Di sebuah keluarga kultivator hidup anak bernama Lei Nan, meskipun dirinya dulu di agung-agungkan sebagai seorang jenius, namun terjadi kecelakaan yang membuat lenganya lumpuh, karena hal itu dirinya menjadi bahan cemohan di keluarganya, tapi hal itu berubah ketika dirinya tidak sengaja tersambar petir yang langsung mengubah hidupnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jago, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertandingan 1
Pertandingan itu dimulai dengan atmosfer yang penuh semangat dan kegembiraan, seiring sorak sorai para penonton yang memenuhi tribun arena. Di tengah arena yang luas, seorang pria berbadan besar berdiri tegap, tampak percaya diri dengan pedang besar yang tergantung di punggungnya. Dengan gerakan yang kuat dan mantap, ia mengayunkan pedangnya ke depan, memecah udara dengan desingan tajam.
Di hadapannya, lawannya yang tampak lebih kecil namun lincah, menatap dengan tatapan tajam dan penuh konsentrasi. Pria itu mengangkat kipas yang dipegangnya dengan elegan, bersiap menghadapi serangan yang datang. Saat pedang besar itu mendekat, dengan kelincahan yang mengagumkan, ia menepis serangan tersebut dengan kipasnya, membuat pedang besar itu terpental ke samping.
Penonton bersorak kegirangan, sorak-sorai mereka menggema di seluruh arena. "Woah… ayo kalahkan dia!" teriak mereka, memberikan semangat pada kedua petarung yang sedang bertarung dengan penuh semangat.
Pertarungan berlanjut dengan intensitas yang semakin meningkat. Kedua petarung saling melancarkan serangan, menguji keterampilan dan kekuatan masing-masing. Setiap serangan dibalas dengan serangan yang lebih kuat, menciptakan pemandangan yang memukau. Pertarungan itu begitu sengit dan berlangsung lama, hingga akhirnya pria berbadan besar itu mengumpulkan seluruh kekuatannya untuk melancarkan serangan terakhir.
Dengan gerakan penuh kekuatan, ia mengayunkan pedang besar itu, menciptakan siluet seekor beruang raksasa yang muncul dari tebasan pedangnya. Siluet beruang itu meluncur dengan cepat menuju lawannya, menghantamnya dengan kekuatan yang luar biasa, membuat lawannya terbang dan terhempas jauh ke belakang. Penonton bersorak keras, merayakan kemenangan pria berbadan besar itu.
Setelah pertarungan sengit tersebut, pertandingan berikutnya segera dilanjutkan. Dan sampai akhirnya Kali ini, dua gadis muda naik ke atas podium. Salah satunya membawa cambuk yang panjang, sementara yang lain memegang pedang panjang yang indah, dengan gagang yang berukir rumit dan elegan.
"Woah, lihat itu putri Shu Ming, lihat wajah cantiknya itu," sorak seorang penonton, mengagumi kecantikan gadis yang dikenal sebagai putri Shu Ming.
"Tapi lihatlah gadis itu, bahkan gadis itu lebih cantik dibandingkan putri Shu Ming," balas penonton lain, menunjuk ke arah gadis yang menjadi lawan Shu Ming.
Shu Ming mendengar komentar tersebut dan menunduk dengan wajah memerah karena marah. Ia telah lama dikenal sebagai kecantikan nomor satu di Kota Bulan Perak ini, namun kini muncul seorang gadis misterius yang tampaknya lebih menawan daripada dirinya.
"Hei nona, lebih baik kau menyerah saja. Aku tidak ingin melukai wajahmu itu," ucap Shu Ming dengan nada meremehkan, berharap bisa membuat lawannya merasa takut.
Namun, gadis itu tetap diam, tidak memberikan tanggapan apapun. Sikap acuh tak acuh dari lawannya semakin membuat Shu Ming marah. Dengan kemarahan yang membara, Shu Ming segera melancarkan serangan dengan cambuknya. Ia menyerang gadis itu dengan gerakan cepat dan bertenaga, mengayunkan cambuknya dengan penuh amarah.
Namun, gadis itu dengan wajah dingin dan penuh konsentrasi, menghindari setiap serangan dengan mudah. Gerakannya begitu lincah dan teratur, membuat penonton terkesima melihat kelincahannya.
"Ak… jangan kau menghindar terus," ucap Shu Ming dengan frustrasi, merasa serangannya tidak berarti apa-apa.
"Hmm, baiklah. Aku akan mulai menyerang," ucap gadis itu dengan tenang, tiba-tiba berhenti di tempat.
Shu Ming melihat kesempatan itu dan tersenyum penuh keyakinan. Ia mengeluarkan jurus terkuatnya, serangan api yang terkenal dari keluarga Shu. Dengan penuh keyakinan, ia melancarkan serangan tersebut, berniat mengakhiri pertarungan dengan satu serangan mematikan.
"Cambuk Teratai Api!" teriak Shu Ming dengan penuh kekuatan.
"Tebasan Bulan," ucap gadis itu dengan pelan namun penuh kekuatan.
Ledakan dahsyat terjadi saat kedua serangan itu bertabrakan. Asap tebal segera menutupi arena, membuat penonton menahan napas, menunggu hasil pertarungan tersebut.
"Hei, lihat! Asapnya mulai memudar," ucap seorang penonton, menantikan hasil pertarungan.
Saat asap sepenuhnya menghilang, terlihat sosok gadis yang berdiri tegak, sementara Shu Ming tergeletak tak sadarkan diri. Penonton terkejut dan segera riuh, menyaksikan kejadian tak terduga tersebut.
"Woah… lihat! Yang tidak sadarkan diri ternyata putri Shu Ming," teriak penonton dengan penuh kekaguman dan keheranan.
Keributan terjadi di seluruh arena. Gadis yang tak dikenal ini dengan mudah mengalahkan salah satu jenius kota ini. Di antara kerumunan, Shu Peng, ayah Shu Ming, terkejut melihat putrinya terbaring tak sadarkan diri di arena.
"Hmm, gadis ini sangat kuat," pikir Lei Nan yang juga menyaksikan pertarungan itu dengan penuh perhatian.
Dengan tenang, gadis itu turun dari arena, mengabaikan seluruh pandangan yang tertuju padanya. Penonton masih bersorak menyambut kemenangannya. Pembawa acara segera mengumumkan hasil pertandingan.
"Baiklah, pemenang pertandingan kali ini adalah nona Yi Hua," ucap pembawa acara dengan suara lantang.
Sorak sorai penonton semakin keras. Banyak yang bertaruh atas kemenangan gadis bernama Yi Hua itu. Pertandingan berikutnya segera dilanjutkan dengan pengumuman peserta baru.
"Baiklah, sekarang nomor 7 dan nomor 8, silakan menaiki arena," ucap pembawa acara, mempersilakan peserta berikutnya.
Arena kembali tenang. Dari kerumunan peserta, dua orang berjalan menuju arena. Salah satunya mengenakan jubah panjang, sementara yang lainnya memakai pakaian mewah dengan wajah sombong.
"Hei, bukankah itu Tuan Muda Han Fei?" ucap seorang penonton dengan penuh penasaran.
"Iya, benar itu Tuan Muda Han Fei. Tapi siapa lawannya itu?" tanya penonton lain, penasaran dengan sosok berjubah yang menjadi lawan Han Fei.
Di antara kerumunan peserta, banyak yang mengenali sosok berjubah itu. Tak lain adalah Tuan Muda dari keluarga Lei, yaitu Lei Nan.
Di atas arena, dengan wajah sombongnya, Tuan Muda Han Fei menatap sinis pada Lei Nan. "Hei Tuan Muda Lei Nan, lebih baik kau menyerah saja. Aku tidak ingin melukai orang cacat hari ini," ucap Han Fei sambil menyalurkan qi-nya, berusaha memprovokasi Lei Nan.
Penonton riuh mendengar ucapan Tuan Muda Han Fei. "Hei, apa kau dengar?" tanya seorang penonton dengan suara tertahan.
"Iya, aku juga mendengarnya. Barusan Tuan Muda Han Fei menyebutkan bahwa orang berjubah itu adalah Tuan Muda Lei Nan," jawab penonton lain dengan penuh keheranan.
Seluruh arena terdiam. Banyak yang mengenal siapa Lei Nan dahulu. Namun, sejak kejadian setahun lalu yang misterius, orang-orang jarang mendengar nama Lei Nan lagi. Kini, sosok itu muncul kembali di atas arena.
Namun, Lei Nan tetap diam, tidak merespons provokasi Han Fei. Tindakan ini membuat Han Fei marah. Ia segera melancarkan serangan.
"Sialan, Tombak Angin!" teriak Han Fei, meluncurkan serangan bertubi-tubi ke arah Lei Nan.
Serangan itu mengarah tepat ke kepala Lei Nan. Namun, dengan gerakan cepat, Lei Nan menghindarinya dengan mudah, membuat Han Fei semakin kesal.
"Apa?! Dasar, apa kau hanya bisa menghindar," ucap Han Fei dengan marah.
Lei Nan hanya terdiam dan perlahan menatap Han Fei dengan tatapan tajam.
Deg*
Jantung Han Fei tiba-tiba berdetak kencang saat melihat mata Lei Nan yang bersinar tajam dari balik jubahnya. Tiba-tiba, sosok Lei Nan menghilang dari pandangan Han Fei.
"Dimana dia?!" teriak Han Fei, mencari sosok Lei Nan ke segala arah.
Namun, beberapa saat kemudian, pandangan Han Fei menjadi gelap dan ia jatuh tak sadarkan diri. Tubuh Han Fei tergeletak di tanah, sementara sosok Lei Nan muncul di belakangnya, telah memukul leher Han Fei dengan tepat.
Seluruh penonton terdiam. Bahkan peserta lain pun tidak percaya dengan apa yang mereka lihat. Lei Nan, yang telah lama menghilang, kini muncul kembali dan mengalahkan Han Fei dengan mudah.