NovelToon NovelToon
Emily:Ketika Cinta Harus Memilih

Emily:Ketika Cinta Harus Memilih

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama
Popularitas:54.4k
Nilai: 5
Nama Author: Novi Zoviza

Sekuel (Mommy untuk baby Arsha)

Pricillia Myliarno Ricardo gadis cantik berusia 24 tahun.Dibuang ibu kandung saat kecil dan di rawat oleh wanita yang ia anggap adalah ibu kandungnya.

Dan jatuh cinta pada seorang pria tampan namun semua yang ia rasakan harus sirna setelah kejadian satu malam yang merubah hidupnya.

Yuk simak ceritanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Novi Zoviza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 12. Daddy...

Yovan menatap tajam pada Emily mendengar pertanyaan wanita yang ada di hadapannya dan Emily yang mengatakan dirinya adalah Papanya Kafka. Terjawab sudah rasa penasarannya tentang orang yang bernama Kafka.

"Oh itu--Emily melirik Yovan yang menatapnya tajam.

"Dengan keluarga pasien,"tiba tiba saja Dokter keluar dari ruang UGD.

"Iya Dokter, saya Mommynya bagaimana dengan keadaan anak saya Dokter?,"tanya Emily membuat Yovan terkejut bukan main dengan pernyataan Emily.

"Pasien baik baik baik saja tapi...luka di kepalanya terdapat robekan sehingga harus dijahit dan oleh karena itu pasien harus dirawat inap terlebih dahulu di sini untuk observasi kami selanjutnya,"jawab dokter itu dengan ramah.

"Oh syukurlah,"gumam Emily. Ia takut tadinya kakak mengalami cedera yang cukup serius dan ternyata semua dugaannya salah, anaknya baik-baik saja.

Emily langsung menemui Kafka di ruang UGD sebelum dipindahkan ke ruang rawat inap diikuti oleh guru sekolah Kafka. Emily langsung memeluk Kafka yang masih belum sadarkan diri. Sementara Yovan keluar dari rumah sakit sembari menerima telepon.

Guru sekolah Kafka izin kembali ke sekolah setelah memastikan keadaan Kafka baik-baik saja. Tak lupa guru sekolah Kafka memberikan sedikit uang bentuk pertanggungjawaban sekolah atas kecelakaan yang dialami Kafka. Namun Emily menolak bantuan dari guru sekolah Kafka karena putranya baik-baik saja.

Dan di sinilah Emily sekarang berada di ruang rawat inap Kafka. Wanita itu menggenggam tangan putranya yang masih belum membuka matanya karena efek obat bius. Emily menyentuh perban yang membalut luka Kafka dengan perlahan.

"Emily..."

Yovan memasuki ruang rawat Kafka, pria itu tadi harus mengangkat telepon dari Rendy yang mengatakan harus kembali ke tanahair karena ada permasalahan di kantor pusat.

Emily yang berpikir jika Yovan sudah kembali ke kantor menoleh. Ia tidak begitu memperhatikan karena fokusnya ada pada Kafka.

"Aku pikir kamu sudah pulang,"ucap Emily pada Yovan yang kini menatap Kafka dengan tatapan yang tidak terbaca.

"Dia--Yovan tidak meneruskan ucapannya karena lidahnya terasa kelu melihat wajah bocah kecil yang tertidur diatas tempat tidur rumah sakit itu begitu mirip dengannya.

Emily tidak menjawab ucapan Yovan, dia berharap Yovan bisa menyimpulkan sendiri apa yang sudah dilihatnya. Wajah Kafka bagaikan pinang yang dibelah dua dengan Yovan dan ia tidak perlu lagi mengatakan sebenarnya pada pria itu.

Yovan mendekati brangkar Kafka dan dengan tangan bergetar ia menyentuh wajah Kafka. Perasaannya bercampur menjadi satu antara senang, sedih dan juga haru menyelimuti hatinya saat ini.

Kafka membuka kedua matanya tepat saat Yovan akan menyentuh wajahnya. Bocah yang berusia 5 tahun itu menatap Yovan dengan tatapan yang tidak berkedip.

"Sayang...kamu sudah bangun Nak,"ucap Emily memeluk tubuh Kafka sementara tatapan bocah itu tertuju pada Yovan yang juga menatapnya.

"Kafka--

"Mommy...dia siapa?,"tanya Kafka terdengar lirih.

Emily beralih menatap Yovan yang kini memandanginya dan Kafka."Dia--dia...Daddy kamu. Orang yang kamu tanyakan selama ini sama Mommy,"jawab Emily dengan suara bergetar tak kuasa menahan tangisannya. Ia tidak peduli jika Yovan menolak mengaku Kafka sebagai anaknya.

"Dad-dy...,"lirih Kafka dengan suara serak.

Yovan tersenyum tipis lalu mengangguk pelan. Ia bener-bener gugup saat ini tidak tahu harus berbuat apa. "Hai jagoan...maaf-- Yovan menghentikan ucapannya tiba-tiba saja Kafka memeluk dirinya. Bahkan infus bocah itu terlepas sehingga darah mengucur di tangan bocah itu.

"Kafka tangan kamu berdarah sayang,"pekik Emily lalu menekan tombol nurse.

Yovan berusaha melerai pelukan Kafka pada tubuhnya karena pekikan Emily yang mengatakan tangan Kafka berdarah. Namun Kafka makin mempererat pelukannya.

"Kafka ayo tiduran lagi tangan kamu berdarah," Yovan terdengar pelan.

"No...nanti Daddy kembali pergi,"jawab Kafka menenggelamkan wajahnya diceluk leher Yovan.

"Daddy tidak akan kemana-mana kamu harus kembali tiduran lihat ini tanganmu berdarah,"ucap Yovan meski rasanya lidahnya terasa masih terasa kaku menyebut dirinya Daddy.

Dengan perlahan Kafka mengurai pelukannya kembali tiduran. Tangan kecil bocah itu menggenggam erat tangan Yovan dengan begitu erat seakan takut Yovan pergi meninggalkannya.

Tak lama dokter datang dan kembali memasangkan infus Kafka. Dokter juga meminta agar Kafka tidak banyak bergerak dulu.

Setelah dokter pergi Kakak terus menempeli Yovan dan bercerita apa saja yang ia lewati selama ini. Bocah itu tidak melepaskan genggaman tangannya pada tangan Yovan.

"Daddy...Mommy bilang Daddy kerja untuk membelikan kita rumah yang besar. Apakah uangnya sudah terkumpul? makanya Daddy pulang?,"tanya Kafka membuat Yovan merasa begitu bersalah karena selama ini tidak kunjung menemukan keberadaan Emily dan anaknya. Ada perasaan menusuk saat mendengar pertanyaan dari Kafka. Ia selama ini telah melewatkan tumbuh kembang Kafka dan ia berjanji akan mengganti waktu lima tahun yang terbuang setelah kelahiran Kafka.

"Sudah...Daddy sudah menyiapkan rumah yang besar untuk Kafka dan Mommy,"jawab Yovan.

"Benarkah Daddy? aku ingin melihatnya,"ucap Kafka.

"Tentu...tapi kamu harus sembuh dulu karena rumah yang Daddy beli tidak di negara ini,"jawab Yovan melirik Emily yang tampak diam saja sejak tadi.

"Kita akan tinggal di keluar negeri ya Daddy?,"tanya Kafka.

"Iya...kita akan tinggal di Indonesia,"jawab Yovan.

***

Emily yang duduk di sofa ruang rawat Kafka terdiam saat mendengar penolakan Yovan yang saat ini sedang menelepon seseorang dan menolak untuk kembali ke Indonesia. Ia tahu Yovan begitu sibuk mengurusi pekerjaannya.

"Daddy..."

Emily langsung berdiri dari duduknya saat melihat Kakak terbangun dari tidurnya setelah meminum obatnya, sementara Yovan masih sibuk menelepon.

"Kafka sudah bangun?,"tanya Emily.

"Daddy mana Mommy?,"tanya Kafka dengan suara serak khas bangun tidur.

"Daddy lagi--

"Daddy disini sayang,"jawab Yovan yang berjalan menghampiri tempat tidur Kafka.

"Aku pikir Daddy kembali pergi meninggalkan aku dan Mommy. Daddy tau Mommy suka nangis setiap kali aku menanyakan Daddy,"adu Kafka.

Yovan melirik Emily yang tampak salah tingkah mendengar aduan Kafka tentang dirinya pada Yovan."Benarkah?,"tanya Yovan dengan tatapan lurus pada Emily.

"Iya Daddy...Mommy seringkali menangis jika malam tiba. Aku sering terbangun saat mendengar isakan Mommy,"jawab Kafka yang seringkali melihat Emily menangis jika malam datang.

"Daddy...jangan tinggalkan aku dan Mommy lagi ya,"ucap Kafka.

"Tidak akan,"jawab Yovan.

***

"Kamu tidak ingin melakukan tes DNA pada Kafka?,"tanya Emily yang saat ini duduk di sofa ruang rawat Kafka. Sementara Kafka sudah tertidur setelah meminum obatnya.

Yovan yang sedang menatap keluar jendela menikmati indahnya kota Valencia di malam hari menoleh pada Emily.

"Tidak. Karena aku yakin dia adalah anakku,"jawab Yovan.

"Kenapa menolak pulang ke Indonesia?,"tanya Emily.

Yovan tersenyum tipis."Kamu menguping pembicaraanku?,"jawab Yovan kembali bertanya.

"Oh itu--

Yovan terkekeh melihat Emily yang tampak gugup."Aku akan pulang jika bersama kalian,"jawab Yovan menatap lurus pada Emily.

"Tapi aku dan Kafka punya kehidupan di sini,"jawab Emily.

"Oke...juga akan menetap di sini bersama kalian,"ucap Yovan.

...****************...

1
Ana
emang anakmu nakal mama maya 😅😅
Amina Rengil
lanjut thor
Kak Yuniah
hahaha...kasian nenek Maya cucunya ketakutan wkwkwk
Arifin
lanjut thor
Ana
next
Serongga Oktober
lanjutannya thor
Maya Lara Faderik
Aneh
ayli
sepupu jauh? tapi kenapa mamanya Yovan nggak kenal Maura??
Lusi Hariyani
mbok yao cptan d halalkan yovan&emily kakak author...
Ana
next
Sriandayani
Chan cio kok enggak terpikir u Mecari dalang dari kejadian yg membuat mereka berdua berbuat zina n peristiwa kecelakaan mereka
Sriandayani
nenarik
Nur Azizah
cocokkk bangtt pokoknaa kak author the best
Ana
yovan tuh kurang tegas ke Maura
Elsa Yunita
jangan2 tu cewe yg bikin kecelakaan
v3r4
Bagus ceritanya👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻
Ana
next
Husein
wah Yovan...tega kamu ngerjain mama😂
Jessica Xie
semoga emily hamil lagi anak kembar sepasang ya thor
biar bisa lihat seposesif apa si yovan ke anak ceweknya
LISA
Pasti Arsha seneng bgt klo ketemu Emily lg..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!