Kata orang cinta itu indah,bisa membuat orang tertawa,dan berbunga-bunga,namun juga bisa buat orang menangis,tangis bahagia kah itu? atau tangis karena sakit?
Tapi bagiku cinta itu ibarat luka tak berdarah,sakit tak tau dimana sakitnya,itulah cinta yang aku rasakan,benarkah itu cinta? ataukah sesungguhnya itu luka yang ku kira cinta?
Tuhan....aku mengimpikan cinta yang seperti orang katakan,cinta yang seperti kisah cinta Rasulullah dengan bunda Aisyah,atau seperti cintanya Rasulullah pada bunda Khadijah_..
@..Adiba Khanza.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arisha Langsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ternyata aku yang pertama
Entah sejak kapan,kini keduanya sudah berada di atas ranjang dengan posisi Adiba berada di bawah kukungan Abizar,pria tampan itu memulai aksinya dengan sedikit brutal, membuat Adiba merasa kewalahan,Adiba meremas kuat sepray untuk mengurangi rasa takutnya.
Tubuh bergetar Adiba tak membuat Abizar menghentikan keinginannya untuk menikmati wanita di bawahnya itu, dengan gerakan cepat Abizar sudah melepas satu-satunya kain yang menutupi area sensitif Adiba, setelah tadi ia membuka kain bagian dada Adiba,dan telah menikmati kedua benda tersebut, menyesapnya rakus seperti bayi.
Adiba tak membuka matanya walau sedetikpun,dalam hati nya ia terus melantunkan doa, berusaha men sugesti dirinya bahwa kegiatan itu adalah salah satu kewajiban nya sebagai seorang istri.
Sedangkan Abizar seperti orang yang kesurupan,ia bahkan telah melepaskan semua pakaian yang melekat di tubuhnya dengan begitu cepat.
" Aw..." rintih Adiba,ini adalah suara pertama nya sejak pertama Abizar menyentuhnya.
" Tolong pelan-pelan lah,ini terasa sakit" pinta Adiba lirih dan itu tulus dari dalam hatinya.
Mendengar permintaan itu,Abizar berhenti sesaat,ia menatap wajah cantik Adiba yang terus terpejam,tak sedikitpun menatap wajah tampan nya.
Hingga beberapa detik kemudian Abizar kembali melanjutkan kegiatannya, hingga pada akhirnya ia mendengar rintihan kesakitan dari bibir mungil Adiba, bahkan Abizar merasakan sebuah gigitan yang cukup kuat di lehernya.
" Aw.. Subhanallah... sakit..." rintih Adiba lirih.
" Tolong berhentilah,saya tidak sanggup tuan" pinta Adiba lirih,namun Abizar melihat tak sedikitpun adiba membuka matanya, yang Abizar lihat hanyalah lelehan bening yang membasahi mata Adiba, hingga membasahi bantal.
Abizar sempat tertegun melihat air mata yang mengalir dari mata indah wanita itu,ia menghentikan gerakannya,saat melihat bibir Adiba bergetar,secara refleks Abizar langsung menyatukan bi-bir mereka, melumatnya lembut, membuat Adiba lebih rileks,seakan mendapatkan ketenangan.
Baru setengahnya Abizar kembali melanjutkan aktivitas nya,mulai menggerakkan pinggulnya dengan perlahan, hingga membuat nya merasa seakan ingin terbang,ini pertama kali untuknya,tak ia duga seperti itu rasanya, sungguh di luar kendalinya,Abizar mengulangi kegiatan panas itu hingga beberapa kali.
Adiba yang sangat kelelahan dan merasakan perih, langsung tertidur pulas, sedangkan Abizar memilih menuju kamar nya yang berada tepat di samping kamar Adiba.
Abizar membersihkan tubuhnya di bawah shower, kilasan kegiatannya barusan kembali terbayang di pikiran nya,rintihan kesakitan Adiba masih terngiang jelas di telinganya dan gigitan di lehernya masih terasa, yang ternyata meninggalkan bekas yang begitu mencolok,Abizar mengusap bekas itu dan ia tersenyum dingin.
" Ternyata aku yang pertama menyentuhnya" batin Abizar,entah perasaan apa yang ia rasakan,entah itu senang,puas atau mungkin candu.
Abizar mengambil ponselnya menghubungi asisten pribadi nya agar menjemput nya, hingga tak lama kemudian terdengar suara mobil di halaman villa nya,Abizar meninggalkan villa itu,tapi sebelumnya ia meninggalkan cek dengan nominal yang cukup besar dan satu botol obat serta sepucuk surat di atas nakas di samping ranjang Adiba.
" Antarkan saya ke mansion utama" perintah Abizar pada asistennya.
" Baik tuan muda" jawab pria itu patuh.
****
Pagi menjelang...
Adiba mengerjabkan matanya mencoba menyesuaikan retinanya dengan cahaya matahari yang memasuki kamar melalui cela gorden,ia terkesiap saat menyadari ia bangun kesiangan dan terlambat untuk melaksanakan kewajiban dua rakaat nya.
" Astaghfirullah ya Allah...aku kesiangan" rutuk Adiba , refleks ia mendudukkan dirinya dan menggerakkan kaki nya ingin menuruni ranjang,tapi gerakan nya spontan terhenti saat merasakan sakit yang luar biasa pada bagian intimnya,di tambah lagi dengan tubuhnya yang terasa begitu sakit seperti habis di pukuli.
Adiba baru mentari bahwa dirinya sedang tidak berada di kamarnya,ia memindai keseluruhan kamar yang terlihat cukup mewah itu,dan sesaat kemudian barulah ia teringat kepingan demi kepingan kejadian yang terjadi padanya.
Hiks..hiks...hiks...
Adiba menangis sesenggukan mengingat semuanya,ia merasa persis seperti wanita murahan,namun setelah nya ia menghentikan tangisannya saat mengingat bahwa ia belum shalat, walaupun telat tapi ia harus tetap melakukannya.
Adiba memaksakan diri nya menuruni ranjang dan melangkah dengan terseok-seok menuju kamar mandi, untung kamar itu di lengkapi dengan kamar mandi,Adiba segera membersihkan dirinya dan mensucikan diri nya dari hadas besar karena kegiatan semalam.
Baru setelahnya ia melaksanakan kewajiban dua rakaat nya dan di atas sajadahnya lah ia mulai menumpahkan seluruh tangis nya, mengadukan semua kesakitan dan kesedihan nya, hingga matanya sembab.
Setelah shalat,Adiba bersiap memakai kembali pakaian nya,di dalam lemari yang ada di kamar itu hanya ada beberapa lembar jubah mandi dan handuk,tak terlihat ada selembar pun pakaian wanita.
Adiba segera memesan ojek online melalui aplikasi dan mengirimkan gogle maps untuk mengetahui alamat nya saat ini, karena memang ia tidak tau alamat tempat ia berada saat ini.
Saat mengambil tas nya barulah Adiba melihat sebuah cek dan sepucuk surat yang tertindih di bawah sebuah botol.
melihat botolnya dan membaca tulisan di depannya Adiba sudah tau botol apa itu, dengan tersenyum perih,Adiba membuka tutup botol itu dan mengambil satu butir pil berwarna putih itu,lalu membuang ke luar melalui jendela kamar.
' Pil pencegah kehamilan ' batin Adiba,ia tau saat ini dirinya tidak sedang dalam masa subur,maka itu ia tak mau mengkonsumsi pil tersebut,Adiba juga harus memikirkan kesehatan rahimnya untuk kedepannya,ia harus memiliki masa depan walaupun ia belum tau akhir dari kisahnya saat ini.
Adiba melihat cek bertuliskan nominal yang cukup besar,ia menyimpan nya,tak membuangnya, mengumpulkan bersama cek yang semalam ia dapatkan sebagai mahar,saat ini ia butuh uang yang cukup besar untuk biaya hidupnya dan biaya perawatan sang ibu.
Baru setelahnya Adiba meraih sebuah kertas yang persis seperti sepucuk surat.
' Villa ini sebagai tempat mu melayani ku,kapanpun aku menginginkan mu maka kamu harus berada di villa ini,dan aku akan memberikan mu imbalan dari pelayanan mu, jangan pernah mencoba berfikir bahwa kita adalah suami istri, karena kamu adalah simpanan ku, jangan pernah menyapaku saat kita bertemu di luar,dan minum obat itu,aku tidak mengizinkan mu mengandung benih ku, karena kau wanita yang tidak pantas mengandung benihku,ingat itu'
Adiba tersenyum kecut setelah membaca surat itu,ia melipat kembali surat itu dan menyimpannya di laci nakas, entah mengapa ia tak ingin merobek surat yang berisikan kata-kata menyakitkan itu.
Adiba meninggalkan villa itu saat ojek pesanan nya datang,ia bertemu dengan seorang wanita paruh baya dan seorang pria paruh baya tepat di depan pintu villa.
" Nona" sapa wanita paruh baya itu sedikit terkejut.
" Maaf buk saya harus pergi" Adiba tak mengatakan apapun lagi,ia hanya berpamitan pada pasangan yang ia yakini penjaga villa itu.
Pasangan paruh baya itu memperhatikan Kepergian Adiba, keduanya saling tatap setelah Adiba benar-benar meninggalkan villa bersama ojek pesanan nya.
" Bapak yakin perempuan cantik barusan adalah perempuan yang dikatakan tuan Rudi semalam?" tanya wanita itu pada suaminya.
" Masak iya buk ada perempuan simpanan yang pakaian nya seperti itu? Apa mungkin di dalem ada perempuan lain lagi,kalau yang itu lebih cocok jadi istri sungguhan tuan muda buk" jawab pria itu ber komentar.
" Ya udah ayo kita coba cek" untuk memastikan wanita itu mengajak sang suami langsung masuk dan memeriksa bangunan sederhana berlantai satu itu dan hasilnya nihil, mereka tak menemukan siapapun lagi di tempat itu,selain sebuah seprai berwarna putih tersangkut di jemuran, terlihat sudah tercuci, bahkan masih lembab.
Sedangkan Adiba baru saja tiba di rumah sakit tempat ibunya di rawat,tak lupa ia membelikan sarapan untuk bik Santi beserta suami,dan satu porsi bubur sumsum untuk ibunya.
" Assalamualaikum.." Adiba mengucapkan salam sebelum memasuki ruangan perawatan ibu nya.
"Waalaikumsalam...kamu sudah datang? " ucap BI Santi.
Adiba mengangguk" Maaf ya Bi jadi merepotkan,di klinik semalam rame,udah larut baru selesai,Diba takut mau balik ke rumah sakit, makanya nginap di kos temen " dalam hati Adiba terus meminta maaf karena telah berbohong.
Bik Santi tersenyum seraya mengangguk " jangan sungkan,cuma ini yang bisa bibi bantu" ucap BI Santi lembut.
Adiba mengangguk, matanya berkaca-kaca merasa sangat bersalah telah berbohong,membohongi orang-orang yang sudah begitu mempercayainya.
" Kamu tidak tugas di rumah sakit hari ini?" tanya Bi Santi.
" Diba izin untuk hari ini bi" Adiba berkata jujur,pagi tadi ia meminta izin pada residence nya dengan alasan ibunya yang sedang di rawat.
" Ya sudah, istirahat lah sana,ibumu baru saja selesai sarapan dan minum obat, sekarang sudah tidur,bibi pulang ke rumah sebentar ya,bantu paman,nanti sore bibi datang lagi"
Adiba mengangguk" ia bi, terimakasih banyak,bibi pulang naik apa?,mau Diba pesankan ojek?"
" Paman akan jemput sebentar lagi, setelah dari pasar,paman mu sedang belanja" jawab bik Santi.
Adiba mengangguk,ia memilih duduk di kursi yang berada di samping ranjang ibunya,tak lama kemudian suami BI Santi datang dan wanita paruh baya itu meninggalkan rumah sakit.
Sedangkan Adiba mulai tertidur di samping sang itu dengan posisi duduk, tubuh dan matanya sangat lelah, begitupun dengan pikiran nya,Adiba bahkan belum pulang ke rumahnya untuk berganti pakaian.
Hidup yg sdh jelas tp dibuat samar. .
Atas bawah mumet...
wkwkwk