NovelToon NovelToon
Ijabah Cinta

Ijabah Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa
Popularitas:4.7k
Nilai: 5
Nama Author: Reza Ramadhan

[ OST. NADZIRA SAFA - ARAH BERSAMAMU ]

Kejadian menyedihkan di alami seorang Adiyaksa yang harus kehilangan istrinya, meninggalkan sebuah kesedihan mendalam.

Hari - hari yang kelam membuat Adiyaksa terjerumus dalam kesedihan & Keputusasaan

Dengan bantuan orang tua sekaligus mertua dari Adiyaksa, Adiyaksa pun dibawa ke pondok pesantren untuk mengobati luka batinnya.

Dan di sana dia bertemu dengan Safa, anak pemilik pondok pesantren. Rasa kagum dan bahagia pun turut menyertai hati Adiyaksa.

Bagaimanakah lika - liku perjalanan hidup Adiyaksa hingga menemukan cinta sejatinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reza Ramadhan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

12

Terdengar burung - burung saling bersahutan di kala matahari kini menyapa pagi itu. Tampak duduk seorang lelaki tengah menikmati hangatnya matahari pagi dan juga udara yang sangat dingin.

Lelaki itu kini sibuk mengamati sebuah harian berita pada koran yang tengah di pegangnya sesekali menyeruput minuman kopi yang terlihat mengepulkan masih asap.

"Nak, cepatlah kemari. Ada yang ingin bapak sampaikan padamu." Ucap lelaki yang adalah Ustad Ibrahim.

Tak lama kemudian, terdengar ayunan langkah kaki yang memburu hampir di seluruh lorong rumah. Seorang perempuan tengah berjalan sembari membawa secangkir teh hangat kesukaannya menghampiri Ustad Ibrahim yang adalah Ayahnya.

"Ada apa, Ayah?" Ucap Shafa. Perempuan itu duduk di sebelah ayahnya.

Ustad Ibrahim menghembuskan nafas dan tak lama terlihat kepulan nafas yang keluar dari kedua lubang hidungnya. Ia melirik Shafa yang sedang menyeruput minumannya.

"Sudah lama sekali kita tak duduk berdua, menikmati sajian minuman sembari menikmati hangatnya sinar matahari pagi."

Shafa terlihat tersenyum sembari mengingat kenangan waktu kecil bersama sang Ayah. Namun sekarang kehidupan sudah berubah. Sang Ayah kini tak lagi mengajaknya menikmati pagi. Mereka berdua kini sibuk dengan kesibukan mereka masing - masing.

"Iya, Ayah. Sudah lama sekali, dulu waktu kecil kau selalu saja mengajakku untuk menikmati sajian minuman yang di buat ibu pada kita." Ucap Shafa tersenyum sembari mengingat kenangan dulu.

Ustad Ibrahim kini menyeruput minumannya kembali sesekali melirik puterinya yang terdiam, entah apa yang di pikirkan Shafa sekarang. "Oh, ya. Aku sebenarnya ingin mengatakan sesuatu padamu?"

Shafa melirik Ustad Ibrahim dengan senyumnya."Apa itu, Ayah?"

"Saat acara tadarus bersama di masjid kemarin, aku tanpa sengaja melihatmu terdiam cukup lama tanpa mengikuti suara - suara jemaat yang sedang membaca Al - quran dan ayah pun sampai sekarang ingin tahu, apa yang sedang kau pikirkan? Dan tak biasanya kau bersikap seperti itu."

Mendengar ucapan dan keheranan dari sang Ayah membuat tubuh Shafa menegang dan terkejut namun tak lama perempuan itu menghembuskan nafas sambil menerawang jauh ketika dirinya bertemu dengan seorang anak lelaki di sebuah taman komplek.

Senyum tersungging di bibirnya. "Aku sedang memikirkan anak itu, Ayah."

"Anak itu."

Shafa menganggukkan kepala dan segera menceritakan pertemuannya dengan anak kecil yang bernama Damar di sebuah taman. "Setelah acara undangan dari Ibu Sulasmi itu selesai dan pada saat aku pulang dari sana, aku bertemu dengan anak kecil."

"Dan yang lebih mengejutkan diriku adalah karena ia memanggil namaku dengan sebutan Ibu."

Ustad Ibrahim yang mendengarkan cerita itu hanya nenganggukkan kepalanya. "Mungkin, dia merindukan ibunya yang entah pergi kemana."

"Bisa jadi, Ayah."

Namun di dalam benak Shafa, ada sesuatu yang lain yang entah kenapa dirinya penuh dengan rasa penasaran akan bocah lelaki yang bernama Damar.

...🕌🕌🕌...

Di lain tempat. Terlihat Ibu Dewi tengah duduk di atas ranjang, terdiam, kedua matanya kini menghunus pada satu titik namun pikirannya melayang.

Entah apa yang ada di pikiran perempuan itu hingga membuat wajahnya yang semula tenang kini berubah menjadi sendu. Pak Sapto yang baru saja keluar dari kamar mandi lantas tertegun melihat sang istri yang biasanya selalu mengajak bicara namun kini duduk terdiam seolah tengah memikirkan sesuatu yang serius.

Pak Sapto pun pelan - pelan mulai mendekati sang istri. Menepuk pundaknya Ibu Dewi terkejut dan tersadar dari lamunannya. Ia mendapati Pak Sapto kini sudah duduk di sampingnya.

"Mas... "

"Sayang, ada apa? Kenapa aku sedari tadi melihat kau duduk diam. Biasanya kau selalu bercerita dan mengatakan sesuatu padaku."

Terlihat Ibu Dewi menghembuskan nafas sebelum berkata. "Aku sedang merindukan Yulianti, Mas."

Pak Sapto lantas melihat ada setitik kerinduan yang ada di kedua mata Ibu Dewi. Lelaki itu lantas memeluk sang istri dengan sangat erat.

Tak lama kemudian, lelaki itu mengurai pelukan dan menggenggam erat punggung tangan Ibu Dewi. Terlintas sebuah ide yang akan membuat Ibu Dewi tampak bahagia kembali.

"Kalau begitu, kau temui saja makam Yulianti. Aku juga merasa bersalah padamu karena aku belum memberitahumu tentang di mana makam Yulianti dan mungkin Yulianti yang sudah berada di surga mungkin akan senang ketika melihat ibunya dan juga anaknya datang menjenguk."

"Terima kasih, mas."

...🕌🕌🕌...

Keesokan harinya, terlihat Ibu Dewi sedang duduk di meja riasnya, mematut dirinya di depan cermin sembari memoles bibir merahnya yang ranum.

Rencananya hari ini adalah Ibu Dewi akan berziarah ke makam putrinya, Yulianti. Perempuan itu akan merindukan putrinya yang sudah lama meninggalkannya.

Perempuan itu sangat terlihat cantik dengan memakai baju muslim berwarna putih dengan di padukan dengan kerudung berwarna senada.

Ibu Dewi pun segera mengayunkan langkah menuju ke kamar Damar. Terlihat anak kecil itu sedang memainkan mainannya di atas ranjang.

Dengan wajah sumringah, Ibu Dewi menghampiri Damar dan duduk di tepi ranjang. Damar yang sedari tadi sibuk dengan mainannya pun terkejut dengan hadirnya Ibu Dewi.

"Lagi apa, nak?" Tanya Ibu Dewi saat melihat Damar kembali sibuk dengan mainannya kembali.

"Lagi main, eyang. Eyang kenapa kemari?"

Ibu Dewi tampak terdiam sejenak sebelum berbicara tentang niatnya untuk mengajak Damar untuk berziarah ke makam Yulianti sekaligus mengenalkannya pada "rumah baru" ibunya itu.

"Eyang akan ajak kamu ke suatu tempat." Kata Ibu Dewi. "Kalau kau mau ikut, cepatlah berdandan, eyang akan tunggu di depan."

Merasa penasaran dengan ajakan eyangnya, bocah lelaki itu buru - buru mengemasi mainannya dan mengenakan jaket yang tersampir di dinding kamarnya.

Ibu Dewi segera menggandeng tangan dan berpamitan pada Pak Sapto yang kini tengah menyantap hidangan kopi sembari membaca koran kesukaannya.

"Hati - hati, ya. Kalian berdua."

"Iya, eyang."

Dengan menaiki mobil, melibas jalanan pagi dan tak lama kemudian mereka pun sampai di depan gerbang pemakaman umum. Ibu Dewi dan Damar pun turun.

Saat hendak masuk ke area pemakaman, Damar segera menghentikan langkahnya membuat Ibu Dewi pun sama - sama menghentikan langkahnya.

"Ada apa, nak?"

"Eyang, kenapa kita ada disini?" Ucap polos Damar sesekali melirik area pemakaman dengan sedikit rasa takut.

Ibu Dewi tersenyum. "Eyang tadi bilang bahwa kita akan ke suatu tempat dan inilah tempatnya."

"Takut, eyang."

"Jangan takut, ada eyang yang menemani dirimu." Ucap Ibu Dewi menenangkan.

Damar menganggukkan kepalanya. Meski ada beberapa rasa takut, selama ada eyang di sampingnya, Damar dengan berani mengayunkan langkah masuk ke area pemakaman.

Angin terdengar berdesir mengiringi ayunan langkah Ibu Dewi dan juga Damar. Mereka mulai melewati satu per satu makam yang kini berderet dan juga rerumputan kecil - kecil yang luar.

Hingga mereka pun sampai di depan makam. Terlihat tiga makam yang berjejer dan tak seperti makam - makam lain yang berjarak.

Wajah Ibu Dewi berubah sendu ketika untuk pertama kali datang ke makam anaknya, Yulianti. "Selamat pagi, anakku. Aku dan juga anakmu, Damar kini datang berkunjung ke makam kamu."

"Maafkan Ibu yang baru saja datang ke makam kamu dan maafkan Ibu yang tidak datang ke acara pemakaman kamu."

Damar menoleh ke kanan dan kiri serta area sekitar yang hanya terdapat makam - makam berderet dan juga berjejer.

Meski bukan untuk pertama kali, Damar datang ke berkunjung namun melihat makam - makam tersebut membuat Damar merinding.

Damar menatap Ibu Dewi yang kini sudah meneteskan air mata. "Eyang, sebetulnya ini makam siapa sih."

Ibu Dewi terkejut sesekali membersihkan air mata di kedua pipinya. Perempuan itu menatap Damar dengan tersenyum. "Damar, tadi nenek berjanji padamu untuk pergi ke suatu tempat dan ini adalah tempatnya. Ini adalah makam Ibumu, nak."

Mendengar ucapan dari Ibu Dewi membuat Damar terdiam melongo. "Makam Ibu." Damar menatap kembali nisan dan mengulangi ucapannya tadi.

Tiba - tiba, Damar berteriak dan menangis histeris dan memanggil ibunya. "Ibu... Ibu..."

Ibu Dewi yang merasa kasihan pun kini segera memeluk Damar dengan erat dan menenangkan Damar yang terus nama ibunya.

Sementara itu, di tempat yang sama namun di makam berbeda, duduk seorang perempuan berhijab sembari menengadahkan kedua tangan berdoa untuk seseorang yang kini telah di makamkan, Ibunya.

Kegiatannya itu terusik ketika mendengar suara tangisan yang entah dari mana asalnya. Perempuan itu segera berdiri dan menatap makam - makam yang berjejer namun sama sekali tak di temukan anak kecil yang menangis.

Merasa penasaran, Perempuan yang adalah Shafa pun mulai mengayunkan langkah dan mengedarkan pandangan ke setiap sudut makam.

Hingga kedua matanya kini tertuju pada dua orang perempuan dan bocah lelaki kecil yang tengah duduk. Tampak bocah lelaki itu menangis histeris dan perempuan yang ada di dekat bocah itu sibuk menenangkan bocah itu.

Shafa pun lantas menghampiri perempuan dan juga bocah lelaki itu. "Assalamu Alaikum."

...Bersambung....

1
Andi Budiman
pembuka yang menarik
Sinchan1103: terima kasih 🙏🙏
total 1 replies
LISA
Sedih bgt..baru nikah istrinya udh dipanggil Tuhan
LISA
Aq mampir Kak
Sinchan1103: terima kasih... 🙏🙏🙏
total 1 replies
Rowan
Pokoknya ini cerita wajib banget dibaca sama semua orang!❤️
Matilda
Jangan bikin penggemarmu menderita terus thor 😭
Kiritsugu Emiya
Pokoknya karya ini singkatnya kereeeeen banget! Makasih author sudah membuat karya yang luar biasa😄
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!