NovelToon NovelToon
Heart Choice

Heart Choice

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: Kyushine / Widi Az Zahra

"... bukankah cinta itu tidak harus bersama? Jika dia lebih bahagia bersama dengannya, maka aku akan ikhlas."

Ketika cinta pergi, akan ada kemungkinan cinta yang baru akan datang, namun semua itu kembali lagi pada sang pemilik hati, apakah kamu mau menerimanya atau justru mengabaikannya. Itulah yang tengah dirasakan oleh Rafael Wilbur.
Adeline datang membawa cinta yang begitu besar untuk Rafael dan keegoisannya membawa dirinya untuk menerobos masuk serta menyingkirkan nama gadis yang berada di hati Rafael.
Lalu, apakah Rafael mampu menerima keberadaan Adeline yang notabenenya sudah ia kenal sejak lama? Dan mampukah Adeline menggantikan posisi gadis yang berada dihati Rafael? Pilihan apa yang akan dibuat Rafael dan Adeline kedepannya?

Disclaimer: Novel ini pernah di upload pada platform sebelah, namun saya memutuskan untuk upload disini..

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kyushine / Widi Az Zahra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

HC 12

Rafael yang baru saja tiba dikantor sudah disambut oleh Daren dan juga beberapa dokumen yang menumpuk di atas mejanya. Banyak waktu pekerjaan yang dihabiskan diluar membuat Rafael kesulitan untuk menghandle pekerjaannya yang berada didalam kantor.

"Bekal makan siang lagi?" Tutur Daren saat melihat kotak makan susun warna biru yang baru saja disimpan oleh bosnya itu.

"Ternyata memiliki istri itu menyenangkan ya. Kita tidak perlu pusing mau makan siang apa, karena sudah ada yang menyiapkan," Alvaro tampak iri melihat bosnya selalu membawa bekal yang terlihat menggiurkan ketika dirinya melihat menu didalamnya.

"Jika begitu cari istri, jangan hanya bisa mengkhayal saja." Cibir Daren yang kemudian disambut tawa oleh Rafael.

"Jika wanitanya seperti Adel, aku tidak akan pikir panjang lagi, saat itu juga aku akan langsung menikahinya dan memberikan seluruh bahagia yang ku punya untuk dirinya.”

“Pertanyaannya emang masih ada wanita seperti Adel diluar sana? Atau kau mau merebut Adel dari Rafa? Tapi apa Rafa akan mengizinkannya?” Daren menatap Rafael, dia ingin tau respon dari sahabatnya itu.

Meski tidak ada jawaban dari bibir Rafael, Rafael menjawabnya melalui tindakan. Dia menggebrak meja miliknya menggunakan dokumen yang baru saja ia tanda tangani yang kemudian keduanya bergegas meninggalkan ruang

bosnya.

Sedang ditempat lain, Adeline sedang mengontrol kondisi beberapa pasien dibangsal lima. Melewati lorong bangsal dua, ia melihat ruangan kosong yang dulu sempat ia sering kunjungi setiap kali ia baru datang.

"Sepertinya melamun sudah menjadi hobi barumu ya?" Celetuk Efran yang entah sejak kapan sudah berdiri disisi Adeline seraya memegang cup kopi dan menatap ke ruangan yang sedang ditatap oleh Adeline.

Tidak menjawab ucapan Efran, Adeline langsung meninggalkan tempat itu dan mengambil salah satu cup kopi yang digenggam rekan sekaligus sahabatnya. "Terima kasih kopinya," begitulah ucapnya.

"Kau pasti teringat Ray ya?" Adeline menganggukkan kepala seraya menyeruput kopi miliknya. "Aku dengar, saat ini dia berada di London bersama ibunya." Efran menambahkan.

"Benarkah? Kau tahu dari mana?" Adeline menyelidik.

"Kau tidak tahu ya? Aku ini detektif, lho." Efran tampak bangga saat memamerkan kemampuan lainnya. "Jika sewaktu-waktu kau ingin menemuinya, kau bisa beritahu aku, aku bisa antar dirimu ke tempat Ray berada." Timpalnya lagi.

Meski tidak menggubris ucapan sahabatnya, Adeline tetap mendengar apa yang tengah diucapkan oleh Efran. Ketika sedang mengisi laporan dimeja utama sebelum masuk bangsal, tiba-tiba saja ada seorang perawat wanita

yang menghampiri Efran seraya menyerahkan sebuah paper bag.

"Ini apa? Dan tujuannya apa?" Tanya Efran yang tidak ingin sembarangan menerima pemberian orang lain.

"Bekal makan siang. Aku dengar dokter Efran berjaga selama 12 jam dan sibuk melakukan operasi, lalu..."

"... maaf aku tidak bisa menerimanya." Efran langsung meloyor pergi tanpa menghiraukan perawat wanita itu, dan Adeline menatap punggung Efran yang berjalan semakin jauh.

"Perawat Lin, berikan itu padaku, biar aku yang menyerahkannya." Tutur Adeline yang masih menatap punggung Efran, namun tangannya mengadah pada rekan kerjanya agar dia mau memberikan paper bagnya.

"Terima kasih atas bantuannya,"

Setelah mengisi laporan dan menerima paper bag dari rekan kerjanya, Adeline langsung mengambil langkah seribu agar dapat mengejar sahabatnya. Yah sejak dirinya masuk pertama kali, Efran memang sedikit populer, banyak perawat yang mendekatinya dan banyak juga yang iri dengannya karena Efran sangat dekat dan bahkan selalu memperhatikan Adeline setiap sedang bersama.

"Bawa ini dan makanlah saat jam makan siang tiba," Adeline menyerahkan secara paksa. Dia menempelkan paper bag itu tepat didada Efran.

"Tidak bisa, aku tidak bisa menerima makanan dari orang yang tidak aku kenal. Lagi pula aku ingin makan siang denganmu."

"Dia rekan kerjamu, mana mungkin kau tidak mengenalinya dan kita bisa makan siang bersama seperti biasa tapi syaratnya kau makan dengan makanan itu." Adeline tak mau kalah.

"Aku ingin mengajakmu makan diluar. Aku bosan dengan makanan kantin."

"Tapi aku ingin makanan kantin, jadi kau bisa makan siang dengan bekal itu, dari aromanya pun sepertinya enak.”

Tidak bisa beradu argumen lagi, Efran hanya menghela napasnnya dan hanya bisa patuh dengan apa yang di minta oleh Adeline. Baginya, apapun yang di minta oleh Adeline, seakan mutlak untuk dirinya melaksanakannya,

selama permintaan wanita tidak berlebihan atau aneh.

"Aku akan makan bekal ini, tapi dengan satu syarat," Efran mencoba mengajukan banding dengan wanita disisinya sehingga wanita itu menghentikan langkahnya dan menatap Efran penuh tanya. "Temani aku pergi ke suatu tempat sepulang kerja nanti." Sambungnya lagi.

"Baiklah aku setuju."

Jika Adeline tengah sibuk dengan para pasiennya, sama halnya dengan Rafael yang saat ini sedang sibuk menandatangani beberapa dokumen penting. Melihat kenaikan dari beberapa anak cabang perusahaan miliknya membuat Rafael dapat bernapas dengan lega, setidaknya hasil kerja keras dirinya dan para karyawan tidak sia-sia.

"Daren, berikan pengumuman pada seluruh karyawan, jika hari ini kita akan makan bersama diluar." Perintah Rafael saat selesai membubuhkan tanda tangannya di dokumen terakhir. "Lalu Al, cari tempat untuk nanti malam dan segera reservasi." Tukasnya lagi.

"Apakah kita harus menyewa satu restaurant? Mengingat jumlah karyawanmu sangat banyak." Alvaro mencoba meminta pendapat dari bosnya.

"Tentu saja. Bukan hanya pusat, tapi para karyawan cabang juga harus makan diluar, hubungi saja penanggung jawab mereka dan tagihan semua aku yang bayar."

"Hari ini kita pesta," Daren dan Alvaro sangat antusias kali ini. Pasalnya sudah lama sekali Rafael tidak mengadakan makan bersama dengan para karyawan, kecuali saat ulang tahun perusahaan.

Jarum jam sudah menunjukkan pukul 6 sore, Efran tampak tengah menunggu Adeline di lobby rumah sakit. Seperti janji yang sudah Adeline buat, Efran akan menagih janji tersebut pada sang empunya.

Saat Adeline tiba, wanita itu langsung masuk ke dalam mobil milik sahabatnya. Entah kemana pria itu akan membawanya, namun dia percaya jika Efran tidak akan melakukan hal yang aneh-aneh terhadapnya, mengingat bahwa Efran justru selalu menjaga dirinya dari hal sekecil apapun.

Menempuh waktu 30 menit, mereka tiba ditempat yang Efran maksudkan. Sebuah pantai, pantai dimana Adeline pernah menghabiskan waktunya dulu bersama orang tuanya saat masih kecil. Entah kebetulan atau bagaimana,

tapi Efran seakan tahu kehidupan Adeline.

"Kau menyukai tempai ini?" Tanya Efran saat melihat Adeline bahkan tak berkedip memandangi area pantai dari sudut ke sudut. "Kau menangis? Kau tidak menyukainya ya? Jika begitu kita pergi saja yuk." Timpalnya khawatir saat melihat cairan bening membasahi pipi wanita di sisinya.

"Apa kau tahu? Pantai ini adalah tempat dimana aku pernah menghabiskan akhir mingguku dengan orang tuaku. Aku bahkan hampir melupakan tempat ini jika kau tidak bawa aku kemari,"

"Lalu, apa dengan membawamu kemari membuatmu terluka?"

"Sama sekali tidak. Tapi aku tiba-tiba teringat saat terakhir kali kemari, ayah datang bersama dengan seorang anak laki-laki. Mungkin usianya sama seperti kak Rafa."

"Siapa dia? Apa kamu ingat?"

1
Nursanti Ani
ngarep cinta bgt sih,,,bukan keren malah jijik liatnya,,,,maksa bgt cintanya,,/Hey/
Nursanti Ani
gw rasa sih Rachel masih hidup,,akhirnya Adel nyerah dan pergi,,,kalo sudah tiada baru terasa,,/Sob//Sob//Sob/
Nursanti Ani
cewek bucin begini kl belom d siksa bathin dan d selingkuhin belom sadar diri/Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Kyushine: betul, harus digebrak dulu kayaknya biar sadar
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!