat kebatinan.
Yu Fengmu akhirnya berhenti dan menyimpan lagi pedangnya. Tingkat dua! Ia menyimpulkan. “Luar biasa!” katanya sembari bertepuk tangan. “Kultivasi tingkat dua, kualifikasi tingkat langit!”
“Sebenarnya apa maksudmu?” sembur Wang Lu sambil menudingkan telunjuk pada Yu Fengmu.
Yu Fengmu mendesah dan bersedekap. “Aku hanya kesal,” katanya tanpa ekspresi. Masih berusaha berakting marah.
“Tak bisa dipercaya,” dengus Wang Lu acuh tak acuh.
Seulas senyuman miring tersungging samar di sudut bibir Yu Fengmu. “Bukankah sudah sepakat untuk pergi bersama?” kilahnya beralasan. “Kenapa kau ingin pergi sendiri?!”
“Cih!” Wang Lu mendengus sekali lagi, kali ini disertai senyuman tersembunyi. “Kekanak-kanakan,” gerutunya dengan ekspresi geli.
Senyuman penuh pemahaman keduanya melebar di sudut bibir mereka masing-masing.
Tak lama kemudian, mereka sudah melesat dengan pedang masing-masing, saling menyalip dan menikung, kadang saling mendorong sembari tertawa-tawa.
Hari sudah hampir gelap ketika mereka melintas di atas air terjun lebih dari seratus meter.
Semburat jingga membias di kaki langit, dan kabut merah melayang naik ke cakrawala, membuat langit menggantungkan lapisan warna seperti mutiara darah.
Alunan ganjil seruling mistis di kejauhan menambah suram suasana mencekam di antara desir angin, menenggelamkan seluruh hutan ke dalam keheningan gaib, menjadikan semuanya terasa seperti bukan dalam kenyataan.
Wang Lu dan Yu Fengmu memperlambat laju terbang mereka dan memasang telinga.
Ada sesuatu dari alunan seruling itu yang terasa familier bagi Wang Lu. “Shifu!” desisnya. “Itu guruku!” katanya pada Yu Fengmu.
Lalu keduanya melesat ke sumber suara itu.
Saat mereka hampir menjangkaunya, sejumlah besar anak panah memberondong mereka dari sudut-sudut hutan.
SLASH!
SLASH!
“Gawat! Ini jebakan!”
ketukan Duanmu Jin...!!!
Cuma tidak bisa tidur, gara2 ulah Wang Lu...
👍👍👍
kata si Mulan Jameela
Dia waras....
Atau Sableng...???
2. Penjara Dewa
3. Jurus-jurus rahasia Wang Wu, dll
Apakah Wang Wu, Dewi pendisiplinan ?
😜😜😜