Ciara Tamara, hanya memiliki sahabat yang dirinya punya. bukan tanpa alasan ia berpikir seperti itu Cia cukup berhutang budi terhadap orang tua sahabat nya Daliya Karimatun Nisa.
apapun akan Ciara lakukan demi kebahagiaan sahabatnya sekali pun ia harus berpindah agama, menaruh dirinya sebagai istri kedua untuk sahabat Suaminya Keenan Algazi Ustman.
Demi permintaan Daliya yang mengalami sakit kanker otak selama bertahun-tahun Cia harus rela mengorbankan kebahagiaan untuk diberikan kepada Gus Azi yang terpaksa menikahinya demi permintaan terakhir Daliya sebelum wanita itu pergi untuk selamanya.
Daliya ingin memberikan keluarga yang utuh untuk suaminya, cuman Ciara saja lah yang bisa memenuhi keinginannya walaupun dirinya terkesan egois Cia rela melakukan nya dengan ikhlas.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon adelita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
AMS-11
" Mama sama Papa mau pamitan pulang. " ucap Gus Azi.
" Kami pulang dulu ya Daliya dan Ciara. " ucap Mama Arinda memeluk kedua menantunya.
" Iya Ma, hati-hati djjalan ya. " ucap Daliya melepaskan pelukan nya.
" Maaf ya, Mama sama papa gak bisa temani mu disini, kita harus balik Turki ke soalnya nenek Azi masih dirumah sakit. " ucap Mama Arinda.
" Gak masalah Ma, ada Mas Azi dan Cia disini. " jawab Daliya.
" Kami pergi dulu ya. " ucap Papa Adam.
" Mas, temani Mama dan papa. " bisik Daliya.
Gus Azi mengantar kedua orang tuanya menuju parkiran tinggallah Daliya dan Ciara saja disana.
" Cia. " panggil Daliya.
" Daliya. " panggil mereka bersamaan.
" Kenapa kau meminta ku menikah dengan Gus Azi? kau pasti punya alasan kan? selama ini kau tidak pernah memberitahu ku alasan dibalik kau menyuruhku menikahi suamimu. " tanya Ciara.
" Aku ingin Mas Azi mendapat keluarga yang utuh. " ucap Daliya.
" Utuh? seperti apa? bukannya dia sudah memilikimu. " ucap Ciara.
" Kau tidak akan mengerti Cia, kau tidak lihat rumah tangga ku tidak lengkap bersama Gus Azi. " ucap Daliya.
" Maksudmu, seorang anak? " tanya Ciara.
" Ya, itu maksudku. " jawab Daliya.
" Secara tidak langsung kau menjadikan aku, seorang ibu pengganti untuk melahirkan anak dari Gus Azi? " tanya Cia sarkas.
" Aku tidak mengatakan seperti itu Cia. " ucap Daliya menyangkal.
" Lalu apa? buat apa kau menyuruh Gus Azi menikahi ku? kalau bukan seperti itu? " tanya Ciara.
" Ak-aku minta maaf, aku tidak bermaksud menjadikan mu seorang ibu pengganti kau tahu kan? aku tidak bisa memberikan seorang anak untuk Gus Azi. " jawab Daliya.
" Cukup Daliya, aku mengerti. tapi aku tidak menyangka pemikiran mu akan sesempit itu. menjadikan ku kambing hitam dalam rumah tanggamu. " ucap Ciara sarkas.
Hati Cia seperti tercabik-cabik, kebaikannya di anggap sepele oleh Daliya. ia tidak menyesal menolong sahabatnya Cia haya kecewa kenapa sahabatnya begitu tega seperti ini.
Cia menhembuskan nafas lelah, bertepatan dengan pintu terbuka menampilkan Gus Azi yang baru saja masuk. Cia duduk di sofa sambil memaikan ponselnya menghalau rasa sesak didadanya.
" Ada apa dengan kalian? " tanya Gus Azi melihat perubahan raut wajah Daliya yang tampak muram dan raut wajah Cia yang kecewa.
" Tidak ada, Mas ada yang ingin ku katakan. " ucap Daliya.
" Katakan saja. " jawab Gus Azi.
" Aku mau Cia tinggal bersama kita. " ucap Daliya.
" Tap-" ucap Gus Azi terpotong.
" Tidak usah! aku bisa tinggal sendiri. " jawab Cia cepat.
" Kamu sekarang istrinya Mas Azi! kamu akan tinggal bersama kami, iya kan Mas. " ucap Daliya.
" Terserah, jika Cia mau tidak masalah. " jawab Gus Azi.
" Gus Azi saja tidak masalah Aya! aku menikahi suami mu atas permintaan mu Gus Azi pasti lebih sering menghabiskan waktu disini, buat apa aku tinggal dirumah kalian? sama saja aku sendirian lebih baik aku tinggal dirumah ku sendiri. " jawab Cia.
" Kalian sudah menikah! tidak baik pasangan suami istri tinggal terpisah. Mas katakan sesuatu kenapa kau hanya diam saja!!! " kesal Daliya.
" Kenapa? dia suami mu, kau lebih berhak dari aku. aku tidak masalah. toh ini cuman pernikahan untuk menghasilkan anak saja. " jawab Cia sarkas.
DEG...
Hati Gus Azi rasanya tersentil mendengar penuturan Cia, tapi ini memang kenyataan nya.
" Ucapan Daliya benar, terlepas dari apapun kita tetap suami istri tidak baik jika harus pisah ranjang. tinggal dirumah beberapa hari cobalah beradaptasi jika tidak nyaman saya yang akan tinggal dirumah kamu. " jawab Gus Azi.
" Terserah kalian. " dengus Cia.
" Pulanglah kalian, kalian pasti lelah. " ucap Daliya.
" Tidak sayang, aku akan tetap disini menjagamu. Jika kau lelah, pulanglah Cia. " ucap Gus Azi tanpa memandang Cia.
" Baiklah, aku akan pulang. sampai ketemu besok. " ucap Cia beranjak dari duduknya.
Dirinya terlalu malas berdebat dengan suami istri yang keras kepala.
" Mas! kau juga pulanglah. " Usir Daliya.
" Kenapa? Mas tidak masalah. " jawab Gus Azi.
" Mas, kau sudah menikah. antar lah Cia pulang, ada suster yang akan menjaga ku. " ucap Daliya.
" Tap- "
" Mas! aku mohon turuti ucapan ku. " ucap Daliya memelas.
" Baiklah, Mas pulang jaga kesehatan mu kalau ada apa-apa segera hubungi Mas. " ucap Gus Azi mengalah.
Lelaki itu menyusul Cia diraih nya tangan wanita itu membuat Cia terhenyak sesaat.
" Ada apa? kenapa kau disini? aturan nya kau jaga Daliya. " ucap Cia seperti tidak senang.
" Saya ikut kamu pulang. " ucap Gus Azi melepaskan pegangan nya.
Sesampainya dihalaman parkiran rumah sakit, tampak Gus Azi memasuki mobilnya. Cia yang melihat hal itu kembali melangkah lurus melewati mobil Gus Azi yang sudah menyala.
Gus Azi melihat Cia melewati mobilnya memberi tatapan tajam dari dalam.
" Sial! seharusnya, ku bawa saja mobil ku kesini. " umpat Cia dalam hatinya sembari memesan Go-jek terdekat.
Gus Azi menghampiri istri kecilnya itu yang masih melangkah menjauh memandangi ponselnya.
GREP...
" Mau kemana? " tanya Gus Azi berhasil memegang tangan Cia.
" Mau pulang lah! gak liat lagi tungguin Go-Jek. " ucap Cia sewot.
" Pulang sama saya. " Jawab Gus Azi.
" Gak perlu, aku bisa pulang sendiri kerumah makasih tawaran nya. " jawab Cia tidak perduli.
" Kamu sekarang istri saya, jangan membantah ucapan suami. " ucap Gus Azi melirik tajam.
" Gak ada yang buat situ marah kok. " ucap Cia semakin sewot.
Tanpa perasaan Gus Azi membopong tubuh Cia yang kecil bak karung beras, Cia yang tidak siap spontan memaki lelaki itu dan memukuli punggung belakangnya.
Persetan ustad, gus atau apalah itu! aku tidak perduli gelarnya sama-sama makan nasi saja tidak masalah!!!!
BRAK...
Pintu ditutup dengan kencang, membuat Ciara terdiam sesaat. apa mungkin lelaki itu marah karena ucapan makian nya? tidak perduli!! Cia tidak perduli!!!!
Hening menyelimuti keduanya sepanjang jalan tidak ada yang saling mengatakan apapun, mungin lelaki itu memang marah tapi Gus Azi lebih memilih diam meredam amarahnya.
" Oh ya, ada yang ingin ku katakan masalah pernikahan ini. " ucap Cia membuka suara.
Gus Azi tidak menjawab lelaki itu hanya memandang Cia sesaat seolah menyuruhnya mengatakan.
" Aku hanya menganggap pernikahan ini sebatas sementara saja. jadi jika kau ingin menceraikan ku saat Aya sudah sembuh aku tidak masalah. aku cukup memberikan anak saja kan pada kalian. " ucap Cia sarkas.
" Apa Daliya sudah mengatakan nya. " batin Gus Azi.
" Itu benarkan? aku tidak menyangka seorang agamis seperti kalian pemikiran nya sangat licik dan picik. " ucap Cia memandang sinis.
" Cukup Cia! kamu tidak tahu apa-apa masalah ini. " ucap Gus Azi menahan amarahnya.
" Satu hal lagi, aku tidak akan menceraikan mu begitu saja setelah semua ini. " sambung Gus Azi.
" Tapi itu memang kenyataan nya kan? kita juga tidak saling mencintai. kita menikah atas permintaan Daiya saja. cukup memberikan penerus saja tidak masalah kan? " ucap Cia.
" Sampai kapan pun saya akan tetap mempertahankan pernikahan ini bagaimana pun caranya, setuju atau tidak nya kamu itu tidak penting. " ucap Gus Azi.
bahagia selalu buat gua Azi, mba CIA dan keluarga 🤲🤲🤲🥰
udh qu kasih kopi nih,,,/Rose/
makin penasaran kan aku sama ceritanya,,,