Fitriyani Nurjannah adalah seorang guru honorer selama 15 tahun di SMA 2 namun ia tak pernah menyerah untuk memberikan dedikasi yang luar biasa untuk anak didiknya. Satu persatu masalah menerpa bu Fitri di sekolah tempat ia mengajar, apakah pada akhirnya bu Fitri akan menyerah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Serena Muna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perpisahan
Hari yang dinanti-nantikan oleh seluruh siswa kelas XII akhirnya tiba juga. Hari ini adalah hari pertama mereka melaksanakan ujian akhir kelulusan. Ujian yang akan menentukan apakah mereka layak untuk dinyatakan lulus dari SMA 2 atau tidak.
Sejak pagi, suasana di sekolah sudah terasa tegang. Para siswa terlihat mondar-mandir di depan ruang ujian dengan wajah pucat dan gugup. Ada yang membaca buku catatan, ada yang berdoa, ada pula yang berusaha menenangkan diri dengan bercanda bersama teman-temannya.
Fitri, sebagai guru yang sangat peduli dengan anak didiknya, berusaha memberikan semangat dan motivasi kepada mereka. Ia berjalan dari satu ruang ujian ke ruang ujian lainnya, menyapa para siswa dengan senyuman hangat dan memberikan kata-kata penyemangat.
"Anak-anakku, semangat ya! Kalian pasti bisa. Jangan lupa berdoa dan percaya pada diri sendiri," kata Fitri dengan suara yang penuh kasih sayang.
Para siswa pun merasa sedikit lebih tenang setelah mendengar kata-kata dari Fitri. Mereka tahu bahwa guru mereka selalu ada untuk mereka, memberikan dukungan dan semangat di saat-saat sulit seperti ini.
Ujian pun dimulai. Para siswa dengan tekun mengerjakan soal-soal yang diberikan. Mereka berusaha mengingat semua materi yang telah mereka pelajari selama ini. Ada yang terlihat kesulitan, ada pula yang terlihat lancar dalam menjawab soal-soal tersebut.
Fitri terus memantau jalannya ujian. Ia sesekali melihat ke dalam ruang ujian untuk memastikan bahwa semua siswa mengerjakan soal dengan tenang dan jujur. Ia merasa bangga melihat anak didiknya yang begitu bersemangat dan berjuang keras untuk meraih kelulusan.
Hari demi hari berlalu. Ujian akhir kelulusan pun akhirnya selesai. Para siswa keluar dari ruang ujian dengan wajah lega dan bahagia. Mereka telah menyelesaikan perjuangan mereka. Kini, mereka hanya tinggal menunggu pengumuman hasil ujian.
Fitri menyambut para siswa dengan senyuman hangat dan pelukan erat. Ia mengucapkan selamat kepada mereka semua.
"Anak-anakku, kalian hebat! Kalian sudah melalui semua ini dengan baik. Saya sangat bangga dengan kalian," kata Fitri dengan suara yang bergetar.
Para siswa pun membalas pelukan Fitri dengan erat. Mereka berterima kasih kepada guru mereka yang telah membimbing dan menyemangati mereka selama ini.
"Terima kasih, Bu. Ibu adalah guru terbaik yang pernah kami miliki," kata salah satu siswa dengan suara yang penuh haru.
Fitri tersenyum bahagia. Ia tahu bahwa ia telah memberikan yang terbaik untuk anak didiknya. Ia berharap, apapun hasil ujian nanti, para siswanya akan tetap semangat dan terus berjuang untuk meraih mimpi-mimpi mereka.
****
Pengumuman kelulusan SMA 2 telah usai. Sorak sorai bahagia bercampur haru menggema di seluruh penjuru sekolah. Para siswa kelas XII, yang telah berjuang keras selama tiga tahun terakhir, akhirnya bisa bernafas lega. Momen ini tentu saja sangat mereka nantikan.
Namun, di balik kebahagiaan itu, Pak Agus, selaku kepala sekolah, memiliki pesan penting yang ingin ia sampaikan kepada seluruh siswa. Ia tidak ingin euforia kelulusan ini berubah menjadi tindakan yang tidak terpuji.
"Anak-anakku sekalian, saya tahu kalian semua sangat senang dan bangga atas kelulusan ini. Kalian telah melewati masa-masa sulit dan penuh perjuangan. Saya mengucapkan selamat kepada kalian semua," kata Pak Agus dengan suara lantang, namun tetap berwibawa.
"Namun, perlu saya ingatkan, euforia ini jangan sampai membuat kalian lupa diri. Jangan sampai kalian melakukan tindakan-tindakan yang justru merugikan diri kalian sendiri dan nama baik sekolah kita," lanjutnya.
Pak Agus menyoroti tradisi corat-coret baju yang sering dilakukan oleh siswa setelah pengumuman kelulusan. Ia tidak ingin tradisi ini terus berlanjut. Menurutnya, tindakan tersebut tidak memiliki manfaat sama sekali.
"Saya minta dengan sangat, jangan ada lagi corat-coret baju. Itu bukan budaya kita. Itu bukan cara kita merayakan kelulusan," tegas Pak Agus.
"Lebih baik, setelah ini kalian langsung pulang ke rumah masing-masing. Rayakan kelulusan ini bersama keluarga tercinta. Jangan buat onar di jalan. Jangan sampai ada laporan yang masuk ke saya tentang tindakan-tindakan yang melanggar hukum," lanjutnya.
Pak Agus tidak main-main dengan ucapannya. Ia mengancam tidak akan meluluskan siswa yang kedapatan membuat onar setelah pengumuman kelulusan.
"Saya tidak akan segan-segan untuk tidak meluluskan siswa yang terbukti membuat onar. Ini adalah peringatan keras dari saya," kata Pak Agus dengan nada yang tegas.
Ancaman Pak Agus ini membuat para siswa terdiam. Mereka tahu bahwa kepala sekolah mereka tidak pernah main-main dengan ucapannya. Mereka pun akhirnya berjanji akan menjaga diri dan tidak melakukan tindakan yang merugikan.
"Baik, Pak!" jawab para siswa serempak.
Pak Agus mengangguk puas. Ia percaya bahwa siswa-siswanya akan menaati peraturan yang telah ia buat. Ia ingin momen kelulusan ini menjadi momen yang indah dan berkesan bagi seluruh siswa, tanpa ada tindakan yang mencoreng nama baik sekolah.
****
Hari ini adalah hari yang penuh haru dan bahagia bagi seluruh siswa kelas XII SMA 2. Hari ini adalah acara perpisahan mereka. Setelah tiga tahun bersama, belajar dan berjuang, kini mereka harus berpisah untuk mengejar mimpi masing-masing.
Acara perpisahan ini tidak hanya diadakan di sekolah. Namun, mereka semua akan pergi ke Yogyakarta. Kota yang terkenal dengan budaya dan sejarahnya ini dipilih sebagai tempat untuk mengukir kenangan terakhir bersama teman-teman dan guru.
Pagi-pagi sekali, semua siswa sudah berkumpul di halaman sekolah. Mereka semua mengenakan seragam batik yang sama, menambah kesan kompak dan Solidaritas di antara mereka. Wajah-wajah ceria dan penuh semangat terpancar dari setiap siswa.
Bus-bus yang akan membawa mereka ke Yogyakarta sudah siap. Satu per satu siswa mulai menaiki bus, mencari tempat duduk yang paling nyaman. Ada yang duduk bersama teman-teman dekatnya, ada pula yang memilih duduk sendiri sambil menikmati pemandangan.
Di dalam bus, suasana sangat ramai dan meriah. Para siswa bernyanyi bersama, bercanda, dan tertawa. Mereka semua berusaha menikmati momen-momen terakhir bersama sebelum akhirnya berpisah.
Fitri, sebagai salah satu guru yang ikut dalam acara ini, merasa sangat terharu melihat kebahagiaan anak didiknya. Ia tahu, momen ini adalah momen yang sangat penting bagi mereka.
"Anak-anakku, Ibu sangat senang melihat kalian semua bahagia. Ibu berharap, acara perpisahan ini bisa menjadi kenangan indah yang akan kalian ingat selamanya," kata Fitri dengan suara yang lembut.
"Iya, Bu. Kami juga sangat senang bisa merayakan perpisahan ini bersama Ibu dan teman-teman," jawab salah satu siswa.
Selama perjalanan menuju Yogyakarta, para siswa tidak berhenti bercanda dan tertawa. Mereka semua berusaha untuk melupakan sejenak beban pikiran tentang masa depan mereka. Mereka hanya ingin menikmati momen ini, momen terakhir mereka bersama.
Setelah beberapa jam perjalanan, akhirnya mereka sampai di Yogyakarta. Mereka langsung menuju hotel tempat mereka akan menginap. Setelah beristirahat sejenak, mereka semua berkumpul kembali untuk mengikuti acara perpisahan yang telah disiapkan.
Acara perpisahan ini diisi dengan berbagai macam kegiatan. Ada yang menampilkan bakat seni, ada yang memberikan kata sambutan, ada pula yang bermain games seru. Semua siswa dan guru ikut berpartisipasi dalam acara ini.
Malam harinya, acara perpisahan dilanjutkan dengan acara makan malam bersama. Semua siswa dan guru duduk bersama, menikmati hidangan lezat yang telah disiapkan. Sambil makan, mereka saling bercerita dan berbagi pengalaman selama belajar di SMA 2.
Acara perpisahan ini berlangsung sangat meriah dan penuh haru. Semua siswa dan guru merasa bahagia dan terharu. Mereka semua tahu, momen ini adalah momen yang tidak akan pernah mereka lupakan seumur hidup mereka.