NovelToon NovelToon
Clara : Si Pendiam Yang Di Inginkan Banyak Orang

Clara : Si Pendiam Yang Di Inginkan Banyak Orang

Status: sedang berlangsung
Genre:Duniahiburan / Mafia / Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi / Fantasi Wanita / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:4.2k
Nilai: 5
Nama Author: LiliPuy

meski pendiam , ternyata Clara mempunyai sejuta rahasia hidup nya, terlebih dia adalah anak dari seorang petinggi di sebuah perusahaan raksasa,

namun kejadian 18 tahun silam membuat nya menjadi seorang anak yang hidup dalam segala kekurangan,

dibalik itu semua ternyata banyak orang yang mencari Clara, namun perubahan identitas yang di lakukannya , menjadikan dia sulit untuk di temukan oleh sekelompok orang yang akan memanfaatkan nya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LiliPuy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

perjuangan clara dan Peter

Clara mengamati gelang kuda laut yang tergantung di lehernya. Setiap goresan pada logam itu mengisahkan perjalanan yang tak terhitung. Peter berdiri di sampingnya, tangan tersemat di saku celana, wajahnya serius.

"Sepertinya gelang ini menyimpan lebih dari sekadar kenangan,” kata Clara, menatap mata Peter.

Peter mengangguk. "Ada sesuatu yang aneh dengan desainnya. Aku sempat melihat model yang sama di toko barang antik."

"Yakin itu bukan hanya kebetulan?" Clara bertanya, suara sedikit bergetar. Dia menyentuh gelang itu, merasakan kehangatan yang mengalir dari logam.

"Tidak, aku rasa ini kunci," Peter menjawab dengan tekad. "Aku ingin tahu dari mana barang ini berasal. Mungkin ada hubungan dengan keluargamu."

Clara menarik napas dalam-dalam. "Kalau begitu kita harus pergi ke toko itu."

"Benar. Malam ini?" Peter menyarankan, sorot matanya mencerminkan ketegangan yang sama yang dirasakan Clara.

“Iya, malam ini. Aku merasa ada sesuatu yang akan terbongkar.”

Ketika mereka melangkah keluar, suara bising jalanan mulai memenuhi telinga mereka. Peter tangannya menepuk bahu Clara, mengalihkan perhatian ke arah sebuah gedung besar yang menjulang.

“Bagaimana jika kita mulai dari sana? Toko barang antik itu seharusnya tidak jauh dari sini.”

Clara mengangguk, semangatnya tumbuh. "Ya, mari kita coba."

Sesampainya di toko itu, dering pintu yang terbuka menyambut mereka. Aromanya campuran tua dan debu, membangkitkan ingatan masa lalu. Paragraph berbentuk rak-rak kayu tua tersusun rapi, dipenuhi barang-barang aneh.

“Selamat datang!” sambut pemilik toko, seorang pria tua dengan kumis tebal yang menyentuh bibirnya.

Clara tersenyum, mengamati setiap benda yang dipajang. “Kami mencari gelang ini,” ujarnya, menunjuk gelang kuda laut di lehernya.

Pria tua itu mendekat, matanya menyipit melihat gelang tersebut. “Ah, sebuah kuda laut. Ciri khas yang langka. Kami hanya mendapatkannya dari satu pengrajin di pembuatannya.”

“Pengrajin?” tanya Peter penasaran.

“Oh, pemuda itu sudah lama hilang, katanya pindah jauh dari kota ini,” ujar pemilik toko sambil mengelus kumisnya. “Mereka cerita, gelang ini melambangkan keberuntungan dan perlindungan.”

“Dekat dengan rumahnya,” Clara berkomentar, otaknya bekerja keras menghubungkan informasi.

“Benar. Dengar-dengar, dia pernah mengerjakan sesuatu untuk keluarga kaya di sini.”

“Siapa?” tanya Peter dengan nada kritis.

Pria tua tersebut menggelengkan kepalanya. “Cara mereka menjalani hidup telah hadir sebelumnya, sebuah rahasia.”

Clara menelisik ke bagian rak lainnya, berharap menemukan lebih banyak jejak. “Kami perlu tahu lebih dalam. Di mana rumah pengrajin itu?”

“Di pinggiran kota. Tapi hati-hati, tempat itu dianggap menyeramkan. Tidak banyak yang ingin mendekat.”

Peter tersenyum sinis. “Kami sudah terbiasa menghadapi rasa takut.”

Mereka memutuskan untuk bergegas ke pinggiran kota. Setelah beberapa saat, mereka tiba di kawasan yang sedikit lebih sepi. Jalanan dipenuhi rumput tinggi dan pepohonan lebat yang terlihat seperti menghalangi sinar matahari.

“Ke mana kita mencari?” tanya Clara, mengekspresikan keraguannya.

"Saatnya untuk mengikuti insting kita," Peter melangkah lebih dulu, menatap setiap detail di sekitar mereka.

Mereka menyusuri jalan setapak. Tak lama kemudian, sebuah rumah tua yang dikelilingi pohon besar muncul. Kayunya memudar, dan jendelanya pecah.

“Tempat ini terlihat seperti tidak ada orang yang tinggal di sini selama bertahun-tahun,” Clara mengamati di sekeliling dengan hati-hati.

Peter mendekat, mengalihkan perhatian ke pintu depan. “Mari kita coba masuk.”

“Mungkin tidak baik,” Clara berbisik, meski rasa ingin tahunya membara.

“Tidak ada yang bisa menghentikan kita sekarang,” jawab Peter sambil mendorong pintu kayu yang berderit.

Di dalam, kegelapan menyelimuti. Bau lembap dan debu melayang di udara. Clara menyalakan lampu senter, dan sinarnya menembus kegelapan.

“Lihat!” Clara menunjuk sebuah meja yang dipenuhi tumpukan alat-alat kerajinan.

Peter mendekat, tertarik. “Ini mungkin milik pengrajin itu,” ujarnya sambil menjelajahi isi meja.

“Mungkin kita bisa menemukan sesuatu yang mengarah pada asal-usul gelang kuda laut ini,” Clara menambahkan dengan semangat.

Setiap lembar kertas yang dibuka menunjukkan sketsa dan catatan. Mereka membolak-balik penemuan satu demi satu.

“Lihat di sini,” Peter berkata, lalu menunjuk sebuah sketsa gelang yang mirip. "Tapi ada detail yang berbeda.”

Clara bergerak lebih dekat. “Kamu pikir ini dibuat oleh pengrajin yang sama?”

“Bisa jadi. Tapi ada lebih dari sekadar desain disini,” jawab Peter, menggaris bawahi raut wajah Clara.

Dia menarik sebuah kertas yang agak sobek dan terlihat lebih tua. "Ini sepertinya catatan pengrajin dan... oh tidak. Ini catatan pelanggan!”

“Siapa?” Clara menantang kegelapan dalam suaranya.

Peter membaca. “Keluarga Vincent.”

Clara menghirup napas, mulutnya ternganga. “Keluarga yang terlibat dengan Sky Corp?”

“Sepertinya orang yang sama,” Peter mengangguk, termenung.

“Tapi kenapa mereka tertarik dengan gelang ini?” Clara berputar, meneliti pecahan informasi yang menumpuk.

“Lihat lagi,” Peter menambahkan, kembali mengarungi dokumen yang tersisa. "Ada juga catatan tentang permintaan khusus."

Pertanyaan berderak di pikiran Clara. “Apa mereka mungkin melakukan sesuatu yang buruk?”

Tiba-tiba, sebuah suara keras terdengar dari luar, menghentikan langkah mereka. Clara dan Peter saling menatap, mendeteksi ketegangan.

“Apa itu?” bisik Clara, matanya membesar.

“Tidak tahu. Mari kita lihat,” Peter bergerak menuju jendela pecah, mencoba melihat ke luar.

Dari celah yang bisa dilihat, beberapa orang berjaket hitam bergerak cepat. Clara merasa detak jantungnya bertambah cepat.

“Kita harus pergi sekarang,” Peter memutar badan, wajahnya serius.

“Mereka bisa mencurigai kita di sini,” Clara setuju.

Mereka bergegas keluar dari rumah tua itu, berlari melintasi jalan setapak. Suara langkah mendekat, napas mereka memburu.

“Ke arah taman!” teriak Peter, dan tanpa berpikir panjang, mereka menghampiri semak-semak. Bayangan membayangi jalan berlumpur.

Tubuh mereka bersembunyi di balik semak-semak, menahan napas. Clara menatap Peter, menunggu instruksi. Mereka tetap diam, merasa detak jantung seperti senapan yang siap meledak.

Dari jauh, suara gelak tawa pecah, istilah yang tak asing baginya. Peter menangkap perhatiannya.

“Sepertinya kita perlu menghasilkan rencana,” bisiknya, berusaha menyusun strategi.

“Dan kita harus menemukan pengrajin itu,” jawab Clara, suaranya bertekad.

Mereka saling menatap, menyadari komitmen di antara mereka semakin kuat. Saat itu, dalam ketegangan, Clara tahu bahwa petualangan mereka baru saja dimulai.

Dari balik semak, mereka terus mengamati gerakan orang-orang berjaket hitam. Clara menggigit bibirnya, berusaha mengendalikan ketakutan yang melanda.

"Siapa mereka?" bisik Clara, berusaha tetap tenang.

"Entahlah, tapi tampaknya mereka mencari sesuatu," Peter menjawab, matanya menyipit.

"Mungkin sesuatu yang terhubung dengan gelangmu?" Clara merasa mulutnya kering.

Peter menelan ludah. "Bisa jadi. Kita harus mengambil langkah lebih hati-hati."

Mereka mengedarkan pandangan ke sekeliling, mencari cara untuk meninggalkan tempat itu tanpa terlihat. Clara berbisik, "Kita harus pergi ke taman sebelah. Kita bisa mencari jalan keluar dari sana."

"Satu, dua, tiga." Peter memberi isyarat, dan mereka melompat keluar dari semak, bergerak cepat menuju taman. Hingga keadaan membaik.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!