Apa yang kau harapkan dari seseorang yang pergi tanpa pamit?Tidak menyangka Naura bertemu kembali dengan sang mantan suami. Ardan,
saat anaknya menceritakan seorang pria baik yang ia kenal. Namun, di balik kemarahannya pada Ardan, ada perasaan yang sulit di mengerti oleh Naura.
memutuskan untuk menghilang tetapi takdir selalu mempertemukan. Meski masih tidak suka dengan kelakuan Ardan. Rasa bersalah yang di tunjukkan Ardan, membuat Naura mencoba memaafkan kembali.
Dan Ardan juga mencari tahu alasan pergi tanpa pamit yang di lakukan oleh Naura.
Ketika keduanya sudah mendapatkan jawabannya. Apakah dunia akan setuju bahwa itu adalah hal yang tepat?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ylfrna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Naura, dan Kenangannya
Flashback
Sendok emas, itulah kata yang pantas untuk menyebut Ardan. Sebelum ia ada di dunia. Harta dan uang mereka sudah berlimpah ruah. Pak Raka adalah anak tunggal dari ayah yang memiliki kontraktor terkenal.
Setelah kepergian ayahnya, semua warisan jatuh ke tangannya.
Bahkan Pak Raka menggandeng Ardan untuk membangun perusahaan pengembangan properti. Dan dua tahun yang lalu mereka juga punya hotel dan beberapa jenis usaha lainnya.
Orangtua Pak Raka dulu berteman baik dengan kakek Naura. Uang mereka sudah tak berseri. Membantu keluarga Naura tentu tidak laah berarti apa-apa.
Awal bertemu dengan Naura, Pak Raka sudah tertarik untuk menjodohkan dengan Ardan. Tentu saja keluarga Naura dengan senang hati menerimanya.
Ardan adalah pria modern berusia 22 tahun. Dengan semua kemewahan yang ia punya. Ardan siap menerkam apa saja yang ia suka. Tetapi jika berbicara hubungan di atas ranjang, Ardan masih bisa mentoleransinya. Ardan akan melakukan itu dengan rasa saling menyukai. Bukan karena nafsu
Saat menikah bersama Ardan, pria yang terkenal angkuh, banyak kegundahan dan berbagai pertanyaan serta ketakutan bagaimana kehidupannya kelak bersama Ardan?
Setelah kejadian di kelab malam itu, Naura jarang mengobrol dengan Ardan. Ardan semakin hari semakin melihat Naura sebagai musuh, seolah semua kesalahan dan penderitaan bersumber dari Naura.
Hal gila yang di lakukan Ardan adalah, ketika keluar rumah. Ardan akan mengunci semua pintu dan kuncinya di bawa kemana ia pergi.
Naura di kurung sendirian di dalam rumah itu.
Minggu ke minggu, Naura mulai terbiasa. Sore hari Naura melamun sambil menyiram bunga yang teramat indah di pot yang di letakkan di halaman belakang. Rumah besar Ardan, di apit oleh tembok yang cukup tinggi.
Bagi Naura ini bukanlah pernikahan normal. Ini hanya sebuah kehidupan yang menyiksa dan menunggu kapan ia mati.
Setelah itu Naura membersihkan setiap sudut rumah dan memasak.
Pukul delapan malam Naura makan sendirian, tidak berselang lama suara klakson mobil membuyarkan lamunan Naura. Ardan melangkah lebar memasuki rumah. Seperti biasa ia hanya diam.
Anehnya hari ini, Ardan tidak langsung menuju kamar. Ardan duduk di ruang tengah
"Siapkan makan malam untukku!"
Naura mengangguk menurut kemudian ia menyendokkan nasi ke dalam piring beserta kawan-kawannya. Tidak lupa mengisi gelas dengan air.
"Sudah selesai" panggil Naura
Di antara mereka kembali hening. Ardan menatap jengkel melihat hidangan di piringnya. Hanya ada telur dan sayur bayam. Ini adalah persedian yang terakhir
"Kau kemanakan uang yang aku berikan?" tanya Ardan ketus, kemudian ia berdiri dan mendorong kursi yang ia duduki dengan keras.
Naura menatapnya dengan sorot mata tidak berdaya "Kau menyalahkan ku soal hidangan makan malam? Sementara aku, kau sandera di rumah ini tanpa boleh kemana-mana!"
"Selalu itu yang kau jadikan alasan, sekarang zaman sudah canggih. Kau bisa berbelanja online!"
"Bagaimana aku mengambilnya? Semua pintu di rumah ini kau kunci rapat"
"Tidak hanya makanan tetapi melihat kau, aku menjadi tidak selera!"
"Sialan!" Naura bergumam kesal
"Kau ulangi!"
"Kau adalah laki-laki sialan! Kau berengsek dan kau pembunuh!"
Ardan menghela nafas kasar, ia masih bisa mengontrol tangannya untuk tidak melepaskan kepada Naura.
"Kita lihat bagaimana kau mati di rumahku!"
Ardan segera berlalu dan meraih kunci mobil. Tanpa menoleh lagi, ia melangkah keluar. Malam ini, Ardan kembali ke rumah orang tuanya.
...----------------...
Waktu berjalan dengan sesukanya. Sudah tiga hari Ardan tidak pulang. Beruntungnya dia, Pak Raka, dua minggu ini melakukan perjalanan bisnis keluar kota. Tidak ada yang mengaturnya lagi.
Di rumah besarnya, Naura kehabisan stok makanan, sudah dua hari Naura hanya meminum air sebagai penunda lapar.
Hampir setiap hari Naura menelepon Ardan tetapi yang ia dengar hanya suara ketus dari lelaki itu
"Ardan aku benar-benar kelaparan, tolong belikan aku makanan"
Sambungan telepon itu masih terhubung tetapi Ardan tidak peduli dengan Naura
Malam ini, Naura benar-benar kelaparan. Badannya menggigil menahan rasa lapar. Air mata jatuh membasahi pipi tanpa bisa di tahan. Dengan pandangan yang mengabur, Naura terjatuh di lantai. Naura pingsan
Wajahnya pucat, dan berat badannya setelah menikah turun drastis
"Jadi hari ini kau pulang kemana?" tanya Amora, teman wanitanya
"Ke rumah orangtuaku!"
"Benar yang di katakan William?"
"Soal apa?"
"Kau tidak menyentuh dia?"
Ardan tertawa
"Apa yang perlu aku sentuh?"
"Seperti suami istri pada umumnya!"
"Jadi menurut kau bagaimana"
Amora mengangkat bahu kemudian tersenyum tipis
"Kau dapat darimana?"
"Tanyakan kepada Pak Raka"
Amora kembali tertawa
"Jangan-jangan kau sandera dia di dalam rumah mewahmu? Setiap acara kau tidak pernah membawanya"
"Pernah, di acara Veronika"
"Tetapi kau siksa dia, kau sungguh keterlaluan Ardan" tutur Amora di ikuti gelak tawa
"Aku hanya memberikan dia sedikit pelajaran!"
"Untung ada Stevan yang membantunya!"
Ardan tertawa ketus "Dia selalu mencari kesempatan dalam kesempitan"
"Hahaha, kalau nanti kau jatuh cinta kepada dia bagaimana?"
"Siapa?"
"Istrimu?"
"Tidak mungkin terjadi, tidak ada yang menarik darinya"
Amora kembali tertawa. Begitulah Ardan dengan segala kesombongannya.
Setelah makan malam dengan Amora, Ardan langsung pamit. Setelah itu ia masuk ke dalam mobil dan menuju ke rumah yang ada Naura. Ardan hanya mengambil berkas kerjanya
Sebelum pulang, Ardan berhenti di salah satu restoran. Ia berniat membelikan Naura makanan. Namun, setelah mengingat ucapannya dengan Amora. Ardan membatalkan niatnya. Ia meninggalkan restoran itu dengan tangan kosong.
Hampir tiga puluh menit perjalanan di karenakan macet, akhirnya Ardan tiba di rumahnya yang terletak di kompleks perumahan mewah di pusat kota.
Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam.
Saat Ardan membuka pintu, suasana hening yang ia rasakan. Dengan langkah ringan Ardan berjalan ke ruang tengah. Setitik rasa kecewa menyusuk masuk ke dalam hati, saat mendapati sosok Naura terbaring tidak berdaya di lantai yang dingin.
"Naura" panggil Ardan, menyentuh tubuh gadis itu dengan kakinya.
Seakan ia sangat jijik.
"Naura" panggilnya sekali lagi. Tidak ada jawaban sama sekali.
Ardan menepis rambut yang menutupi wajah Naura, melihat wajah pucat pasi itu. Ardan langsung mengangkat tubuh Naura ke dalam mobil.
Ardan panik. Tidak tahu perasaan itu muncul tiba-tiba.
Setelah mengunci semua pintu , Ardan menarik pedal gasnya menuju ke rumah sakit yang tidak terlalu jauh dari rumahnya.
"Naura. Naura" panggil Ardan berulang kali. Lagi-lagi tidak ada jawaban
Ardan menambah laju kecepatan mobilnya. Ketika sampai ia berlari ke bangsal umum. Membawa Naura dengan wajah khawatir. Naura langsung mendapatkan perawatan medis. Sedangkan Ardan menunggu di luar ruang. Lihatlaah, dia seperti orang yang berdoa, memohon untuk menyelamatkan istrinya.
siapa yg mo daftar lagi masih dibuka nih😌