Seorang wanita bernama Nairiya yang saat ini berusia 23 tahun yang merupakan seorang pianis di acara pernikahan temannya itu tiba-tiba mendapatkan tugas dari bayangan malaikat untuk menyelamatkan temannya yang akan menikah itu.
Namun Nairiya malah terluka parah akibat menyelamatkan temannya itu, rupanya temannya itu lah yang memiliki niat jahat kepadanya.
Bayangan malaikat itu meminta Nairiya untuk mengembalikannya ke dalam pohon dan ternyata setelah kembali ke dalam pohon, seorang pria bernama Leonardo yang diduga adalah bayangan malaikat itu akhirnya sadar dari komanya dan mengingat semua kejadian itu.
Apakah bayangan itu akan meninggalkannya sendirian? Atau membantunya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Carmellia Amoreia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER 16 - FIRST MEETING
Setelah mendengar jawabannya Laresha, Therion pun langsung tersenyum ramah kepadanya lalu mengambil sebuah kantong plastik transparan dan memasukkan sebungkus roti itu ke dalam plastik itu sambil melihat ke arah matanya dengan dalam.
“Total harganya adalah 22.500 rupiah” kata Therion dengan nada bicara yang ceria ke arah Laresha itu.
Laresha pun tersenyum kembali ke arahnya lalu di saat ia sedang ingin mengambil dompet dari tas tentengnya yang berwarna hitam itu, ia tiba-tiba menyadari bahwa sebuah tanaman gantung yang berada di atas Therion hampir jatuh ke arahnya.
Lalu dengan cepat raut wajahnya berubah menjadi serius dan perasaannya tiba-tiba berubah yang awalnya bahagia menjadi seketika panik dan khawatir kepada Therion, setelah itu ia pun berkata kepadanya sambil melihat ke arah tanaman gantung yang tepat berada di atasnya itu
“Hati-hati di atas kamu!” kata Laresha dengan nada suara yang keras memperingatkan kepadanya dengan rasa khawatir.
Therion pun langsung menatap Laresha dengan ekspresi wajahnya yang terlihat kebingungan itu lalu ia refleks melihat ke atas dirinya setelah melihat Laresha dengan serius menatapi sesuatu yang berada di atasnya itu.
Di saat itulah ia menyadari bahwa tanaman gantung yang tertata rapi berjejer di atasnya itu hampir jatuh mengenai kepalanya. Setelah itu, ia pun berpindah posisi menjadi lebih aman dan tepat langsung setelah ia berpindah posisi, tiba-tiba terdengar suara keras akibat jatuhnya tanaman gantung itu.
Therion pun langsung merasa lega setelah tadinya merasa sangat takut jika tanaman gantung itu akan jatuh mengenai kepalanya lalu ia pun menatap Laresha dengan tersenyum senang kepadanya.
“Terima kasih ya, udah kasih tahu” kata Therion kepadanya dengan nada suara yang santai dan lembut itu.
Laresha pun menatapnya dan mengangguk saja lalu lanjut mengambil dompetnya yang berwarna merah tua itu dari dalam tas tentengnya itu untuk membayar total biaya roti tersebut, setelah mengeluarkan dompet itu ia pun menjawabnya, “Iya sama-sama”
Therion pun mengambil ponselnya dari saku celananya itu lalu menunjukkannya kepada Laresha, “Oh iya, ini nomor kontak aku”
Laresha yang baru saja mengeluarkan uang tunai berwarna biru yang bertuliskan 50.000 rupiah itu pun akhirnya melihat nomor kontaknya sambil memberikan uangnya itu dengan tersenyum lalu berkata dengan raut wajah yang ceria.
“Ini ya uangnya, oke terima kasih kontaknya. Aku ambil ponselku sebentar dulu” kata Laresha dengan nada bicara yang santai.
Therion mengambil uang tunai itu dariku lalu memasukkannya ke dalam laci kasir dan mengambil uang kembaliannya dari sana. Setelah itu ia pun memberikan uang kembaliannya beserta kertas struk kepada Laresha dengan tersenyum.
Laresha yang telah mengeluarkan ponselnya itu pun mengambil uang kembaliannya dan kertas struk itu dengan sopan sambil tersenyum kepadanya kembali lalu ia pun meminta kontaknya yang sebelumnya sudah ditunjukkan oleh Therion itu, “Oke terima kasih, oh iya nomor kontaknya yang tadi”
Therion pun langsung tersenyum lebar melihat ke arahnya dan menunjukkan ponselnya itu yang telah telihat nomor kontaknya untuk diberikan kepada Laresha. Lalu Laresha pun langsung menyalakan ponselnya dan memasukkan nomor kontaknya Therion ke dalam buku kontak yang ada di ponselnya itu.
Setelah itu Laresha pun meminta izin untuk balik dulu ke tempatnya bekerja dengan tersenyum ramah kepadanya, “Ini aku udah save ya kontaknya, oh iya aku izin balik dulu ya”
Namun sebelum itu, dengan cepat Therion mencegahnya karena masih ada hal yang ingin ia tanyakan kepada Laresha.
“Eh bentar, kamu kerja di mana?” tanya Therion kepadanya sambil memegang dan menahan tangan kirinya itu.
Langkah kaki Laresha pun terhenti karena tangan kirinya ditahan oleh Therion lalu ia pun langsung refleks menatapnya dengan kebingungan dan menjawabnya sambil tersenyum santai, “Aku kerja di toko pakaian yang namanya Rheyn, ada di sekitar sini kok”
Therion pun menatap matanya dengan tersenyum kecil lalu berkata kepadanya dengan mata yang berkaca-kaca, “Tapi kenapa wajahmu mirip temanku pas kecil yang pernah kecelakaan mobil karena habis menyelamatkan aku ya”
“Siapa namanya?” tanya Laresha dengan raut wajah yang kebingungan itu setelah mendengar apa yang barusan dikatakan Therion.
Therion pun menjawab kembali, “Aku juga tidak tahu soalnya aku lupa”
Laresha tertawa kecil setelah mendengarnya itu, lalu ia pun mengambil kantong plastik yang berisi sebungkus roti miliknya itu dan berpamitan kepadanya kembali, “Owalah haha, ya sudah kalau gitu aku balik dulu ya”
“Oke, hati-hati ya” jawab Therion sambil melepaskan tangan kirinya itu dan tersenyum lebar ke arahnya.
“Iya, bye-bye” jawab Laresha sambil tersenyum kembali ke arahnya serta melambaikan kedua tangannya dengan senang.
Therion kembali melambaikan salah satu tangannya juga dan berkata kepadanya dengan tersenyum, “Bye-bye”
Setelah itu Laresha pun berjalan keluar dari toko roti itu dengan perasaan yang sedih dan rasa bersalah karena ia harus menyembunyikan ini semua darinya agar ia tidak memikirkan kembali masa lalunya yang buruk itu.
Saat sudah sampai di toko pakaiannya itu, suasana di sana cukup sepi dan hanya ada dua orang pelanggan saja lalu ia pun langsung berjalan menuju meja kasir dan dengan raut muka yang terlihat sedih, ia memberikan roti itu kepada Eldrik karena tadi ialah yang menyuruh Laresha membelinya di toko roti tersebut.
Eldrik yang sedang berdiri di dekat meja kasir itu pun melihat ke arahku dengan raut wajah yang senang lalu ia pun menerima dan mengambil sekantong plastik yang berisi sebungkus roti itu dengan tangan kanannya lalu berkata kepadaku sambil tersenyum lebar, “Wah, terima kasih ya”
Laresha pun masuk ke area kasir dan meletakkan tas tentengnya di atas kursi yang berada di dekatnya itu lalu mengambil botol minum kecil dari dalam tasnya dan langsung meminumnya karena merasa haus.
Eldrik yang terlihat baru saja mengurusi seorang pelanggan pun akhirnya menyadari perubahan raut wajah Laresha yang saat pergi tadi terlihat senang dan bahagia namun saat pulang terlihat sangat sedih. Akhirnya ia pun menoleh ke arah Laresha yang sedang minum itu lalu bertanya kepadanya dengan kedua tangannya yang memegang pinggangnya itu.
“Kamu kenapa deh? Tiba-tiba sedih kayak begini” tanya Eldrik dengan raut wajah yang kebingungan itu.
Setelah mendengar pertanyaan itu, Laresha pun berhenti minum dan menutup botol minumnya itu lalu memasukkannya kembali ke dalam tas tenteng miliknya. Setelah itu ia pun menoleh ke arah Eldrik lalu menjawab, “Tidak apa-apa sih, ini masalah pribadi aku”
Eldrik pun menjawabnya kembali, “Owalah oke, aku gak ikutan sih”
Laresha pun berjalan mendekati salah satu pelanggan pria yang sedang melihat-lihat bagian celana pria yang ada di sebelah kiri pintu masuk tersebut untuk menanyakan kebutuhan pelanggan tersebut.
“Selamat siang pak, sedang mencari apa ya?” Tanya Laresha sambil tersenyum ramah kepada bapak itu dan menutup kedua telapak tangannya itu di depan dada.
Bapak itu pun menoleh ke arah sumber suara lalu berkata sambil tersenyum, “Eh Laresha, udah lama gak ketemu”
Laresha pun tersenyum kembali kepadanya setelah pelanggan pria itu menyapanya kembali, ia ternyata adalah teman masa kecilnya Laresha yang suka main ke rumahnya.
“Lah ternyata si Robert, ih sumpah udah lama gak ke rumah” jawab Laresha dengan merasa kaget sekaligus senang karena dapat bertemu kembali teman lamanya itu yang sekarang sudah hilang kontak.
Robert pun menjawabnya dengan sangat senang sambil tersenyum, “Hehe iya, udah pindah rumah sih. Gimana kerjanya?”
“Baik kok, kalau kamu gimana?” jawab Laresha sambil tersenyum senang.
Robert pun menjawabnya dengan perasaan yang sangat bahagia dan nada bicaranya yang ceria, “Aku juga baik, sekarang kerja di agensi penerjemah bahasa asing”
Laresha pun menjawabnya kembali, “Ah enak tuh, gajinya gede lumayan banget”
“Benar banget, aku teringat kamu pas masih kecil suka isengin aku” jawab Robert sambil tersenyum karena mengingat masa lalu kenangan kamui yang sangat seru itu.