NovelToon NovelToon
Mencari Aku, Menemukan Kamu

Mencari Aku, Menemukan Kamu

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / Teen School/College / Diam-Diam Cinta / Enemy to Lovers / Slice of Life
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Dylan_Write

"Aku menyukainya. Tapi kapan dia akan peka?" ー Asami

"Aku menyukaimu, tapi kurasa orang yang kamu sukai bukanlah aku" ー Mateo

"Aku menyukaimu, kamu menyukai dia, tapi dia menyukai orang lain. Meski begitu, akan aku buat kamu menyukaiku lagi!" ー Zayyan

.
.
.
Story © Dylan_Write
Character © Dylan_Write
Cover © Canva

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dylan_Write, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tekad Yang Kuat

Asami duduk di taman sekolah, menikmati sisa waktu istirahatnya dengan membaca novel yang ia pinjam di perpus sekolah.

Sesekali, ia melirik jam di pergelangan tangannya, menghitung mundur waktu sebelum bel tanda masuk kembali berbunyi. Namun, ketenangan itu segera diusik oleh suara langkah cepat yang mendekat.

"Asami!"

Zayyan tiba-tiba muncul di hadapannya, napasnya terengah-engah seolah baru saja berlari. Wajahnya penuh semangat, tetapi juga ada kecemasan yang samar di matanya.

Asami menutup bukunya dan memandang Zayyan dengan kening berkerut, "Zayyan? Kenapa?"

Zayyan duduk di samping Asami, masih berusaha mengatur napasnya. "Aku… aku ada berita besar!"

"Maksud kamu apa? Berita apa?" tanya Asami sambil tersenyum kecil, merasa penasaran dengan reaksi berlebihan Zayyan.

"Aku dipilih jadi peserta lomba kompetensi sekolah," jawab Zayyan dengan nada bangga, meski ada keraguan yang samar di suaranya.

Asami menatap Zayyan dengan mata membelalak. "Apa? Lomba kompetensi untuk jurusan mesin, kan? Itu kan lomba besar. Kamu... yakin bisa?"

Zayyan mengangguk, meski terlihat agak canggung. "Iya, aku yang dipilih buat mewakili sekolah kita tanding sama sekolah-sekolah kejuruan lain. Guru jurusan bilang mereka percaya sama kemampuanku."

Asami terdiam sejenak, mencoba mencerna berita itu. "Tapi... Yan, kalau kamu nggak yakin atau ragu, nggak apa-apa buat mundur. Lomba ini nggak main-main. Tekanan dan saingannya pasti berat."

Zayyan menatap Asami dalam-dalam, raut wajahnya berubah serius. "Justru karena itu aku pengen ikut, Asa. Aku tahu aku sering terlihat nggak serius, tapi kali ini beda. Aku termotivasi, Asa. Karena kamu."

Asami terkejut mendengar pengakuan itu. "Aku? Apa maksudmu?"

Zayyan tersenyum kecil, menunduk sejenak sebelum kembali menatap Asami.

"Kamu selalu jadi yang paling pintar di kelas, paling rajin, selalu fokus sama tujuan kamu. Kamu bikin aku sadar kalau aku juga bisa kalau aku mau. Aku pengen buktiin ke diriku sendiri kalau aku sekolah nggak cuma main-main."

Asami terpaku. Mendengar Zayyan bicara dengan nada sedalam ini adalah sesuatu yang jarang terjadi. Zayyan yang ia kenal selalu bercanda, selalu santai menghadapi apa pun. Tapi kali ini, ia melihat Zayyan yang berbeda. Ada tekad di matanya.

"Yan..." Asami akhirnya membuka suara. "Kamu yakin ini bukan cuma karena tekanan dari guru-guru?"

Zayyan menggeleng tegas. "Ini karena kamu, Asa. Kamu bikin aku percaya kalau aku bisa lebih dari sekadar siswa yang suka tidur di kelas. Dan selama kamu ada di sini, aku tahu aku bisa."

Asami tersenyum kecil, hatinya hangat mendengar kata-kata Zayyan. Mungkin selama ini, ia terlalu meremehkan kemampuan Zayyan. Ia tidak pernah menyangka bahwa dirinya menjadi alasan bagi Zayyan untuk berusaha lebih keras.

"Bip bip! Persentase naik ke 50%" ucap Asami dengan nada yang dibuat-buat seperti robot.

Zayyan melotot, "langsung naik 50%??"

Asami tersenyum, "Aku nggak pernah ragu sama kamu, Yan. Kalau kamu benar-benar mau ini, aku dukung sepenuhnya. Tapi kamu harus janji satu hal."

Zayyan menaikkan alisnya, penasaran. "Apa itu?"

"Kamu harus serius latihan. Jangan main-main. Aku nggak mau kamu ikut cuma buat nyenengin orang lain, tapi karena kamu benar-benar yakin sama dirimu sendiri."

Zayyan tersenyum lebar, seperti anak kecil yang baru mendapatkan mainan baru. "Aku janji. Aku bakal serius. Dan kali ini, aku pengen buktiin kalau aku bisa jadi orang yang kamu banggakan."

Asami merasa dadanya menghangat, mendengar tekad Zayyan yang begitu tulus. Ia tidak pernah menyangka bahwa Zayyan, yang selama ini tampak santai, ternyata menyimpan ambisi besar di dalam dirinya. Mungkin, ini adalah awal dari perubahan besar bagi Zayyan.

Bel tanda masuk berbunyi, mengakhiri percakapan mereka. Zayyan bangkit dengan semangat baru, sementara Asami menatapnya dengan tatapan sendu. Hari ini, ia menyadari bahwa di balik sikap menyebalkannya ternyata Zayyan punya tekad yang kuat jika sudah menginginkan sesuatu.

Dan sekarang, ia tidak sabar untuk melihat bagaimana Zayyan akan membuktikan kata-katanya.

...ΩΩΩΩ...

Suara mesin di gedung jurusan mesin terdengar nyaring, bergema dari tembok ke tembok yang penuh dengan peralatan berat dan perabot logam.

Setiap hari sepulang sekolah, Zayyan semakin akrab dengan bunyi bising itu. Sudah hampir tiga minggu ia menghabiskan waktunya di gedung mesin, bekerja keras menyiapkan segala hal untuk lomba kompetensi.

Tidak ada keluhan yang keluar dari mulutnya, tidak ada rasa letih yang tampak dari wajahnya. Bahkan saat orang lain mungkin sudah merasa lelah, Zayyan malah terlihat semakin bersemangat.

"Asa, bisa tolong ambilkan air minumku?" tanya Zayyan sambil terus menatap serius komponen mesin yang sedang dikerjakan mesin bubut. Sesekali tangannya sibuk memencet tombol-tombol di mesin tersebut.

Asami, yang duduk tak jauh dari tempat Zayyan bekerja, segera bangkit dan mengambil botol minum yang diminta.

"Kamu nggak merasa capek latihan sampai malam terus?"

Zayyan tersenyum, mengambil botol minum dari tangan Asami lalu menenggaknya sampai habis.

"Capek sih pasti, tapi aku malah nggak sabar buat terus latihan. Nggak tahu kenapa, tapi makin dekat ke hari lomba, aku makin semangat."

Asami tersenyum kecil, merasa bangga melihat perubahan pada Zayyan. Dari seseorang yang selalu santai dan meremehkan pelajaran, kini Zayyan benar-benar menunjukkan sisi serius dan dedikasinya.

Setiap hari setelah urusan OSIS selesai, Asami selalu datang ke gedung mesin untuk menemaninya. Mereka sering pulang malam bersama, meski Asami hanya bisa melihat dan sesekali membantu hal-hal kecil.

Hari itu, latihan Zayyan selesai lebih cepat dari biasanya. Asami sedang membereskan beberapa buku di dalam tas ketika Zayyan tiba-tiba muncul di ambang pintu kelasnya.

"Asami, hari ini ada rapat?" Zayyan bertanya dengan nada cemas.

Asami menggeleng, "nggak kok. Aku langsung pulang. Kamu nggak sampai malam hari ini?"

Zayyan menggeleng, "aku mau rehat sebentar dengan pulang lebih cepat. Bersyukur banget kamu nggak ada rapat jadi kita bisa segera pulang."

Asami tersenyum, ia mengambil tas lalu segera memakainya. Asami berjalan menghampiri Zayyan, "akhirnya kamu paham kalau istirahat sebentar itu juga perlu daripada terus bersemangat kan?"

Zayyan mengikuti langkah Asami menyusuri koridor gedung multimedia, "Sebenarnya aku istirahat karena ada hal lain sih..."

Asami melirik Zayyan dengan raut bingung, "ada masalah ya?"

Zayyan menggeleng lagi, "bukan... Lebih tepatnya aku mulai cemas. Lomba udah tinggal beberapa hari lagi. Aku... nggak tahu, rasanya makin dekat malah makin bikin tegang."

Asami menatap Zayyan dengan tatapan lembut, berusaha memberi dukungan. "Wajar kalau kamu cemas, Yan. Itu tandanya kamu benar-benar peduli sama apa yang kamu kerjakan. Tapi ingat, kamu udah latihan keras setiap hari. Kamu pasti bisa."

Zayyan menunduk sebentar, merenungkan kata-kata Asami, lalu tersenyum. "Iya, mungkin kamu benar. Aku cuma perlu tenang. Makanya aku mau pulang lebih awal, biar bisa istirahat sedikit."

Asami mengangguk. "Bip bip! Naik jadi 100%"

Zayyan langsung menoleh terkesiap, "naik 50% lagi!? Yang bener nih?!"

Asami terkekeh, "kamu nggak mau persentasenya cepet naik ke 300%? Kamu mau trialnya gagal?" ledeknya.

Zayyan mengerucutkan bibir kesal, "ya nggak lah! Aku cuma kaget aja semudah itu naikin persentasenya, kukira bakal susah banget."

"Oh kamu mau yang susah? Oke, besok aku susahin naikin persentasenya."

"Eh jangan gitu dong sama pacar."

"Biarin~"

Ketika mereka keluar dari gedung multimedia menuju area parkiran, mereka melihat Mateo dan Rika sedang berdiri di dekat motor masing-masing. Mateo, yang sedang menahan tawa, melirik ke arah Zayyan dan Asami. Ia kemudian berbisik ke Rika, yang langsung tertawa kecil sambil menutup mulutnya.

Mata Asami menyipit, perasaannya langsung tidak enak. Mateo memang sering bertingkah aneh dan suka bicara sembarangan. Ia menduga Mateo sedang membicarakan sesuatu yang buruk tentang Zayyan, dan hal itu membuatnya semakin kesal.

"Ayo, Asami. Jangan pedulikan mereka," kata Zayyan, seolah tahu apa yang ada di pikiran Asami.

Alisnya menukik tajam, terlihat bahwa Zayyan pun merasa kesal dengan apa yang dilakukan dua orang itu. Buru-buru Zayyan menyalakan motor Asami dan menyuruhnya naik. "Kita pergi sekarang, Asami."

Asami tidak menjawab, tetapi ia bisa merasakan bahwa Zayyan juga merasakan ketidaknyamanan yang sama. Tanpa banyak bicara, ia segera naik ke motor, sementara Zayyan mulai melajukan kendaraannya keluar dari parkiran dengan cepat.

Di balik helmnya, Asami sempat melirik ke arah Mateo dan Rika yang masih tertawa pelan. Perasaannya bercampur aduk—antara ingin menegur mereka, tapi juga tahu bahwa ini bukan waktu yang tepat. Zayyan sudah cukup terbebani dengan pikirannya sendiri menjelang lomba, dan Asami tidak ingin menambah beban itu dengan menghadapi Mateo.

Meski ada kecemasan yang menggantung di benak Zayyan, ia bisa merasakan bahwa ia tidak sendiri. Asami akan terus mendukung Zayyan, apa pun yang terjadi, bahkan di tengah tekanan dan keraguan yang muncul dari orang-orang seperti Mateo.

...ΩΩΩΩ...

Sesampainya di rumah Zayyan, motor berhenti perlahan di depan pagar. Zayyan turun lebih dulu, membuka helm dan menatap Asami yang masih duduk di atas motor.

Wajah Asami tampak sedikit tegang, matanya menatap lurus ke depan, jelas masih memikirkan kejadian di parkiran tadi.

Zayyan menghela napas. Dia tahu Asami kesal dengan Mateo, tapi dia tidak ingin suasana hati Asami tetap seperti itu.

"Asami, nggak usah dipikirin soal Mateo tadi. Nggak penting."

Asami membuka helmnya, menatap Zayyan dengan tatapan yang sedikit menenangkan, tapi masih ada sisa ketidaknyamanan di wajahnya.

"Aku cuma nggak suka aja, Yan. Rasanya seperti... mereka nggak menghargai usahamu. Seakan-akan mereka nggak percaya kamu bisa."

Zayyan tersenyum tipis, lalu melipat lengannya. "Ya, mungkin mereka nggak tahu. Tapi, aku nggak butuh pembuktian ke mereka. Kamu tahu kenapa aku latihan terus kan? Karena aku pengen membuktikan ke diriku sendiri kalau aku bisa. Dan juga karena... kamu."

Asami menghela napas lalu terkekeh pelan, "lagi-lagi aku ya?"

Zayyan menundukkan kepalanya sebentar, lalu kembali menatap Asami. "Iya, kamu. Kamu yang selalu pintar dan berprestasi. Aku pengen nunjukin kalau aku juga bisa hebat. Aku mau kamu bangga sama aku, bukan cuma karena kita temenan. Tapi karena aku juga bisa bikin sesuatu dari kemampuan yang aku punya."

Asami terdiam sebentar, mendengarkan setiap kata yang keluar dari mulut Zayyan. Dia tahu Zayyan sudah bekerja keras selama ini, tapi tidak menyangka kalau Zayyan menyimpan motivasi sebesar itu. Dia bisa merasakan ketulusan dari kata-katanya.

"Zayyan..." Asami mulai bicara dengan lembut.

"Aku selalu bangga sama kamu. Kamu udah latihan hampir setiap hari, bahkan kadang sampai malam di bengkel sekolah, dan kamu nggak pernah ngeluh. Itu udah lebih dari cukup buat aku. Dan kamu tau, aku bakal selalu dukung kamu."

Zayyan tersenyum tipis, merasakan beban di hatinya sedikit berkurang. Namun, rasa cemas soal lomba yang semakin dekat masih menghantui.

"Tapi jujur, Asa, makin dekat ke lomba, aku makin cemas. Latihan mesin bubut itu nggak gampang, apalagi harus akurat dan cepat. Kalau salah sedikit aja, bisa-bisa materialnya rusak atau nggak sesuai standar."

Asami melihat Zayyan dengan tatapan penuh pengertian. "Wajar kamu cemas, Yan. Tapi itu tandanya kamu peduli sama hasilnya. Kamu udah latihan keras dan aku lihat sendiri, setiap hari kamu semakin jago. Kamu cuma perlu percaya sama kemampuanmu sendiri."

Zayyan menarik napas dalam-dalam. "Iya, aku tahu. Tapi tetap aja, rasa cemas ini susah diilangin."

Asami tersenyum dan menyentuh bahu Zayyan. "Semua orang pasti ngerasain hal itu sebelum lomba. Tapi yang penting, kamu udah melakukan yang terbaik. Dan aku yakin, kamu bakal sukses. Sekarang kamu istirahat aja dulu, ya. Jangan terlalu dipaksa. Istirahat itu penting biar kamu bisa tampil maksimal pas lomba nanti."

Zayyan menatap Asami dengan penuh rasa terima kasih. "Makasih, Asami. Kamu benar-benar bikin aku lebih tenang."

Setelah berbicara sebentar, Asami melihat jam tangannya dan merasa sudah waktunya untuk pulang.

"Aku harus pulang sekarang. Kamu istirahat dan jangan lupa makan yang cukup, ya."

Zayyan tersenyum dan mengangguk. "Iya, pasti. Kamu juga hati-hati di jalan."

Asami mengangguk, memasang helmnya kembali, dan menyalakan motornya. "Jangan terlalu mikirin yang tadi ya, fokus aja sama lomba."

Zayyan hanya mengangguk, melihat Asami mengendarai motornya perlahan menjauh, menembus angin sore yang semakin dingin.

Ia berdiri di depan rumahnya, menatap punggung Asami yang semakin jauh. Meski rasa cemas masih ada, kata-kata Asami kini menjadi dorongan yang membuatnya yakin bahwa ia bisa melewati semua ini.

Dengan kerja kerasnya di bengkel mesin bubut dan dukungan Asami, Zayyan percaya ia mampu mengatasi ketakutan dan kecemasannya. Dan suatu hari nanti, dia akan berdiri di podium dengan rasa bangga, membuktikan bahwa dia juga bisa hebat.

...******...

1
ussy kusumawati
semangat💪🏻💪🏻
Anna🌻
kak aku mampir, semangat terus ya💖
Dylan_Write: Halo Anna, terima kasih sudah mampir~
Semangat juga dalam beraktivitas^^
total 1 replies
Aurora79
😂😂😂😂😂😂
Aurora79
Foolback ya kak! 😁
Aurora79
Mampir aku kak KenKen... Sepertinya menarik...😊🍻
Ind
semangat kak,saya malah lagi ongoing bab 6 🥹🥹
masih jauh...saling support yaa
Dylan_Write
Halo~
Ini karya pertamaku di sini. Hope this book can make all of you enjoy reading!
Masih banyak kekurangan dalam buku ini, tapi aku selalu berusaha memperbaikinya hari demi hari.
Mohon dukungannya~!
Anonymous
NEXXTTTTT
Gresiaa_.
semangat thorr...
Arisena
Coba-coba baca novel romansa, kyknya oke juga
smgt thor💪
Dylan_Write: Terima kasih banyakkkk
total 1 replies
Salsabila
mampir juga ya ke cerita ku💕
Salsabila
cerita nya seru
Una loca(。・`ω´・)
Memikirkan ulang
Dylan_Write: Terima kasih sudah mampir dan membaca. Dukunganmu sangat berharga(⁠ ⁠◜⁠‿⁠◝⁠ ⁠)⁠♡
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!