Terpaksa menikah dengan pria yang tak dicintai dan mencintainya
tifany larasati harus bergelut dengan perasaannya sendiri mempertahankan rumah tangganya.
demi keluarga yang diambang kehancuran tifany merelakan menikah muda dengan cavero abraham.
sosok angkuh dan egois yang tak mau melepas masalalu walaupun setelah menikah.
dengan semangat dan dukungan keluarga, tifanya menguatkan diri untuk tidak bercerai dari cavero.
bisakah tifany membuat cavero mencintainya atau hanya akan tetap menjadi pemilik raga tapi tidak hatinya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri_uncu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menghindar
Pagi hari
Cavero bangun lebih siang dari biasanya karena hari libur dan lidya sedang ada pekerjaan diluar kota
Di rumah terlihat sepi tak ada tifany ataupun mb narti yang biasa bersih-bersih, sudah seminggu ini tak bertemu dengan tifany
Pagi saat cavero bangun tifany sudah pergi dan saat pulang rumah sudah gelap tanda tifany sudah tidur
"tenang juga ngga ketemu bocah itu, tapi kenapa rasanya sepi ya. Ah mungkin karena rumah ini telalu besar" cavero bicara sendiri merasa sepi tanpa bertemu dengan istrinya namun juga merasa tak ada yang mengajaknya berdebat
Cavero membuat kopi dan kembali ke kamarnya, lalu duduk dibalkon kamarnya sambil melihat lalu lalang orang dan kendaraan
tak lama setelahnya cavero melihat tifany dan mba narti membawa beberapa kantong kresek yang terlihat sebuah belanjaan dapur, segera cavero berlari dan menunggu tifany di dapur.
"eh den cav udah bangun" mba narti menyapa cavero yang masih duduk di meja dekat dapur
"dari mana kalian? Bawa apa aja itu?" tanya cavero melihat tifany sibuk meletakan barangnya di meja dan mulai menyusunnya di kulkas, serta beberapa barang yang diletakan di tempat cucian piring
"dari pasar den, non tifany katanya lagi..."
"mba, tolong bersihkan ikannya ya" tifany tak mau mba narti bilang pada cavero jika dia sedang les memasak. Bagi tifany cavero tak perlu tau dan tak ada urusannya juga dengan hal itu
"baik non" mba narti menuruti perintah tifany namun sebelumnya menawarkan membuatkan kopi pada cavero "den mau dibuatkan kopi?"
Mba narti melihat cavero masih menatap tifany yang tak bicara apapun pada suaminya
"saya mau istri saya yang buatkan" ucap cavero pada mba narti dan ingin tifany dengar namun tifany tak merespon apapun baik mengiyakan atau menolak
Masih sibuk dengan sayuran yang akan dibuat masakan olehnya. Minggu lalu tifany dan elsa sudah masuk kelas memasak dan hari ini ingin mencoba apakah masakannya sudah bisa dimakan atau belum
"non, den cavero minta kopi buatan non tifany" mba narti yang bingung akhirnya menyampaikan pada tifany apa yang cavero ucapkan
"saya lagi sibuk mba, kalau punya tangan suruh buat aja sendiri atau bisa pesan di cafe yang rasanya enak" tifany tak menoleh sedikitpun pada cavero dan juga tak mau bicara langsung
Cavero meminta mba narti untuk menyingkir diam-diam dan meninggalkan keduanya. Mba narti menuruti perintah cavero dengan perlahan pergi meninggalkan dapur
"mba, tolong ambilkan pisau" tifany meminta pada mba narti yang orangnya entah kemana. Lalu cavero memberikan pisau yang tifany minta tanpa diketahui oleh tifany jika suaminya lah yang mengambilkan
"mba tolong ikatkan rambut aku lupa" tifany memberikan ikat rambut di tangannya untuk mba narti ambil
Dengan cepat cavero tanpa suara mengambil ikat rambut dan mengikatkan rambut tifany.
Tifany berbalik badan ingin mengambil sesuatu dsn terkejut seketika
"ngapain disini?" tatapan tifany seolah menatap musuhnya, tak ada sedikitpun senyum pada cavero
"bantuin kamu, tadi minta bantuan kan?" cavero juga menatap mata indah milik istrinya yang belum pernah cavero lakukan selama ini
ada rasa yang berdesir dalam tubuhnya entah karena apa, yang jelas cavero tak merasakannya saat bersama wanita lain bahkan lidya
"saya hanya bicara dan minta tolong pada manusia, awas!" tifanya menyingkirkan tubuh cavero sekuat tenaga dengan tubuh kecilnya lalu mengambil telur di dalam kulkas, saat bersamaan cavero menarik tangannya dan telurnya hampir jatuh
Keduanya menyelamatkan telur yang akan jatuh namun malah terpeleset dan cavero tertimpa tubuh tifany
"aaaaa!" tifany berteriak kesal, bahkan telurnya pun tetap jatuh ke lantai tak terselamatkan tubuhnya juga jatuh menimpa suaminya
"tifany?" mama melia datang dan menyaksikan anak dan menantunya. Dan cavero secara tiba-tiba memeluk tifany bukannya membantunya bangun
mendengar suara teriakan mama melia langsung masuk dan mendekat ke sumber suara. Tak hanya mama melia tapi papa hilman dan mba narti juga ada di tempat kejadian perkara
"sini sayang bangun, jangan disini dong kan malu banyak orang" mama melia malah tersenyum dan merasa senang dengan kemesraan anak dan menantunya
"awas!" tifany memukul cavero yang mesih tak melepas tangannya pada tubuh tifany
"maaf ma, tadi ngga seperti yang mama lihat kok" tifany menjelaskan pada sang mertua
"sudah ngga apa-apa, ayo ke meja makan mama bawakan makanan kesukaanmu" mama melia mengajak tifany untuk mencicipi masakannya
Tifany patuh dan mengikuti mama melia "mba, maaf ya lantai kotor lagi tadi telurnya jatuh" tifany meminta maaf pada mba narti yang harus kerja dua kali gara-gara ulahnya dan cavero
"engga apa-apa non, hanya sedikit kok ini juga sudah selesai" mba narti tak merasa keberatan
Selama ini pekerjaannya tak terlalu banyak dan juga tifany sangat baik padanya
"cav sini mama makan bareng" mama melia memanggil anaknya dan mengajaknya makan bersama
tifany akan menyingkir saat cavero duduk disampingnya namun ditahan oleh tangan cavero dan dengan terpaksa tifany tetap duduk karena juga dilihat juga oleh mertuanya
"tifany matikan kompor dulu ma, lupa tadi lagi masak air" tifany ada kesempatan untuk menggeser duduknya dan pindah disini lain mama melia setelah ke dapur mematikan kompor yang memang masih menyala
"ini mama yang masak sendiri?" tifany mengambil kue yang ada di meja
Tak sengaja tangannya dan bersentuhan dengan cavero yang juga mengambil kue yang sama.
"eh!" tifany kaget karena tak melihat kue yang mau diambil malah melihat mama melia
"iya sayang mama yang buat, papa dan cavero sangat suka kue ini jadi mama sering buat" jawab mama melia
"kamu suka nak?" mama melia penuh perhatian pada tifany sampai melupakan suami dan anaknya
"iya ma, aku suka ini enak banget" tifany dengan lahap memakan kue yang diambilnya
"tadi mau masak apa didapur?" mama melia membuat tifany malu saat mengingat kejadian di dapur dan membuat pipinya memerah saat teringat tadi
"mau masakin cavero ma, tadi pas ambil telur jatuh dan kita kepleset berdua" cavero mewakilkan tifany menjawab mamanya
Cavero tau tifany pasti marah dan malu karena dilihat mertuanya
"wah, mama pingin juga dong kapan-kapan masak bareng sama kamu fan. Lain kali kalian harus menginap ya di rumah mama" mama melia merasa tak salah memilihkan istri untuk anaknya
Sejak kecil mama melia sudah kenal dan menyayangi tifany karena anaknya hanya satu dan laki-laki. Sampai akhirnya jarak yang begitu jauh cavero memiliki adik juga perempuan
Namun mama melia malah semakin sayang dan menginginkan tifany jadi menantunnya