Kelanjutan Novel 'Sepucuk Surat'
Khusus menceritakan kisah kakak Ifa, putri pertama Farel dan Sinta. Namun, Alurnya akan Author ambil dari kisah nyata kehidupan seseorang dan di bumbui pandangan Author untuk menghiasi jalan cerita.
Semoga kalian suka ya🥰🥰
------------------------
"Haruskah aku mengutuk takdir yang tak pernah adil?"
Adiba Hanifa Khanza, Seorang gadis tomboy tapi penurut. Selalu mendengarkan setiap perkataan kedua orang tuanya. Tumbuh di lingkungan penuh kasih dan cinta. Namun, perjalanan kehidupan nya tak seindah yang di bayangkan.
"Aku pikir menikah dengannya adalah pilihan yang terbaik. Laki-laki Sholeh dengan pemahaman agama yang bagus tapi ..., dia adalah iblis berwujud manusia."
Mampu kan Ifa bertahan dalam siksa batin yang ia terima. Atau melepas semua belenggu kesakitan itu?
"Kenapa lagi, kau menguji ku Tuhan?"
Ikutin kisahnya yuk, jangan sampai ketinggalan.
Salam sapa Author di IG @Rahmaqolayuby dan Tiktok @Rahmaqolayuby0110
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rahma qolayuby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12 Firasat
Sejak kejadian semalam Ifa terkurung di rumahnya sendiri. Ifa tak menyangka jika sikap Akmal perlahan mulai muncul.
Bahkan Akmal menyita segala benda milik Ifa termasuk ponsel supaya tak ada yang menghubungi Ifa.
Ifa benar-benar terpenjara dan tak bisa keluar. Walau Ifa tak di ikat tapi Ifa tak bisa keluar rumah. Semua pintu Akmal menguncinya.
Begitu kejamnya Akmal. Bahkan hubungan mereka semakin tak sehat. Apalagi Ifa sudah benar-benar mulai melawan walau harus berujung kesakitan.
Ifa tak tahu harus melakukan apa. Karena Akmal tak membiarkan celah sedikitpun untuk Ifa kabur.
Ifa semakin tertekan jika terus di perlakukan seperti itu.
Sekarang Ifa benar-benar pasrah akan segala kondisi. Ifa tak punya kekuatan apa-apa lagi. Tubuhnya lemah, untuk sekedar bicara pun tak kuasa.
Rumah itu semakin dingin dan mencengkram. Jika di lihat dari luar seolah tak ada tanda-tanda kehidupan.
Ifa benar-benar harus melayani Akmal dalam segala hal. Menuntut Ifa menjadi istri penurut nan Sholehah. Tapi, Akmal sendiri jauh dari kata suami Sholeh. Ibaratkan Fir'aun dan Siti Asiyah dalam versi zaman akhir. Seperti itulah gambaran kehidupan Ifa.
Ifa tak tahu harus berbuat apa lagi agar Akmal sadar dengan apa yang Akmal lakukan. Ifa bisa mati jika terus melayani nafsu Akmal yang tak pernah surut.
Ifa berharap, ia bisa bebas terbang dalam sangkar burung itu.
...
Di perusahaan ...
Mikail harus menghandle segala pekerjaan Ifa. Karena semenjak Ifa menikah dan tak masuk kantor. Mikail begitu kewalahan menangani segala hal. Apalagi Mikail harus menutupi ketidakhadiran Ifa pada Abi Farel.
Sejak saat Ifa meminta menyembunyikan ketidakhadirannya dari Abi Farel. Saat itu juga Mikail mendapatkan firasat buruk. Tapi, Mikail tetap menahannya. Namun, kali ini Mikail tak bisa tak merasa cemas mengingat sudah satu Minggu tak ada balasan email dari Ifa.
Padahal, Ifa selalu membalas email-nya apalagi ini sangat penting.
Ingin sekali Mikail datang langsung ke rumah Ifa. Tapi, pekerjaan membuat Mikail selalu lembur. Bahkan jarang sekali Mikail pulang ke rumah dan memilih menginap di kantor.
Tok .. Tok ...
Ketukan pintu membuyarkan lamunan Mikail.
"Masuk."
Seru Mikail membuat orang yang mengetuk pintu langsung masuk.
"Mohon maaf pak, di bawah ada tuan Farel."
Deg!
Mikail terperanjat mendengar hal itu. Langsung saja melihat kalender yang ada di atas mejanya. Mata Farel melotot sempurna melihat tanggal di sana.
Hari ini adalah hari di mana kunjungan Abi Farel ke perusahaan guna mengecek semuanya.
Abi Farel memang sudah ada jadwal tersendiri masuk kantor.
"Jangan biarkan tuan Farel masuk keruangan nona muda."
"Cegah apapun yang terjadi."
Perintah Mikail membuat sang sekertaris langsung paham.
Sang sekertaris pergi terlebih dahulu guna mencegah Abi Farel. Sedang Mikail bergegas membereskan berkas-berkas yang tentu akan di cek oleh Abi Farel.
Kenapa Mikail bisa lupa jika hari ini Abi Farel akan berkunjung.
Sudah membereskan semua berkas. Farel bergegas menyusul sekertaris nya.
Mikail berharap Abi Farel tidak langsung ke atas. Karena biasanya Abi Farel pergi ke gudang terlebih dahulu.
Mikail masuk kedalam lift, dimana tepat ketika Abi Farel keluar dari lift.
Di lantai bawah sang sekertaris berkeringat dingin memberitahu pada Mikail jika Abi Farel langsung menuju ruang Sinta.
"Astaghfirullôhal!."
Panik Mikail buru-buru memencet tombol lift. Tapi, tak bisa. Lift terus terus turun ke lantai bawah sedang Abi Farel sudah berjalan ke ruang Sinta.
Abi Farel mengetuk pintu ruang Ifa tapi tak ada sahutan. Bahkan suasana terlihat sedikit ada yang berbeda.
Abi Farel langsung menerobos masuk. Kening Abi Farel mengerut menatap ruang putrinya yang nampak sedikit gelap karena tirai tidak di buka.
"Kemana kak Ifa, kenapa ruangannya begitu gelap."
Se-siang apapun, jika sebuah ruangan tidak di buka tirainya pasti terlihat gelap. Apalagi lampunya mati.
"Ruangan ini sedikit terasa aneh."
Gumam Abi Farel merasa heran. Lalu Abi Farel melangkah menuju ruang kerja Sinta yang nampak rapih.
Brak!
Pintu ruangan di buka dengan kasar. Terlihat Mikail terengah-engah habis berlari dengan keringat bercucuran.
"Assalamualaikum tuan. Kenapa berkunjung tidak mengabari terlebih dahulu?"
Mikail berusaha tenang, walau hatinya sangat was-was.
"Kau lupa tanggal berapa sekarang?"
Tanya Abi Farel dingin menatap Mikail tajam. Mikail gelagapan membuat Abi Farel semakin di buat aneh.
"Kemana Ifa, kenapa tidak ada di ruangannya?"
"Nona muda sedang izin gak masuk tuan."
"Dari kapan?"
"Dua hari lalu, tuan."
"Bisa jelaskan, kenapa kalender ini tidak sesuai dengan apa yang kau ucapkan."
Deg!
Mikail tercekat menatap nanar kalender kecil yang ada di tangan Abi Farel.
Sekarang bulan Juli, sedang kalender itu masih bulan Mei. Tentu Abi Farel merasa heran tak mungkin putrinya membiarkan tangal kalendernya begitu saja. Apalagi Abi Farel sangat tahu bagaimana putrinya. Bahkan di kalender itu tak ada catatan sama sekali. Hanya ada catatan di bulan Mei ke belakang. Itu artinya sudah lama putrinya tak masuk kantor.
Tapi, mengingat bagaimana putrinya menjelaskan keadaan kantor membuat Abi Farel semakin heran. Merasakan ada sesuatu yang di sembunyikan. Apalagi ruangan ini membuktikan seolah memang Ifa tak pernah datang ke kantor.
"Maaf tuan."
Mikail menunduk takut dan juga bingung. Apa yang harus dia katakan pada Abi Farel.
"Jawab Mikail. Apa yang kalian sembunyikan? "
Mikail memilih diam membuat Abi Farel nampak kesal. Abi Farel memilih menelepon Ifa saja. Tapi, nomornya tak aktif.
Sudah satu Minggu ini memang tak ada kabar dari Ifa. Biasanya Ifa selalu sibuk jika tak ada kabar.
Bahkan semenjak datang ke kantor, Abi Farel sudah merasa heran karena biasanya kedatangan dirinya di sambut oleh Ifa.
Abi Farel mulai merasakan firasat buruk akan putrinya. Jangan sampai kegundahan ummah Sinta selama ini ada sangkut pautnya dengan Ifa.
Tanpa berkata lagi, Abi Farel pergi begitu saja. Tujuannya saat ini adalah rumah putrinya. Entah kenapa Abi Farel langsung tertuju ke rumah putrinya. Mengingat nomor Akmal juga tidak aktif.
"Tak biasanya kamu gak ada kabar seperti ini, kak. Abi pikir kamu memang sangat sibuk di kantor, tapi ... Apa ada sesuatu yang kakak sembunyikan."
Gumam Abi Farel menambah kecepatan mobilnya. Dia benar-benar ingin melihat langsung dan ingin meminta penjelasan kenapa putrinya tak masuk kantor.
Apa sakit atau ada hal lain.
Selama ini Abi Farel diam karena memang tak mau ikut campur urusan rumah tangga putrinya. Itulah kenapa alasannya di berikan rumah agar Ifa bisa mandiri mengurus rumah tangganya sendiri. Tapi, melihat ada kejanggalan membuat Abi Farel merasa ada sesuatu yang di sembunyikan putrinya.
"Jangan-jangan ..,"
Abi Farel merasa takut Ifa sakit. Mengingat waktu lebaran Ifa sempat jatuh sakit. Dan tak mau memberitahu keluarga.
Gerbang nampar tertutup. Abi Farel terpaksa keluar dari mobil untuk melihat.
"Mobil kakak ada di dalam. Berarti kakak ada di rumah."
Abi Farel langsung masuk saja tanpa memasukan mobil. Karena tak sabar ingin bertemu putrinya.
Jantung Abi Farel berdetak sangat kencang. Perasaan nya tak karuan seiring langkahnya semakin dekat pada arah pintu.
"Stop, mas. Ifa sudah tak sanggup lagi bersama. Tolong lepaskan, Ifa?"
Deg!
Jantung Abi Farel terasa berhenti berdetak mendengar teriakan putrinya.
Bersambung ....
Hayo ... Ketahuan, kan???
Jangan lupa tinggalkan jejak ya ...
Datang untuk nya...