NovelToon NovelToon
Prajurit Perang Di Dunia Sihir

Prajurit Perang Di Dunia Sihir

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Anak Genius / Perperangan / Penyeberangan Dunia Lain
Popularitas:506
Nilai: 5
Nama Author: Sapoi arts

Letnan Hiroshi Takeda, seorang prajurit terampil dari Kekaisaran Jepang selama Perang Dunia II, tewas dalam sebuah pertempuran sengit. Dalam kegelapan yang mendalam, dia merasakan akhir dari semua perjuangannya. Namun, ketika dia membuka matanya, Hiroshi tidak lagi berada di medan perang yang penuh darah. Dia terbangun di dalam sebuah gua yang megah di dunia baru yang penuh dengan keajaiban.

Gua tersebut adalah pintu masuk menuju Arcanis, sebuah dunia fantasi yang dipenuhi dengan sihir, makhluk fantastis, dan kerajaan yang bersaing. Hiroshi segera menyadari bahwa keterampilan tempur dan kepemimpinannya masih sangat dibutuhkan di dunia ini. Namun, dia harus berhadapan dengan tantangan yang belum pernah dia alami sebelumnya: sihir yang misterius dan makhluk-makhluk legendaris yang mengisi dunia Arcanis.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sapoi arts, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Penyergapan d malam hari

Keheningan malam yang damai pecah saat empat manusia serigala melompat keluar dari bayang-bayang pepohonan. Mata mereka berkilauan liar, dan geraman rendah menggema di udara.

Wanita penyihir berdiri tegak di depan gerobak, wajahnya menunjukkan ketegasan dan kebijaksanaan.

Mantel panjangnya bergetar lembut dalam angin malam, dan tongkat sihirnya berkilau di bawah cahaya bulan, siap menghadapi ancaman yang mendekat.

“Ke mana kalian mau pergi?” suaranya tenang dan penuh otoritas. “Jangan pikir kalian bisa melawan kami tanpa konsekuensi.”

Salah satu serigala melangkah maju, matanya tajam menatap wanita itu.

“Apa yang bisa kau lakukan, manusia? Kau sendirian di sini.”

“Sendirian? Hanya karena kau tidak melihatnya, bukan berarti aku tidak memiliki kekuatan,” balasnya, suara dalam dan rendah, namun penuh percaya diri. “Biarkan aku tunjukkan!”

Dengan ketenangan yang luar biasa, dia melafalkan mantra kuno,

“Glîr a naur! Wythron naur!”

Sebuah bola api meluncur dari ujung tongkatnya, meluncur ke arah serigala terdekat. Ledakan terang membakar malam saat bola itu menghantam serigala, membuatnya terjerembab ke tanah dengan jeritan nyaring.

“Gila, itu benar-benar luar biasa!” seru salah satu penumpang gerobak, matanya melebar melihat aksi wanita itu.

Namun, dua serigala lainnya tidak gentar. Mereka menyerang dengan cepat, melompati kegelapan dan mengepung wanita penyihir.

“Kau akan membayar untuk tindakanmu!” salah satu dari mereka berteriak, mengayunkan cakarnya.

Wanita itu tidak menunjukkan rasa takut. “Bayar? Kau tidak tahu apa yang kau hadapi,” dia balas, menggerakkan tongkatnya. “Fëar’na! Lindalë!” Dia menciptakan penghalang angin yang kuat, menahan serangan dua serigala. Angin berputar dan menghantam mereka, mendorong mereka kembali.

“Tapi itu tidak akan cukup untuk menghentikanku!” teriak serigala ketiga yang melompat dari sisi. Wanita itu tidak punya waktu untuk bernafas; dia merasakan bahaya mengancam.

Dengan gerakan tenang dan terampil, dia melafalkan mantra lagi,

“Duh, aku tidak punya waktu untuk main-main!” Dia menciptakan penghalang sihir, memblokir serangan dari serigala tersebut.

“Gondel naur!”

Nyala api berkobar, membakar serigala yang mendekat dan mengusirnya jauh ke dalam kegelapan.

“Menghadapi musuh yang tidak tahu batasan, sangat disayangkan,” dia berkata, menatap tajam ke arah serigala terakhir yang tersisa. Serigala itu terlihat lebih besar dan lebih garang daripada yang lain.

“Menyerah, penyihir! Kau akan kalah!” teriak serigala itu.

Wanita itu menatap dengan penuh keyakinan. “Kau seharusnya tidak meremehkan musuhmu,” dia berbisik, mengangkat tongkatnya dengan angkuh. “Miriel!”

Kilatan cahaya menyala, membentuk dinding pelindung di sekelilingnya. Serigala itu melompat, tetapi terlambat untuk menghentikan serangan.

Ledakan cahaya menerangi malam saat serigala menghantam dinding sihir, terlempar jauh.

Dia berdiri tegak, wajahnya tenang, seolah-olah semua ini hanyalah latihan.

“Kau tidak mengerti, bukan? Aku bukan hanya seorang penyihir. Aku adalah penjaga kegelapan ini,” ujarnya, matanya menatap ke arah hutan.

Dengan satu serangan terakhir, serigala itu hancur dan menghilang ke dalam kegelapan, meninggalkan hanya keheningan di malam yang pekat.

Wanita penyihir berdiri tegak, napasnya stabil, tetapi keberanian dan kekuatan terpancar di wajahnya.

“Sekarang kita aman, setidaknya untuk sementara,”

dia berkata, menatap ke arah gerobak, tempat para penumpang menonton dengan takjub. “Tetapi ingat, kegelapan selalu memiliki cara untuk kembali. Kita harus tetap waspada.”

Dengan percaya diri, dia mengayunkan tongkatnya, mengumpulkan kembali sihirnya, dan menyiapkan diri untuk perjalanan berikutnya.

____

Sudah tiga jam berlalu sejak pertempuran melawan manusia serigala, dan perjalanan gerobak itu terasa panjang dan melelahkan. Tengah malam sudah tiba, dan semuanya di dalam gerobak tertidur lelap, kecuali supir dan penyihir yang tetap waspada. Hiroshi, yang duduk di sudut, tampak gelisah, matanya terpejam namun pikirannya terbang jauh, kembali ke kenangan kelam di medan perang.

Dalam mimpinya, suara artileri dan ledakan bom menggema. Dia teringat akan suara tembakan yang mengerikan, teriakan para prajurit, dan bau asap mesiu yang menyengat. Apakah ini yang disebut dengan perang? pikirnya, meskipun di dalam hatinya, dia tahu jawaban yang sebenarnya. Dia menggeleng, berusaha mengusir bayang-bayang yang menghantuinya.

Namun, ketenangan malam itu tiba-tiba pecah. Gerobak berhenti dengan tiba-tiba, membuat Hiroshi terbangun dengan kaget. Dia melirik ke luar, melihat kegelapan pegunungan yang mengelilingi mereka. Jalan setapak di bawah cahaya bulan terlihat sempit, hanya cukup untuk satu gerobak kuda. Di bawah, jurang dalam menjulang, dikelilingi oleh bebatuan tajam yang menakutkan.

Hiroshi mengerutkan kening, merasakan ketegangan di udara. Di balik bebatuan yang banyak, sosok-sosok bayangan tampak bergerak cepat. Penuh rasa curiga, dia memperhatikan lebih dekat. Orang-orang dengan penutup mulut dan busur di punggung mereka mulai muncul dari tempat persembunyian, seolah-olah siap menyerang.

“Bandit!” teriak salah satu penumpang, membuat suasana di dalam gerobak menjadi panik.

Penyihir itu segera beralih, memegang tongkatnya dengan erat, wajahnya tampak serius. “Siap-siap, mereka tidak akan ragu untuk menyerang!” ujarnya, suaranya mantap dan penuh keberanian.

Hiroshi menatap luar, hatinya tenang. Ini hanya masalah waktu, pikirnya. Pengalamannya di medan perang membuatnya sadar bahwa panik tidak ada gunanya. Dia mengamati gerak-gerik bandit dengan seksama, merasakan ancaman yang akan datang.

___

Salah satu bandit melangkah maju, mengacungkan pedang dan berteriak.

"Keluarkan semua harta kalian! Kami tidak akan segan-segan menggunakan kekuatan!" Suaranya menggema di malam yang sunyi.

Hiroshi memperhatikan wanita penyihir itu, yang kini bersiap menghadapi ancaman.

Dia mengangkat tongkatnya, wajahnya terlihat tenang meskipun ketegangan di sekeliling semakin meningkat.

"Perisai pelindung, tampilkan dirimu! Aenigmae Aegis!"

mantranya keluar tegas, dan seketika aura bercahaya melindungi mereka dari serangan yang akan datang.

Bandit tidak mundur. Dengan cepat, mereka meluncurkan serangan. Panah terbang melesat, mengarah ke gerobak, tetapi perisai dari sihir wanita itu menahan semua serangan.

Hiroshi tetap tenang, memperhatikan bagaimana wanita itu menggunakan sihir dan strategi bertempur.

Setiap gerakan dia lakukan penuh ketepatan. "Menarik," pikirnya, menyaksikan pertarungan yang sedang berlangsung.

Satu bandit berusaha mendekat, tetapi wanita itu berbalik dan menyerang.

"Api Ilusi, bakar musuh-musuhku! Ignis Fatuus, exuro inimicos!" Dia meluncurkan bola api yang menyala, membakar salah satu bandit yang berani maju.

Bandit-bandit lainnya, kini kewalahan, mulai mundur. Mereka tidak mengira bahwa lawan mereka akan menggunakan kekuatan sihir yang begitu kuat. Wanita itu terus meluncurkan mantra-mana yang mengesankan, menghancurkan musuh-musuhnya dengan keanggunan dan keberanian.

Hiroshi tetap berada di sudut, menyaksikan pertempuran dengan rasa hormat dan kekaguman.

Dalam benaknya, dia teringat pada setiap pertempuran yang telah dia hadapi, merenungkan pertempuran ini yang tampak lebih berwarna dengan sihir dan kekuatan luar biasa.

Ketika pertarungan semakin memanas, wanita itu berseru,

"Bersiaplah, ini belum selesai! Ventus Caelum, tuus sanguis!"

Angin berputar di sekelilingnya, memberikan dorongan kekuatan saat dia menghadapi sisa bandit yang tersisa.

Hiroshi merasakan ketegangan meningkat, tetapi dia tetap tenang dan siap. Dia tahu bahwa jika situasi memburuk, dia harus bertindak. Meski tidak tahu bahasa dunia ini, dia merasakan ketegangan dan keperluan untuk bertindak.

Dalam momen ini, antara sihir dan kekuatan fisik, dia melihat pertempuran yang tidak hanya melibatkan kekuatan, tetapi juga kecerdasan dan keberanian. Keberanian wanita itu menginspirasi, dan dia bertekad untuk tetap bersiap jika sewaktu-waktu diperlukan.!

1
Yurika23
mampir ya thor
Yurika23: siap kak
Sapoi arts: Tentu @Yurika23 , terima kasih atas support-nya! Akan mampir juga 😊
total 2 replies
si Rajin
keren, penulisannya juga rapih
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!