Mengisahkan tentang seorang wanita bernama Arlinda yang tanpa dia sadari sudah masuk ke dunia lain, yang Dimana Arlinda sendiri harus menjalankan bermacam tugas yang diberikan oleh seorang nenek. yang sudah berumur ratusan tahun. namun nenek tersebut tetaplah memiliki wajah yang begitu cantik. maka dari itu untuk bisa pergi ke dunia asalnya, Arlinda akan mengikuti arahan dari nenek tersebut. namun hal yang terjadi, didunia tersebut yang membuat. Arlinda terus saja menunda tugasnya itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon iroiron, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
chapter 12
"maaf, pangeran Rexsy. Sebelumnya apakah pangeran Rexsy pernah menemukan sebuah tongkat kecil yang terjatuh diistana ini" ucap Arlin pelan.
"aa... tongkat kecil.. Seperti ini bukan?" tanya pangeran Rexsy.
"Yaa..itu dia " jawab Arlin dengan wajah yang begitu senang.
"ini ambilah, seperti yang kau kah wanita yang menabrak ku di istana ini, dan tidak sengaja kau menjatuhkan benda tersebut" ucap Rex.
"Yaa... Terimakasih banyak, Karena pangeran Rexsy. Menyimpan nya" kata Arlin yang telah mendapatkan kembali, tongkat kecil pemberian Erina. Kedua nya tampak sedikit lebih akrab, hal itu membuat Eric yang berada di depan pintu bertanya-tanya, apa yang sedang mereka bicarakan sehingga, ada tawa diantara mereka. Dengan gelagat aneh nya Eric, membuat Briel menghampiri nya.
"pangeran Eric, apa yang sedang anda lakukan"? Tanya Briel yang telah mendekat ke arah Eric. Dengan sedikit terkejut Eric pun, mencoba mencari sesuatu.
"tidak, hanya saja aku sedang mencari barang tu yang terjatuh disekitar sini" jelas Eric.
"barang, seperti apa bentuk nya"? Tanya Briel yang sedikit penasaran.
"aaa... Seperti nya aku lupa meletakkan nya, maaf, permisi " ucap Eric yang segera meninggalkan Briel sendirian.
"apa yang terjadi kenapa, pangeran Eric tampak bertingkah sedikit aneh"? Pertanyaan itu terlintas di benak Briel.
"huh.. sudahlah aku akan pergi ke kamar" gumam Briel. Ketika hendak meninggalkan tempat tersebut, pintu kamar pangeran Rexsy terbuka. Dan disana tampak terlihat Arlin. yang tengah tertawa bersama Rexsy. Briel yang melihat kearah mereka pun, tampak sedikit terkejut, dan membulat kan kedua mata nya, yang ditemani oleh mulut berbentuk huruf "O".
"apa ini, kenapa kalian begitu akrab" ucap Briel yang tidak percaya, akan apa yang dilihat nya.
"aa..maaf putri Briel, aku sedang mengambil barang milik ku, yang berada di tangan Pangeran Rexsy" ucap Arlin, ketika mendengar, saat putri Briel mengatakan, hal yang tidak masuk akal. dan melihat kearah Briel, dengan tatapan yang sedikit terkejut.
"aaa...baiklah, tapi apa kalian melihat barang yang, hilang milik pangeran Eric"? Tanya Briel.
"barang.., hilang" ucap pangeran Rexsy.
sambil menatap kearah Arlin. Begitu juga Arlin yang menatap kearah pangeran Rexsy.
lalu kedua nya, melihat kearah putri Briel dan mengatakan. "tidak" sambil menggeleng kan kepala. Putri Briel tampak, sedikit bingung.
"aaa... sudahlah kalau begitu, aku ingin segera beristirahat" ucap Putri Briel, lalu segera meninggalkan mereka. Dilain sisi, Eric yang belum, kembali pun tampak menguping percakapan mereka bertiga."huhhh" Lalu menghelai nafas kasar nya.
"apa yang sedang mereka bicarakan"? Pikir Eric yang ,segera pergi ke kamar nya. Kemudian Arlin pun berpamitan kepada Rex, lalu segera berjalan menuju kemar nya. Sesampai nya dikamar Arlin segera, membaringkan tubuhnya diatas kasur. Lalu memandang tongkat kecil itu
."untung saja, aku bisa mendapatkan nya kembali" gumam Arlin.
"haaa..sudahlah aku akan segera tidur" ucap Arlin, yang segera menutup jendela kamar nya, Lalu mematikan lampu lentera di samping kasur nya. Dan segera kembali menjatuhkan tubuh, diatas kasur. Sementara itu Eric yang, berada dikamar nya tampak sedikit gelisah.
"apa yang terjadi, kenapa aku tidak bisa tidur dan sedikit tenang" ucap Eric.
"baiklah, jika begitu aku akan pergi ke taman untuk, mencari udara segar" lanjut Eric yang membuka jendela kamar nya, dan melompat kearah luar. Dengan menggunakan sihir nya, Eric dapat mendarat dengan sempurna. Kemudian Eric duduk di kursi, yang ada ditengah taman, disana Eric melihat kolam ikan, yang disinari oleh cahaya rembulan malam. Dan angin yang tidak begitu kencang. Dengan suasana yang begitu sejuk, Eric membaringkan tubuhnya diatas kursi. Lalu menutup kedua mata nya. Akan tetapi pikiran yang, awal nya tenang kembali menjadi kacau, setelah sosok Arlin muncul, didalam pikiran nya.
"ARGAHHH....KENAPA DIA ADA DI DALAM PIKIRAN KU" ucap Eric yang sedikit teriak. Dan mengeluarkan sihir nya, hingga membuat bunga di taman tersebut, Sedikit gosong. Sementara Arlin yang berada dikamar nya, seketika terbangun. Setelah mendengar teriakkan tersebut. Hal itu terjadi dikarenakan, kamar Arlin begitu dekat dengan taman. Dengan wajah yang masih sedikit mengantuk. Arlin pun siap siaga, bahkan dia seperti akan siap menyerang.
"siapa itu, akan aku sihir" ucap Arlin yang masih dalam mengantuk. Dan berusaha untuk menyadarkan diri nya. Akan tetapi rasa kantuk yang begitu kuat membuat, Arlin terjatuh "bruk" dilantai dan tertidur pulas. "fiiuhhhhhaaa" suara dengkuran halus milik Arlin. Sedangkan Eric yang masih berada di taman, pun akhirnya memutuskan untuk pergi ke kamar Arlin.
"baiklah, jika ini benar menganggu ku, akan ku datangi diri nya" ucap Eric yang kemudian terbang kearah jendela kamar Arlin. Kemudian mengetuk jendela kamar Arlin. "tok..tok..tok". Akan tetapi tidak ada jawaban dari Arlin. Hal itu membuat Eric menjadi sangat ingin, membuka jendela tersebut.
"apakah, dia belum kembali dari kamar Rex", tidak bukan nya dia sudah kembali" gumam Eric.
"krek,krek,krek". Eric mencoba membuka paksa, jendela kamar Arlin. Dan tak lama kemudian jendela tersebut terbuka. ""kreeeeek"akhirnya jendela kamar Arlin, dapat dibuka. Disana Eric segera masuk. Suasan dikamar arlin, tampan begitu gelap. Dan hanya sinar bulan dari arah jendela, kemudian Eric berjalan perlahan untuk, menuju kasur Arlin. Namun tanpa disadari Eric tidak, sengaja menginjak tangan Arlin sedikit kuat sehingga.
"ARGAHHH....... SAKIT" suara Arlin yang begitu kencang, dan terbangun dari tidur nya. Eric yang mendengar teriakkan Arlin pun, tampak sangat terkejut, Lalu terjatuh dilantai. Akibat tidak seimbang ketika menginjak tangan Arlin.
"fyuhhhhh" Arlin mencoba meniup tangan nya yang masih kesakitan. Hal itu membuat Eric terdiam sejenak, lalu memandang heran kepada Arlin, "apa yang sedang dilakukan oleh nya, bukan kah seharusnya dia mengelus tangan, bukan meniup nya" pikir Eric yang tersenyum kearah Arlin. Sementara itu Arlin, terus saja meniup tangan nya, hingga membuat Arlin tertidur lagi, akibat terlalu mengantuk. "brak" Arlin kembali tersungkur. lalu tertidur pulas. Hal itu membuat Eric, tertawa kecil.
"apa yang dilakukan oleh nya, apakah dia sangat mengantuk"?baiklah kalau begitu" ucap Eric yang bangkit berdiri, lalu berjalan menuju tempat Arlin, tertidur. Disana Eric menatap wajah Arlin yang, terkena sedikit sinar bulan. Eric tersenyum kearah Arlin, lalu memegang wajah Arlin. "hemmm" suara Arlin yang tampak, merasa nyaman. Hal itu membuat Eric segera menarik tangan nya kembali, lalu wajah yang yang tampak menjadi sedikit memerah.
"ada apa dengan nya, membuat ku terkejut saja" ucap Eric. Yang tersenyum. Kemudian Eric memindahkan tubuh Arlin diatas kasur. lalu menyelimuti tubuh Arlin. Eric yang melihat Arlin, tampak begitu nyaman. Kemudian Eric yang merasa sedikit tenang, memutuskan untuk segera keluar dari kamar Arlin melewati jendela. Akan tetapi ketika Eric hendak terjun ke luar. tiba-tiba terdengar suara Arlin.
"TUNGGU,,, Ehh apa yang kau lakukan disitu" ucap Arlin. Yang membuat wajah Eric menjadi pucat dan, terdiam sejenak. Dengan sedikit panik Eric, memejamkan kedua mata nya lalu berputar arah. Untuk melihat Arlin.
"aaaa....maaf aku sebenarnya tidak, ingin masuk ke kamar mu" ucap Eric. Namun selang beberapa menit Eric, yang merasa Arlin tidak menjawab pun, segera membuka kedua mata nya lalu melihat kearah Arlin. Dan benar saja, Arlin bersuara hanya lah sedikit mengigau.
"apa..aku Bahakan berpikir bahwa dia akan menangkap ku," ucap Eric yang merasa lega. kemudian Eric pun, memutuskan untuk menutu, kembali jendela kamar Arlin, lalu pergi ke arah kamar nya, untuk segar tidur.