" Mas Wira, kalau sudah besar nanti, Mega mau menikah dengan mas Wira ya?! pokoknya mas Wira harus menikah dengan Mega..?!" ucap gadis kecil itu sembari menarik lengan Wira.
Mendengar rengekan Mega semua orang tertawa, menganggapnya sebuah candaan.
" Mas Wira jangan diam saja?! berjanjilah dulu?! mas Wira hanya boleh menikah dengan Mega! janji ya?!" Mega terus saja menarik lengan Wira.
Wira menatap semua orang yang berada di ruangan, bingung harus menjawab apa,
" mas Wira?!" Mega terus merengek,
" iya, janji.." jawab Wira akhirnya, sembari memegang kepala gadis kecil disampingnya.
Namun siapa sangka, setelah beranjak dewasa keduanya benar benar jatuh cinta.
Tapi di saat cinta mereka sedang mekar mekarnya, Mega di paksa mengikuti kedua orang tuanya, bahkan di jodohkan dengan orang lain.
bagaimanakah Nasib Wira, apakah janji masa kecil itu bisa terpenuhi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
aku cemburu
" Kau tidak malu dengan seragammu mas?!" protes Mega melihat pintu kamar yang di kunci oleh Wira itu.
" Memangnya apa yang kulakukan padamu?" tanya Wira berdiri di hadapan Mega.
Mega mundur, hingga ia terduduk di atas tempat tidur Wira.
Perempuan itu terlihat kebingungan, setelah menatap Wira ia tertunduk.
" Kenapa sikapmu begini? bagaimana kau akan menjelaskan pada ibumu?
hal ini akan menyakitinya?" ujar Mega tidak menatap Wira.
Wira menarik kursi, duduk di hadapan Mega.
" Ibu sudah tau." jawab Wira dengan ekspresi datar.
" maksudmu?!" Mega sontak menatap Wira tidak percaya,
" kubilang ibu sudah tau."
" tau tentang apa?!"
" kita, semuanya."
" bohong!"
" tidak."
Wira menatap Mega tanpa berkedip.
" teganya kau??" suara Mega bergetar,
" tega? Tega seperti apa yang kau maksud kan Mega?.
ibu sendiri yang menyadari bahwa hubungan kita tidak biasa,
Ibu sendiri yang menangkap perasaanku padamu."
" tapi tidak seharusnya kau mengaku?!" mata Mega berkaca kaca,
" lalu aku harus berbohong saat ibu bertanya?
aku bukanlah seorang pemuda lagi Mega,
Aku bisa mempertanggung jawabkan semua kata kataku.
ibu bahkan tau kalau kita sudah pernah tidur bersama."
mendengar itu tangan Mega sontak memukul dada Wira.
" kau jahat! bisa bisanya kau katakan itu semua pada budhe!" Mega kesal, juga malu, mau di taruh dimana wajahnya setelah ini.
Pukulan ringan seperti itu tidak membuat Wira berkutik.
Di biarkan Mega dengan air matanya.
" Buka pintunya, aku mau pulang." ujar Mega setelah menghapus air matanya.
" aku belum selesai bicara."
" bicara ya bicara saja, tidak bisakah kita bicara di luar?" Mega menatap Wira kesal.
" maksudmu seperti tadi? Kau mengabaikanku dan pergi?"
Mega terdiam,
" aku menarikmu kesini karena kau tidak mau mendengarkan ku,
Aku juga tidak mungkin menyusulmu masuk kerumah Kakung.
Jadi lebih baik kau kutarik kesini, toh ibu sudah tau."
" kau ini tidak berpikir ya? Kita ini sudah dewasa, apa yang ada di pikiran ibu jika kita berdua di dalam kamar seperti ini mas?"
" ibu tau aku tidak akan berbuat macam macam kepadamu.
Hari cerah begini,
Di luar pun ada ibuku, memangnya aku se brengsek itu?"
Mega terdiam mendengar itu.
melihat Mega sudah tenang, Wira mulai berbicara,
" dengarkan aku, Aku tidak mau menjelek jelekkan orang lain Mega,
Tapi jika kau masih saja bandel, terpaksa aku aku bicara dengan gamblang padamu.
Ferdi memang teman baikku dulu,
tapi aku sudah tidak pernah bertemu lagi dengannya setelah menempuh pendidikan.
Dia pun begitu, menikah dan bekerja di Kalimantan.
Aku tidak pernah mengurusi hidup orang Mega, tapi informasi selalu saja datang kepadaku,
Dan itu bukanlah gosip ibu ibu,
ketika para laki laki yang bicara, maka keakuratan informasi itu bisa di pertanggung jawabkan.
Kau tau kan Mega, bapak bapak tidak bergosip, tapi membicarakan kenyataan yang mereka ketahui."
" aku tidak tau." jawab Mega tidak menatap Wira, di jatuhkan pandangannya ke lantai kamar.
" yang dibicarakan bapak bapak di sekitarku, aku tidak tau dengan bapak bapak lainnya." imbuh Wira.
" semenjak kerja di Kalimantan Ferdi berubah sikap.
Entahlah karena ia sudah memegang uang banyak atau bagaimana,
Dia suka berganti ganti perempuan, beberapa kali istrinya menangkap basah ia.
Karena itulah, mungkin istrinya lelah, dan pergi meninggalkannya.
Bahkan baru baru ini, dia mendekati janda dari kampung sebelah,
ya begitulah, setelah berhasil memuaskan rasa penasarannya, ia tinggalkan janda itu.
Dan sekarang, ia tau kau disini,
Kau bukanlah perempuan yang jelek Mega,
Jangankan aku, orang lain pun pasti tau kalau Ferdi punya niat lain padamu,
omong kosong dia hanya ingin berbincang padamu,
Tentunya dia melihat kesempatan baik, kau sendiri disini, tidak ada suami yang menjagamu."
" apa aku semudah itu di matamu mas? Sehingga akan tergoda dengan temanmu itu?" mata Mega berkilat kesal.
" Bukan aku tidak percaya padamu Mega,
Tapi Ferdi yang sekarang itu brengsek, selain itu aku juga takut jika nama baikmu tercoreng karena kau sering berbincang dengannya." jelas Wira, itulah alasan kenapa ia selalu marah saat Mega berdekatan dengan Ferdi.
" Teganya kau, sejak pagi sampai sore aku menanggung rindu,
Aku cepat cepat pulang ingin segera bertemu denganmu,
tapi aku malah melihatmu bercengkrama dengan laki laki lain, kau bahkan mengulas senyum manismu padanya.
Bagaimana aku tidak cemburu mega?" Wira menatap Mega, menyentuh tangan Mega dan menarik tangan itu ke arah bibirnya.
" cup.." satu kecupan hangat, di atas jemari Mega.
" aku tidak mau kehilangan kau lagi Mega.." ujar Wira dengan tatapan lembutnya.
" dengan Ferdi saja aku seperti ini,
Entah bagaimana jika aku bertemu suamimu nanti..
Hatiku pasti kacau,
Kecemburuanku pasti lebih besar dari ini.." ucap laki laki itu tidak sanggup membayangkan.
Mega menghela nafas berat mendengar itu, ia menarik tangannya, agar terlepas dari genggaman Wira.
" kau selalu hebat merusak suasana.." ujar Mega,
" dan kau selalu hebat dalam hal mengabaikanku.." Wira mendekatkan dirinya.
" aku mengabaikan mu karena ucapanmu itu memang tidak masuk akal untukku,
Tapi setelah kau katakan semua, aku menghargai kecemasanmu,"
" hanya itu saja?"
Mega mundur ketika Wira terus mendekat,
" aku minta maaf.." ucap Mega,
" karena?"
" sudah mengabaikan mu tadi,"
" hanya itu saja?"
" apalagi?"
" bagaimana dengan aku yang merindukanmu seharian?"
Mega terdiam, ia menundukkan pandanganya.
" lihat aku Mega," ucap Wira sembari menghela dagu Mega agar menatap wajahnya.
Setelah kedua wajah itu saling berhadapan, Wira mendekatkan bibirnya.
Di ciumnya bibir Mega,
bibir yang sudah sepuluh tahun tidak di sentuhnya.
Ciuman yang hangat, ciuman sesungguhnya sungguh Mega rindukan.
Tapi selama ini membayangkan saja Mega tidak berani.
Sementara Wira layaknya seorang musafir yang menemukan air di tengah gurun pasir,
Ia minum, dan minum terus untuk melegakan dahaganya.
Cukup lama keduanya bertaut,
hingga tangan Mega akhirnya terangkat dan menyentuh kuduk Wira, hal itu membuat Wira tersentak, desiran darahnya yang naik membuatnya mengingat apa yang terjadi padanya dan Mega sepuluh tahun yang lalu.
Dengan gerakan lembut laki laki itu melepaskan Mega,
" Aku bisa lepas kendali jika ini di teruskan.." ucapnya lirih sembari menarik Mega ke pelukannya,
Di tenangkan dirinya, di redakan hasratnya.
Mega pun begitu, ia merasa malu dengan apa yang sudah ia lakukan.
Setelah ini bagaimana Wira akan memandang nya, bisa bisanya ia malah menyambut Wira dengan begitu mudah.
" ayo keluar, ibu pasti khawatir.." Wira melepas kan pelukannya, dan bangkit.
" ceklek!" terdengar suara kunci pintu yang di buka, Wira keluar dari kamar, di ikuti Mega.
Sementara asri sedang duduk di ruang tamu, raut wajahnya cemas.
" Apa yang Wira lakukan padamu nduk?! Dia memaksamu?! Memukulmu?!" tanya asri langsung bangkit dan menarik Mega agar menjauh dari putranya.
" Kami hanya bicara Bu," jawab Wira.
" bicara tidak seperti itu?! Kau menariknya dengan kasar Wira?! Apa Yang akan orang katakan jika melihat itu?!" asri marah dengan putranya.
" tidak ada yang melihat Bu,"
" mana kau tau! Lalu bagaimana dengan kakung?! Kau tidak memandang Kakung?!"
Wira terdiam,
" kau sungguh tidak apa apa Mega?" asri menatap Mega,
" tidak budhe, Mega baik baik saja.." jawab Mega.
lagi lagi asri menatap putranya,
" jika kau tidak bisa bersikap baik pada Mega, jangan pernah temui Mega lagi!
Apa yang kau lakukan padanya di masa lalu itu sudah buruk! Jangan kau tambah tambah!
Kau ini bukan anak kecil! kau sudah tua! kau sudah kepala tiga!
Ibu tau, cinta bisa membuat orang menjadi bodoh! Tapi apa yang kau lakukan terlalu grusa grusu!" omel asri pada putranya.
" sebaiknya kau pulang kerumahmu sendiri mulai malam ini!"
" jangan begitu Bu?" Wira menatap ibunya,
" Wira janji akan menjaga sikap.." ia memohon pada ibunya.
Karena kekesalannya belum reda, asri memukul lengan putranya.
" tidak malu dengan seragammu!".
jadi terpaksa saya buat yg baru.. hikhikhiks..
bingung ini gmn caranya nerusin novelnya.. judul ini keputus..😢🙏
Bau2nya Wira bakal diinterogasi Mega 😂