Amira harus menelan pil pahit, ketika seorang kekasih yang selama ini dia sayangi harus bersanding dengan sahabatnya sendiri, dengan alasan cintanya sudah habis dengannya, bahkan selama satu tahun ini sang kekasih bertahan karena berpura-pura dan tanpa terpikir panjang lelaki yang bernama Arya itu mengakhiri begitu saja hubungannya dengan Amira di saat yang bersamaan Amira ingin memberi kejutan kalau dia tengah mengandung benih kekasihnya itu. Akankah Amira sanggup membawa pergi benih dari mantannya itu? nantikan kisah selanjutnya hanya di Manga Toon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumarhumah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Draft
Siang harinya Amira mulai mengantar makanannya ke kantor Regan saat ini juga, perempuan cantik itu kini mulai menginjakkan kakinya di dalam kantor Regan yang cukup besar.
Sekilas kedatangannya banyak sorot mata yang menyaksikan apalagi karyawan cewek yang merasa kepo dengan kedatangan Amira, meskipun sekarang ini mereka tengah bekerja.
"Isssh ... Gila itu cewek dengan PD nya datang untuk mencari tuan Regan, dia kira menemui bos kita semudah itu," bisik para karyawan Regan yang masih terdengar di telinga Amira.
'Astaga apa aku tidak pantas berteman baik dengan bos mereka,' batin Amira yang merasa minder.
Setelah berjalan melewati lift akhirnya Amira sampai juga di ruangan CEO dan di situ Amira mulai mengetuk pintu ruangan Regan.
"Tok ... Tok ...." Pintu pun diketuk, sedang di dalam Regan sedang berbicara dengan asistennya.
Regan pun tahu siapa yang datang melalui CCTV yang memang di pasang di setiap pintu ruangan.
"Tuan ada Mbak Amira di depan," ucap Arga.
"Iya, tolong bukakan pintu untuk nya," pinta Regan yang diangguki oleh Arga.
Arga pun beranjak dari kursi duduknya dan mulai membukakan pintu untuk Amira.
"Selamat siang Mbak Amira silahkan masuk," ucap Arga ketika sudah membukakan pintunya.
"Terima kasih Mas Arga," sahut Amira.
Amira pun langsung memasuki ruangan Regan yang terlihat begitu luas, sejenak di dalam benaknya ingin memiliki gedung pencakar langit seperti pria dihadapannya ini.
"Mas Regan, maaf ya ganggu, sebenarnya waktuku kurang setengah jam lagi, tapi gak tahu kenapa aku pingin cepat-cepat anterin makanan ini ke Mas Regan," ucap Amira.
"Iya gak apa-apa, kau duduk di sofa dulu ya, aku mau lanjutin ini sebentar dengan Arga," sahut Regan dengan ramah, sehingga menimbulkan kecurigaan terhadap asistennya itu.
'Tumben sekali atasanku, ramah, lemah lembut seperti itu pada wanita, sama sekretaris yang cantik dan seksi saja dia cuek, ah berarti si bos sukanya dengan yang mode kalem seperti ini,' pikir Arga di dalam hati.
"Kau lagi mikirin apa Arga ayo lanjut kerja," tegur Regan yang membuat Arga sedikit kelabakan.
"I-ya Bos, maaf," sahut Arga sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Regan pun mulai di sibukkan dengan kerjaannya, sedangkan Amira hanya duduk anteng sambil menyimak cara kerja Regan yang menurutnya benar-benar fokus dan serius dalam menyelesaikan masalah.
'Ya Allah suatu saat nanti aku ingin memiliki perusahaan besar seperti Mas Regan,' ucap Amira di dalam hati.
Selesai dengan pekerjaannya Regan pun mulai menghampiri Amira karena jam istirahat pun telah tiba.
"Mir, maaf ya menunggu lama," ucap Regan tiba-tiba.
"Gak apa-apa Mas, oh iya aku kesini cuma ingin mengantar makanan pesanan Mas Regan saja," sahut Amira dengan senyuman manisnya.
"Ya Sudah kalau begitu temanin aku makan di sini saja ya," pinta Regan yang membuat Amira sedikit canggung.
"Gak apa-apa ruangan sebersih ini dibuat makan?" tanya Amira memastikan.
"Gak Mir, nanti biar dibersihkan," sahut Regan.
"Baiklah kalau begitu aku bukankah dulu ya Mas," ucap Amira yang diangguki oleh Regan.
Amira pun langsung membuka kotak nasi dan juga kuah rawon beserta lauk lainnya yang menjadi teman pendamping rawon, sedang Regan pria itu seperti terhipnotis dengan wajah kalem yang di miliki perempuan di depannya itu, entah kenapa saat pandangan pertama Amira berhasil mengusik ketenangan hatinya.
"Cantik." Satu kata yang keluar dari mulut pria tersebut.
"Apa Mas?" tanya Amira.
"I-itu warna rawonnya cantik hitam pekat seperti itu," sahut Regan beruntung pria itu punya banyak alasan untuk menghalau kegugupannya.
"Oh ini ya, memang rawon ku itu hitam pekat seperti ini, dan rasanya juga enak," ucap Amira.
Regan pun mulai memasukkan makanan tersebut ke mulutnya sedikit demi sedikit, rasa lezat dan guri, yang terlintas di pikirannya, hingga tanpa rasa sungkan pria itu menghabiskan nasi rawon yang dibawakan oleh wanita dari anak yang dia tolong tempo hari lalu.
"Mir, makasih ya, rawon mu benar-benar nikmat, oh ya ngomong-ngomong sudah punya berapa cabang?" tanya Regan, ketika sudah selesai menghabiskan makanannya.
"Mau dua, Mas," sahut Amira.
"Gak mau nambah cabang lagi?" tanya Regan menawarkan.
"Kalau untuk rumah makan kayaknya untuk sekarang cukup dua saja Mas, tapi aku pingin punya bisnis lain Mas," ucap Amira.
"Bisnis seperti apa?" tanya Regan kembali.
"Bisnis properti seperti ini," sahut Amira yang begitu yakin.
"Kau beneran ingin menjadi pebisnis properti seperti ini?"
"Iya aku pingin sekali," sahut Amira dengan sungguh-sungguh.
"Ya sudah kalau begitu mulailah dari proyek yang kecil-kecil dulu, nanti akan aku bantu, karena akupun dulu juga memulainya dari hal kecil, seperti beli tanah kosong terus aku bangun menjadi kos-kosan, atau beli rumah kosong terus kita renov dan dari situ kita jual dengan harga yang cukup fantastis, di mulai dari hal yang sederhana dulu," ucap Regan, dengan sungguh-sungguh.
"Berarti Mas Regan memulainya dari nol banget ya?" tanya Amira.
"Banget, mulai dari properti kos-kosan sampai properti perumahan seperti sekarang," sahut Regan.
"Wiiih keren Mas, semoga aku bisa nyusul seperti kamu ya," ucap Amira.
"Kalau ada kemauan pasti bisa," timpal Regan.
Setelah bincang-bincang cukup lama, akhirnya Amira pun memutuskan untuk pulang, lalu Regan pun mulai mengantar perempuan itu sampai kedepan dan kebetulan berpapasan dengan rekan bisnis Regan seorang perempuan juga.
"Regan," panggil wanita bernama Rose tersebut.
"Rose, gimana kabarmu?" tanya Regan.
"Kabarku baik-baik saja, ini siapa tanya Rose sambil menunjuk ke Amira.
"Dia Amira temanku juga," sahut Regan.
Sedang wanita itu seperti merasa terancam dengan kehadiran Amira.
'Jangan sampai perempuan ini merebut perhatian Regan dari ku, karena aku sudah susah paya mendekatinya ... Regan tinggal sedikit lagi kau pasti akan ku dapatkan,' desis Rose di dalam hati.
Bersambung .....