Farah adalah seorang psikolog muda yang energik dan penuh dedikasi. Setiap pagi dimulai dengan keceriaan, berinteraksi dengan penjaga gedung sebelum menuju tempat kerjanya di lantai enam. Sebagai seorang psikolog yang sudah berpraktik selama empat tahun, Farah menemukan kebahagiaan dalam mendengarkan dan berbagi tawa bersama pasien-pasiennya.
Pada suatu hari, saat makan siang, Farah mendengar kabar bahwa ada seorang psikiater baru yang bergabung di rumah sakit tempatnya bekerja. Jantungnya berdebar-debar, berharap bahwa psikiater baru tersebut adalah kakaknya yang telah lama tak ia temui. Di tengah-tengah rasa penasaran dan kekecewaannya karena belum mendapat kepastian, Farah bertemu dengan seorang pria misterius di kantin. Pria itu, seorang dokter psikiater dengan penampilan rapi dan ramah, membuat Farah penasaran setelah pertemuan singkat mereka.
Apakah pria itu akan berperan penting dalam kehidupannya? Dan apakah akhirnya Farah akan menemukan kakaknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ariadna Vespera, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 12
"Kamu udah pulang dari rumah sakit."
"Udah."
"Sekarang lagi dimana?"
"Di jalan besar pinggir bukit."
"Ibu mengundangmu untuk makan malam di
rumah."
"Aku akan kesana sekarang."
Wah percakapan yang sangat sedikit basa basinya,
tapi seperti kecanggungan di antara mereka sudah mulai berkurang.
Farah pun pergi ke rumah Ibu.
"TING... TONG..." suara bel rumah.
"Kamu tidak papa nak, padahal ibu menyuruh
Rendi mengantarkan mu agar selamat tapi malah terjadi sebaliknya."
"Rendi hanya tidak ingin melukai anak kecil
yang sedang menyeberang, aku juga tidak papa kok Bu."
"Ayo masuk nak."
Ibu mempersilahkan Farah masuk ke dalam rumah.
"Terus bagaimana dengan mobil Farah, siapa
yang mengambilnya." Tanya ibu.
"Saat pingsan aku memerintahkan orang untuk
mengambil mobil Farah." Jawab Rendi.
"Oh... Iya aku bahkan lupa mobil ku tidak ada
di rumah sakit awalnya, aku hanya keluar lalu melihat ke dalam tas dan kunci
mobil ku ada di sana. Aku benar-benar lupa kalau meninggal mobil di tempat
perlombaan." Ucap Farah dalam hati.
Mereka pun menikmati makanan yang sudah ibu siapkan
bersama.
Saat selesai makan Farah juga membantu ibu
membereskan alat-alat makan yang kotor. Tapi ibu selalu menyuruh Farah untuk
ikut Rendi jalan-jalan di sekitar rumah. Akhirnya Farah menjawab jika dia akan
jalan-jalan dengan Rendi saat sudah selesai melakukan semua pekerjaan ini,
Farah tidak ingin melihat ibu kesusahan. Dan ibu pun tidak membantah permintaan
Farah.
Setelah selesai Farah membantu ibu beristirahat di
kamar lalu keluar untuk berjalan-jalan dengan Rendi.
"Kamu bisa pulang, tidak perlu melakukan apa
yang ibu katakan."
"Tidak, aku akan menepati janjiku dengan ibu
."
Suasana canggung mulai menyelimuti Mereka berdua.
Farah biasanya sangat hebat saat mengawali
percakapan tapi jika dengan Rendi semua itu tak terjadi.
"Ah... Apa yang harus aku katakan agar tidak
ada kecanggungan lagi, ini sungguh tidak nyaman." Ucap Farah dalam hati.
Saat mereka sedang berjalan ada orang mabuk yang
membawa botol.
Awalnya orang mabuk itu hanya lewat tapi tiba-tiba
orang mabuk itu mendekat dan berteriak "DASAR WANITA BAJINGAN." Dan
melempar Farah dengan botol kaca itu.
Rendi sangat terkejut dengan kejadian itu, dia
langsung menangkap dan menghubungi polisi setempat.
saat itu Farah memang tidak papa. Farah memang
kesakitan karna botol yang di lepat ke kepalanya. Tapi setelah memberikan
keterangan dengan polisi kepalanya mulai meneteskan darah saat dia meraba
kepalanya sendiri ternyata pecahan botol itu melukai kepalanya hingga sobek,
kenapa dia tidak menyadari hal itu, karna yang terluka itu bagian belakang
kepala jadi tidak terlihat. Saat dia memberikan salam penghormatan kepada
polisi, saat itu lah Daras dari kepalanya menetes ke wajah.
Dan saat Farah memegang kepala bagian belakangnya,
tangannya langsung di penuhi darah. Farah hanya bisa tersenyum saat Rendi
berbalik ke arahnya. Farah pun akhirnya pingsan Karna kehilangan banyak darah.
Rendi segera membawanya ke rumah sakit. Farah
mendapat transfusi darah dan harus di rawat selama beberapa hari.
Dan ternyata kamar Farah di rawat bersebelahan
dengan Ical. Saat Pera sedang mengunjungi Ical, dia melihat nama pasien yang
ada di kamar sebelah tanpa ragu dan basa basi Pera langsung masuk untuk
memastikan.
"BABY..." ucap Pera. Namun, Farah masih
belum sadar dari pingsannya.
"Ini rumah sakit, dia sedang pingsan. Jangan
meneriakinya!" Ucap Rendi Dengan ekspresi tidak suka dan marah menatap
Pera.
Pera hanya membalas tatapan tajam itu, lalu duduk
disebelah Farah.
Lalu tiba-tiba Pera berdiri dan menarik paksa
tangan Rendi keluar kamar rumah sakit.
"Apa yang sudah terjadi dengan Farah?"
Tanya Pera dengan sangat serius.
"Dia dipukul dengan botol oleh seorang yang
sedang mabuk." Jawab Rendi.
Pera hanya menarik dalam nafasnya lalu
menghembuskan ya perlahan.
"Kamu siapanya Farah?" Tanya Pera.
"Ibuku adalah kenalannya Farah." Jawab
Rendi.
Tiba-tiba ada yang membuka pintu
"Selamat malam." Suara dokter. Tapi
ternyata dokter itu adalah Iplan. Bagaimana bisa seorang dokter psikiater ke
ruangan umum.
Ternya saat Farah masih di UGD. Rendi mencari
dokter psikiater untuk memeriksa apakah kejadian tadi menyebabkan trauma pada
Farah.
"Xargus!" Ucap Iplan.
Iplan tidak tahu kalau yang akan di periksanya
adalah Farah.
"Siapa Xargus?" Tanya Pera.
"Kenapa aku harus menjawab pertanyaanmu,
memangnya kamu siapa?"
"Kok, malah balik nanya?"
"Kenapa aku harus menjawab pertanyaan Lo,
sedangkan kita tidak saling kenal."
"Mulai kasar yah nih orang, gw cuman gak mau
liat sahabat gw bergaul sama dokter aneh kaya Lo."
"Farah yang baik itu gak bakalan tahan punya
sahabat kaya Lo."
"Kok sewot, itu Lo yah."
"Kalian berdua keluar." Ucap Rendi Dengan
nada tegas.
"Kok ngatur sih, Lo suaminya? Bukan kan."
Ucap Pera.
"Aku ke sini mau memeriksa pasien." Ucap
Iplan.
"Tapi kalau kalian ribut seperti itu, Farah
akan sangat terganggu. Bisa saja saya laporkan satpam kalian berdua."
Di saat mereka bertiga sedang asyik berdebat.
Pintu kamar terbuka, ada dokter yang sedang
bertugas di UGD tadi datang untuk memastikan kondisi Farah.
Dan dokter yang sedang bertugas itu adalah Reno.
Rano hanya masuk dengan senyap lalu memeriksa kondisi Farah, memeriksa semua
alat yang di pasang di tubuh Farah dan memberikan obat suntik. Saat sudah
selesai melakukan tugasnya Reno menatap tajam mereka bertiga, dengan aura yang
sangat mengerikan. Hingga membuat mereka bertiga menundukkan kepala. Dan Reno
pun keluar kamar.