Arga, seorang pemuda kampung yang hidup dengan peraturannya sendiri. karakternya yang tak kenal takut, dingin, tanpa ampun membuat dirinya sering terlibat dalam pertarungan. mampukah seorang gadis desa bernama Anya menumbuhkan cinta di hati arga?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aimar Khalila Albani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Patah Hati Yang Terungkap
Malam telah berlalu kin telah berganti ke pagi hari. saat ini Anya sudah bisa bernafas lega, kondisi arga mulai membaik meskipun dia masih sangat sulit untuk bergerak mengingat banyaknya tulang yang patah dan parahnya kerusakan yang diterimanya. pagi itu Anya belum pergi, ia masih setia di samping Arga.
Namun ketenangan itu tak bertahan lama setelah ponsel miliknya berdering kencang. Dilihatnya ponsel tersebut karena berdering cukup lama, ternyata penelepon itu adalah pak dedi si pemilik kafe. "selamat pagi pak dedi." Anya menyapa bosnya dengan nada sopan.
Suara pak dedi terdengar cukup tegas. "Anya, kemana saja kamu? beberapa hari ini kenapa kamu tidak masuk kerja? aku paham keadaanmu, namun kau juga harus bisa bersikap profesional."
Anya tertunduk lesu mendengar teguran dari bosnya itu. "maaf pak.. saya mohon maaf, saya tahu saya salah.. harusnya saya izin terlebih dahulu, namun saat ini saya sedang mengalami masa sulit."
"itu bukan alasan Anya, kamu jangan berpikir di dunia ini yang punya masalah hanya kamu!! Beberapa hari ini aku telah mengamatimu." kata pak dedi dengan suara tegas.
kata kata terakhir pak dedi membuat Anya sedikit bingung. "apa maksud bapak?"
Pernyataan mengejutkan keluar dari mulut pak dedi. "Anya, aku melihatmu bukan hanya sebagai seorang pekerja tapi aku melihatmu sebagai wanita." ucapan itu disambut tawa oleh pak dedi.
Pengakuan itu membuat Anya terkejut, ia merasa aneh, tak pernah ia bayangkan bosnya akan mengatakan hal semacam itu. "pak dedi, saya tahu anda atasan saya, saya menghormati anda pak dan saya tidak menyangka bahwa bapak akan mengatakan hal seperti ini kepada saya."
"aku tahu Anya... aku tahu kamu tidak pernah memandang lebih dari sekadar bosmu... aku pun tahu kau sekarang berpacaran dengan berandalan itu kan. "
mendengar hal itu Anya sedikit tersinggung. "pak dedi, jangan urusi urusan pribadi saya, saya dekat dengan siapapun itu hak saya pak."
"baiklah Anya, aku tidak bisa bekerja sama denganmu lagi, mulai hari ini kamu saya pecat!!"
kata kata itu seperti tersambar petir di siang bolong. "pak dedi jangan begitu pak... saya masih butuh pekerjaan."
"tidak bisa lagi, mulai besok datanglah ke kafe, kamu kemasi dan bawalah pergi barang barangmu, aku tak mau melihatmu lagi."
Sambungan telepon pun akhirnya diputuskan oleh pak dedi, Anya semakin frustasi saat itu banyak rentetan musibah yang datang dengan waktu yang cukup singkat.
Ketika Rudi kembali ke rumah sakit dan melihat kondisi Anya yang saat itu pucat sekali. "Anya kenapa kamu bisa sepucat ini?"
"bosku, pak dedi, dia memecatku selama ini dia mencintaiku, dia tak bisa menerima jika aku berpacaran dengan arga."
mendengar itu Rudi sangat terkejut dia keheranan. "dia memecatmu hanya karena masalah pribadi? "
"aku tidak tahu lagi Rudi, rentetan musibah datang kepadaku begitu cepat, aku sekarang tak memiliki pekerjaan sedangkan arga masih berada dirumah sakit, aku merasa seolah dunia ini menuntut lebih dari apa yang bisa aku berikan." Anya berkata sambil menangis sesenggukan.
"Anya, jangan menyerah aku akan berusaha membantumu, aku tahu ini sangat rumit dan sulit bagimu tapi percayalah padaku kita semua pasti baik baik saja dan mampu melewati semua ini." Rudi berusaha menenangkan Anya.
Dengan segala kesulitan yang dialami, Anya berusaha tegar dengan bantuan dari Rudi dan keyakinan cintanya kepada Arga dia merasa mampu menghadapi semua rintangan yang Menghalanginya.